Terlampir adalah koleksi Buku Hitam berdampingan dengan BUKU MERAH.
Saya dapatkan buku tersebut dari salah satu warga Masyarakat Tanpa Riba (MTR) di Jakarta. Buku hitam di kiri merupakan kenang-kenangan sejarah kelam hidup beliau.
Dulu sebelum hijrah, beliau sampai membeli buku hitam itu, untuk dapat “ilmu hitam” cara pinjam uang dari bank (SubhanAllaah). Qadarullah, setelah mendapat pinjaman dari bank, usahanya justru terus merosot.
Di tengah kondisinya tersebut, Allaah pertemukan beliau dengan MTR. Alhamdulillah, beliau mendapatkan hidayah dari Allaah melalui wasilah MTR. Sekarang beliau tobat total dari dosa riba dan kapok berutang.
Sebagai bentuk rasa syukur beliau dan dalam rangka memantaskan diri, beliau mewakafkan salah satu asetnya berupa rumah seluas hampir 600 m2 di bilangan Jakarta Timur. Bangunan yang baru selesai tiga tahun lalu itu beliau beliauy wakafkan sebagai Pesantren Tahfidz Qur’an. Hari ini saya dan beberapa teman menjadi saksinya.
Bismillah, dalam rangka menjaga keikhlasan hati beliau, nama beliau kami rahasiakan.
Mohon doa dan dukungan dari teman-teman ahli sorga, agar pesantren tahfidz Qur’an yang sedang beliau kembangkan, Allah mudahkan segala urusannya. Aamiin. 🙏🙏🙏
Salam, Andi Reza, MTR #05.5 Bekasi.
Oh ya.. Ada kabar stok BUKU MERAH habis. Ada yang memborong, katanya. Yang ingin punya, silakan PO saja ke (+62) 0853-3533-5319 atau ke nomor yang tertera di pengumuman di samping ya , agar tidak ketinggalan kalau sudah terbit edisi barunya.
▫️عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ إِذَا أَصْبَحَ:
▪️ Dari Abu Hurairah Ra dari Nabi ﷺ, bahwasanya Nabi ﷺ jika menyambut pagi hari Beliau ﷺ berdoa:
▪️ “ALLAHUMMA BIKA ASHBAHNAA WA BIKA AMSAINAA WA BIKA NAHYAA WA BIKA NAMUUTU WA ILAIKAN-NUSYUR”.
▪️ “Ya Allah, karena Engkaulah kami berada di waktu pagi hari dan sore hari, karena Engkaulah kami hidup dan mati, dan hanya kepada-Mu kami akan kembali.” 📚 [Al-Hadits Asy-Syarif Shahih Riwayat Imam Abu Dawud Rh].
Hampir semua warga MTR yang berhasil menyelesaikan utang-utangnya selalu menyebut faktor “unlogic” sebagai hal paling krusial dalam perjalanan lunas utang miliaran mereka. Apa maksud unlogic di sini? Seperti apa prosesnya? Apakah kita yang berutang, lalu Allaah yang membayarkannya?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu adalah ungkapan penasaran yang rutin kami dapatkan dari luar MTR. Terutama dari para penderita “penyakit tabiat buruk utang” yang masih berkubang mencari jalan keluar. Bagaimana menjelaskan faktor X ini dalam proses lunas utang miliaran ala pengusaha MTR? Simak penjelasan dari Pak Nursakti, Pengusaha Konstruksi Listrik asal Cilacap yang dalam tempo singkat berhasil mengatasi separuh dari utang 5M-nya setelah melalui proses unlogic tersebut.
“Itu faktor benar-benar di luar akal tapi kita meyakininya. Bahwa Allaah Maha membantu, Maha Kuasa, Maha Kaya. Saya sendiri kadang nggak habis pikir, semua seperti mengalir saja. Kita hanya melaksanakan hal teknis, tetap bekerja seperti biasa, tapi (setelah bergabung dengan MTR) banyak kemudahan (dalam menyelesaikan utang). Kemudahan-kemudahan itulah yang saya artikan sebagai faktor unlogic,” paparnya dalam perbincangan dengan awak MTR.
Namun Pak Nursakti memberi catatan penting. Di balik unlogic factor tersebut, harus ada keberserahan kepada Allaah, mendekat dengan mematuhi segala syariatNya dan menjauhi segala maksiat. Maka Allaah akan memberi kemudahan. Memantaskan diri di hadapan Allaah, demikian istilah yang sering disebut para warga MTR.
Karena prinsip pembelajaran “menjauh maksiat” dalam kurikulum MTR itulah, Pak Nur berani meninggalkan usaha kontraktor listrik yang diwarisi dari orang tuanya. Alasannya meninggalkan maksiat riba dan rasuah yang sangat kental ketika berhubungan dengan mitra, terutama dari instansi pengelola negeri.
Keberanian ini tidak lepas dari dorongan Ust.Mansur, warga MTR ahli konstruksi yang sudah melepas semua proyek kontruksinya karena risiko rasuah sangat berat. Dari MTR, mata hati Pak Nursakti terbuka bahwa rejeki murni kekuasaan Allah. Karena itu, ia memutuskan harus melepas jalan rezeki yang penuh maksiat dan mencari yang lebih berkah.
Sebagai gantinya, ia meluncurkan produk baru, sebuah varian produk lampu LED. Produk itu ia ciptakan setelah mengikuti program BeMMS pada awal 2019. Lampu yang ia branding dengan nama “Qaiser” dan ia komunikasikan sebagai lampu yang tepat untuk penerangan membaca Al Qur’an. Istimewanya lagi, saat dinyalakan akan muncul logo MTR di permukaannya .
Pak Nur mengaku, MTR telah membalik mindset-nya 180 derajat. Bahwa bekerja adalah ihtiar sebagai bagian dari ibadah yang menjadi tujuan segala aktivitas hidup kita. Semua dikembalikan pada aqidah.
“Dan utang, awalnya karena lemah aqidah. Tapi untuk sampai (kesimpulan) ke sana memang perlu perjalanan panjang yang saya dapatkan melalui pembelajaran di MTR,” ujarnya.
Pak Nursakti yang pernah sekolah dan tinggal di luar negeri ini mengaku terus terang, sebelum bertemu dengan MTR, jalan pikirannya sangat sekuler. Ia takjub dengan “kemajuan” di negara barat dan berfikir mengapa Indonesia tidak bisa seperti itu. Namun dalam perjalanan dengan MTR ia menyadari, dunia barat tidak sesempurna yang ia lihat melalui mata kasat. Dan visi MTR, ternyata jauh lebih besar daripada sekadar menyelesaikan masalah-masalah utang. MTR menawarkan solusi Islam atas segala permasalahan kehidupan yang hanya bisa dipahami melalui thalabul ‘ilmi.
Setiap Acara MTR Selalu Menangis
Pak Nur bertemu MTR melalui Pak Pujiono, warga MTR Purwokerto. Waktu itu ia tengah bingung, karena proyek-proyek yang dikerjakan selalu saja mengalami berbagai masalah. “Saya heran ada apa sebenarnya.”
Dalam kondisi itu, Pak Pujiono mengajak ke acara TPW. Pak Nur menurut saja, padahal saat itu ia mengaku tidak memiliki uang. Hidayah memang bisa datang dengan cara apa saja. Saat dipaparkan tentang tabiat buruk utang, ia merasa semua permasalahan itu persis seperit yang ia alami. Utang semakin hari semakin besar, hingga suatu saat tidak bisa membayar.
Pak Nur saat itu dalam kondisi punya utang 5M, setelah sebelumnya menutup satu titik utang, lengkap dengan perangkat BDOnya. Dari event TPW itu ia tersadarkan betapa banyak maksiat (terutama riba dan rasuah) yang sudah ia lakukan selama ini.Tak bisa dicegah, waktu sholat Ashar air matanya membanjir tidak bisa ditahan.
Begitu juga ketika kemudian ia setuju ikut SMHTR atas ajakan Pak Amir. “Tiap kali ketemu MTR pasti saya menangis. Sudah berusaha menahan diri, tapi nggak bisa. Semua mengalir begitu saja karena sudah ketemu ruhiyahnya,” ceritanya.
Dari tahap-tahap pembelajaran MTR, Pak Nur akhirnya paham mengapa pada akhirnya setiap warga diarahkan untuk menempuh jalan dakwah yang merupakan tugas setiap Muslim. Dan proses pembelajaran itu, ia peroleh tanpa biaya melalui berbagai pelajaran yang diadakan MTR secara rutin, baik melalui UBL maupun ULC.
“Padahal waktu di UBL saya berhadap belajar jadi manajer muslim yang andal. Ternyata diajak menjadi pendakwah, ya saalamm tidak pernah terpikirkan karena saya bukan ustadz,” ujarnya sambal tersenyum kecil.
Lalu bagaimana perkembangan utangnya sekarang?
Alhamdulillah, melalui kuasa dan kemudahan dari Allaah, separuh nilai utangnya sudah terselesaikan. Separuh lagi dalam proses penyelesaian. Tentu saja dengan menerapkan kurikulum MTR.
Belajar dari pengalamannya, Pak Nur berpesan kepada saudara-saudara yang masih terjebak utang, kembalikan segala permasalahan kepada aqidah dan tanamkan kepada diri bahwa Allaah Maha Kuasa, Maha Kaya. Yakinlah bahwa kita adalah umat terbaik, oleh karena itu Allah pasti akan memberi kemudahan asal kita meninggalkan maksiat.
“Syarat utamanya adalah taubat. Nanti ada saja kemudahan, entah piutang yang tidak tertagih akhir dibayar dan macam-macam faktor unlogic lainnya. Kalau kita beproses, nanti Allah akan memberi kemudahan unlogic,” pungkasnya.
Ingin ikut merasakan sentuhan unlogic untuk mengatasi problem utang Anda? Mari bergabung, bergandeng tangan dalam kurikulum pembelajaran MTR. Anda bisa menghubungi (+62) 811-113-139 atau (+62) 853 – 3533-5319. Dan sebagai langkah awal, silakan baca buku merah MTR yang akan memberi Anda pencerahan tentang “Kesalahan-Kesalahan Fatal Pengusaha dalam Mengembangkan Bisnis Melalui Utang”.
Diterima ataupun ditolak adalah suatu yang lumrah di dalam kita menyampaikan dakwah kebaikan.
Pasti ada perasaan kecewa ketika apa yang kita coba dakwah kan kepada seseorang atau kelompok, ditolak atau bahkan mungkin dihina dan diremehkan.
Sebaliknya kita pasti merasa senang dan bahagia, ketika usaha dakwah yang kita lakukan, bisa diterima dengan baik oleh orang atau kelompok yang kita ajak hijrah ke arah kebaikan dan kebenaran.
Namun sesungguhnya , dalam kita melaksanakan dakwah, ujian terberat nya justru ketika apa yang kita sampaikan, diterima dengan senang hati oleh orang-orang tempat kita berbagi ilmu dan kebaikan.
Di saat orang -orang mulai ada yang mendapat hidayah hijrah lewat dakwah yang kita lakukan dan mereka pun mulai mengeluarkan rangkaian pujian, disitulah nafsu tersembunyi mulai memasang ranjau-ranjau jebakan.
Ranjau-ranjau riya,ingin dipuji dan kagum dengan amalan dan kebaikan diri sendiri, senantiasa akan bisa menjebak dan menghancurleburkan semua nilai amalan yang telah kita lakukan , bila kita tidak berhati-hati dan lengah mewaspadai kehadirannya.
Selalu muhasabah dan senantiasa saling mengingatkan dalam jalan perjuangan dakwah, adalah diantara cara-cara yang ampuh untuk mengantisipasi dan mencegah kita semua, terjebak dan masuk ke dalam perangkap yang akan menghapus banyak catatan kebaikan yang pernah kita lakukan.
Sehebat apapun amalan dan perjuangan dakwah yang telah kita perbuat , jangan pernah menganggap enteng, amalan-amalan ringan dan dianggap remeh , yang banyak bertaburan di sekeliling kehidupan kita.
Karena, disaat semua catatan amalan yang kita anggap hebat dan luar biasa ,ternyata hanya menjadi debu yang tak berarti karena jebakan nafsu yang tersembunyi, boleh jadi amalan yang kita anggap kurang berarti itulah, yang bakal diterima oleh ALLAAH SWT dan kelak bisa menyelamatkan kita, di hari perhitungan nanti.
Mungkin sebagian orang memandang, VMC MTR hanya pepesan kosong, yang hadir hanya sebagai “complementary question“. But not for me.
Dengan Visi MTR, membuka mata hati dan pikiran saya, tentang kekuatan “pandangan”. Bahwa hidup harus punya tujuan yang jelas dan terarah. Tentang mengapa, untuk apa dan mau kemana.
Melalui Misi MTR, saya menemukan cara “stay in Allah lines“. Menguatkan hati dan mimpi-mimpi yang kadang terasa mustahil.
Lantas, bagaimana dengan core values MTR? Ini lebih luar biasa lagi. AHLI SORGA, ini saya masih belajar dan terus belajar.
Ah…sudahlah, Anda benar, bukan MTR segala-segalanya, bukan MTR yang akan menyelesaikan masalah saya, dan masalah Anda. MTR itu dakwah receh, bukan dakwah yang sebenarnya. Saya tahu apa? Ilmu masih sekulit jagung, dan tahunya hanya MTR.
Namun Tuan, mengapa menghempaskan barbel kesalahan pada kedua tangan saya?
Wahai Tuan yang berhati besar, tunjukkan dimana salahnya, kalau saya “meyakini” bahwa MTR adalah gerbang cerdas kebangkitan ummat.
Tunjukkanlah pada saya kalau “NgeMTR Banget” is wrong…
Tunjukkanlah pada saya kalau menjadi “MTR Minded” itu salah…
Show me kalau melihat dan bertindak dari sudut MTR itu tidak benar…
Perlihatkanlah kepada saya, mengapa harus meninggalkan MTR? Apa karena MTR itu dakwah receh? Apa karena MTR itu bukan dakwah yang sebenarnya? Atau karena ada dakwah yang lebih besar lagi..
Tunjukkanlah pada saya Tuan….
Ya…yang saya tahu, baru MTR. Lantas kenapa harus saya tinggalkan, kenapa saya tidak boleh tetap disini, kalaupun harus menyongsong dakwah yang lebih luas…
Tolong ajari saya.. dan buat saya mengerti…
Wahai Tuan berhati besar…
Pandanglah saya sebagai insan yang ingin memuliakan ISLAM, sebagai insan yang ingin belajar lebih baik, lebih baik dan lebih baik lagi…
Kalau selama ini saya salah, tegur saya dan nasehati saya. Jangan perlakukan saya seperti onggokan rongsokan di tepi jurang…
Sejak kecil kita diajarkan untuk “memiliki”. Ini baju kakak, yang ini punya adek. Itu rumah paman, ini mobil ayah. Untuk hidup bahagia, harus punya, bukan hanya sesuatu tapi banyak kepemilikan.
Sejak kecil kita diajarkan untuk memiliki sebanyak-banyaknya: punya rumah sendiri, punya motor sendiri, punya baju yang banyak jangan pakai itu-itu saja. Jadilah kita orang-orang yang sibuk mengejar kepemilikan. Laki-laki harus kerja keras supaya keluarganya memiliki banyak harta. Wanita harus meninggalkan anak-anak di rumah supaya bisa kerja dan punya kepemilikan yang tidak tergantung suami.
Pernahkah membayangkan hidup tanpa memiliki ?
Tidak memiliki rumah kecuali telah menyiapkan tempat tinggal akhiratnya ? Tidak memiliki tabungan kecuali telah menyiapkan banyak tabungan akhiratnya ? Tidak berinvestasi kecuali telah mempersiapkan investasi akhiratnya ?
Berpikir maju, artinya menyiapkan untuk masa depan dulu baru menikmati yang hari ini. Menggunakan segenap tenaga, pikiran, upaya untuk menyiapkan sebanyak-banyaknya kepemilikan akhirat, yang kita tidak pernah tahu berapa lama diberikan waktu untuk mempersiapkannya.
Karena pada dasarnya, tidak ada yang kita miliki di dunia dan kehidupan ini. “Milik-Nya lah apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, apa yang ada diantara keduanya dan apa yang ada di bawah tanah.” (QS Tha Ha: 6 ).
Kita datang ke dunia ini tidak membawa kepemilikan apapun, kecuali badan yang dipinjamkan Allaah. Kita akan kembali pulang tidak membawa apapun, kecuali kafan yang diberikan orang lain. Adapun hidup di dunia, hanya untuk mempersiapkan hidup sesudah mati.
Yang dibutuhkan di dunia, sebagaimana Baginda Rasul SAW sampaikan: Seorang anak manusia tidak mempunyai hak yang lebih baik daripada jika ia punya sebuah rumah untuk hidup, sepotong kain untuk menyembunyikan ketelanjangannya, dan sepotong roti dan air.(HR Tirmidzi). Itulah yang kita butuhkan, tanpa keharusan memiliki yang lebih.
Hidup tanpa rasa memiliki, karena semua yang kita miliki pada dasarnya hanya dipinjamkan Allaah kepada kita. Hidup tanpa memiliki karena semua yang kita miliki telah kita persiapkan untuk kehidupan di yaumil akhir.
Setelah berbulan-bulan obat tidur tidak mempan membantunya lelap, tadi pagi Pak Kim berkabar kepada awak MTR bahwa ia bisa tidur nyenyak semalam. Bakda Maghrib kemarin, pemeluk agama Budha ini datang ke MTR dengan wajah kusut. Membawa problem utang 90M, yang membuatnya ingin mengakhiri hidup sampai di sini saja.
***
Berbagai kejutan datang ke KSW belakangan ini. Selasa (08/09/20) kemarin Allaah kembali menguji kami dengan kejutan berikutnya. Bakda maghrib, datang seorang tamu yang baru pertama mengetuk pintu kantor KSW. Dilihat dari gesture-nya, mudah ditebak kalau beliau adalah penderita penyakit tabiat buruk utang kelas berat. Wajahnya lesu tanpa cahaya, gerakan badannya gontai tanpa semangat.
Bukan jumlahnya yang menjadi kejutan. Sebelum ini, MTR sudah akrab dengan berbagai jenis “pasien utang” yang datang dengan problem bernilai puluhan hingga ratusan miliar rupiah. Tamu baru ini datang dari latar belakang berbeda.
Selain ciri-ciri berkulit kuning langsat (ah ini sih biasa di kalagan warga MTR) dan membawa problem utang senilai 90M yang tersebar di lebih dari 20 titik (ini juga biasa), beliau adalah seorang non muslim! Betul saudara, Pak Kim tamu yang datang tadi malam adalah seorang Tionghoa Buddhist.
Namun layaknya adab memuliakan tamu sebagai kesempurnaan iman seorang Muslim, kami menyambut kedatangan pak Kim dengan hangat. Dalam kesejukan malam di bukit Sentul, kami ajak pak Kim berbincang di Saung MTR. Sudut kantor KSW yang sudah menjadi saksi keberhasilan ratusan bahkan ribuan sahabat MTR dalam menempuh perjalanan hijrah untuk menyelesaikan problem-problem utang ribanya.
Malam tadi, pak Kim yang terlihat selalu gelisah ditemui oleh Mas Lukman dari KSW, serta Pak Syaikhul dan Mas Budi, warga MTR. Bersama-sama kami sharing pengalaman menuntaskan problem berat utang-utangnya dalam koridor pembelajaran kurikulum MTR.
Pak Kim bercerita, sudah berbulan-bulan tidak pernah bisa tidur sekalipun sudah dipaksa minum obat tidur. Ia putus asa dikejar-kejar utang yang datang dari berbagai penjuru. Bahkan sudah terpikir akan mengakhiri hidupnya sebagai jalan pintas untuk mengakhiri problem utangnya di dunia.
Kami berusaha menenangkan Pak Kim dengan empati. Sambil makan malam dengan menu Nasi Padang, kami bagikan pengalaman para warga MTR yang sudah berhasil menyelesaikan problem-problem utangnya dalam program pembelajaran di MTR.
Menit ke menit larut dalam perbincangan hangat mengenai utang, gesture Pak Kim terlihat semakin rileks. Dalam waktu tidak sampai satu jam, posisi duduknya sudah tidak setegang waktu baru pertama datang. Hingga ketika kami putuskan mengakhiri diskusi sekitar pukul 22, ia sudah bisa tersenyum lebar.
Sambil pamit Pak Kim bercanda ringan,”Tunggu besok pagi ya, kalau saya w.a berarti malam ini saya bisa tidur nyenyak,” ujarnya dengan muka cerah. Tangannya menenteng buku merah MTR sebagai buah tangan. Sudah tentu kami selipkan pesan agar segera membaca buku itu sebagai kunci masuk penyelesaikan problem utang-utangnya.
**
Dan pagi ini, kami mendapatkan w.a yang melegakan. “Tadi malam saya bisa tidur jam 12.30, Pak Lukman. Mudah-mudahan nanti malam bisa lebih cepat lagi tidurnya!”
Alhamdulillah, kami tentu saja ikut lega.
Tak lupa kami ingatkan agar Pak Kim segera mengkhatamkan membaca buku merah, sebagai gerbang pencerahan menuju lunas utang. Setelah itu, akan kami siapkan terapi MTR berikutnya melalui kurikulum lunas utang miliaran .
Mohon doanya agar Pak Kim segera mendapat penyelesaian. Karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamiin, kami ingin membagikan nilai Islam sebagai one stop solution kepada seluruh dunia.
Untuk Anda yang berproblem utang, jangan segan menghubungi kami di +62 811-113-139. Sebagai Langkah awal, silakan baca buku Merah MTR “Kesalahan-kesalahan Fatal Pengusaha Mengembangkan Bisnis dengan Utang” yang bisa Anda dapatkan melalui +62 853-3533-5319. Salam Lunas!
Meskipun masih banyak versi matan/redaksi Hasan dan Shahih lainnya dari doa-doa supaya Allaah SWT menganugerahkan UNLOGIC (pertolongan dan kemudahan) kepada Umat Muslim sehingga mempercepat pelunasan seluruh utang, namun doa-doa pilihan yang sudah kami posting di web masyarakattanpariba semoga telah cukup mewakili doa ma`tsurah terbaik yang telah diajarkan Rasulullah Saw dan bisa diamalkan umat Muslim dengan mudah.
Doa cepat lunas utang ini berasal dari jalur Syahid Shahabat Abu Sa’id Al-Khudriy Ra. Beliau mendapatkan doa ma’tsurat ini secara syahid (menyaksikan langsung) dari Rasulullah Saw.
Doa ma’tsurat artinya doa yang bersanad/bersambung atau diajarkan Rasulullah Saw yang sampai kepada kita secara muttashil/bersambung/tidak terputus para perawi Al-Haditsnya.
Adapun kisahnya,
Telah bertutur Sayyidina Abu Sa’id Al-Khudriy Ra bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw memasuki Masjid (Nabawiy) kemudian menjumpai seorang lelaki dari kaum Anshar yang biasa disebut namanya Abu Umamah Ra.
Lalu Beliau Saw bertanya: “Wahai Abu Umamah. Tidaklah selama ini aku melihatmu duduk-duduk di dalam Masjid di luar waktu shalat?”
Dia (Abu Umamah Ra) menjawab: “Semua kegalauan sungguh telah menderaku karena lilitan utang, wahai Rasulullah.”
Beliau Saw bersabda: “Maukah engkau aku ajarkan suatu kalimat doa yang bila engkau berdoa dengan doa itu, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla melenyapkan semua kegalauanmu sekaligus Dialah yang melunasi untukmu semua utangmu?”
Dia (Abu Umamah Ra) menjawab: “Baik, kami mau, wahai Rasulullah.”
Beliau Saw bersabda: “Ucapkan(Berdoa)lah rutin di saat mengawali aktivitas pagi harimu dan pada saat mengakhiri aktivitas sore harimu dengan Doa:”
“Ya Allah, sungguh aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perasaan galau dan sedih, dari sikap terpedaya dan malas, dari sifat kikir dan pecundang, dari beban lilitan utang dan dari dominasi penindasan sekelompok orang.”
Dia (Abu Umamah Ra) bertutur (kepada Abu Sa’id Al-Kudriy Ra): “Jadi, aku melakukannya (Doa Ma`tsurah Ajaran Rasulullah Saw) itu, maka Allah ‘Azza wa Jalla telah melenyapkan perasaan Galauku dan telah melunasi untukku semua Utangku.”
Semoga manfaat dan mendapatkan pemahaman yang diberkahi Allah SWT.
Silakan di’amalkan rutin setiap usai shalat lima waktu maupun seusai shalat sunnah dan terutama di saat mengawali beraktivitas pagi hari dan mengakhiri aktivitas di sore hari, plus tetap tawakkul dan fokus Ikhtiar maksimal.
Semoga Allah SWT mengabulkan Doa Ikhlas dari Bapak/Ibu Warga FBG MTR hingga disegerakan LUNAS dengan mendapatkan UNLOGIC (Kemudahan dan Pertolongan) Allah SWT. Aamiin Ya Mujiibas-Saa`iliin 3X.
Ya Allah, telah kami sampaikan maka saksikanlah. Kota Santri Jember,
al-faqir wal-haqir ila Allah SWT M ‘Abdul Qadim Muhtadi
Sarjono, begitu nama pria yang kesehariannya selalu bersahaja itu.
Senin (07/09) kemarin, Pak Guru yang mengabdi di salah satu SMP Negeri di Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar ini, diijinkan Allaah menorehkan sejarah penting bagi MTR Korda Kampar dan MTR Korwil Riau. Sebagai pegiat aktif MTR, beliau menjadi ASN pertama di Riau yang berhasil membawa pulang SK-PNS (Surat Keputusan Pegawai Negeri SIpilnya) ke tempat yang benar. Alhamdulillah.
Yup, salama belasan tahun, SK itu telah “salah gaul”, hingga terjebak di tempat yang salah, tempat yang tidak diridhai Allaah ‘azza wa jalla. Dan melalui perjuangan selama setahun terakhir, setelah pembelajaran di MTR, beliau berhasil mendapatkan Kembali si anak hilang, SK berharganya dengan hanya melunasi sisa utang pokoknya saja. Bersih dan bebas dari segala bentuk BDO (bunga, denda dan ongkos-ongkos lainnya).
Melalui pencapaian ini, Pak Guru Sarjono berhasil menepis cemoohan dari para koleganya sesame ASN yang hamper semuanya yakin bahwa tidak mungkin SK PNS bisa ditebus Kembali dengan hanya membayar utang pokok. “Mustahil,” begitu selalu reaksi pertama yang muncul dari teman-temannya saat ia mengabarkan perjuangannya melawan riba.
‘INTANSURULLAAH YANSURKUM’ – “Jika kamu menolong (agama) Allaah, niscaya Allaah akan menolongmu. Penggalan kalimat Al Qur’an dalam Surah Muhammad ayat 7 itu sangat diyakini dan dipegang kuat oleh Pak Guru Sarjono yang memang bergelar sarjana di bidang dakwah.
Pak Guru Sarjono mulai mengenal MTR persis setahun silam lewat momen Temu Pengusaha dan Warga (TPW) 3 Korda Kampar bulan September 2019. Melalui momen itu, Pak Sarjono yang memang dasarnya pendakwah, mendapatkan kemantapan untuk menerapkan dakwah sebagai the golden key perjuangan memerdekakan diri dari riba seperti yang diajarkan MTR. Di kecamatannya, Pak Guru Sarjono bersama beberapa sahabat warga MTR memang dikenal rajin berdakwah dan aktif mengikuti berbagai pembelajaran yang diadakan MTR Korda Kampar dan Korwil Riau.
Dan Allaah memang Maha Besar. Melalui jalan emas ini, Allah memberikan anugerah kemudahan sehingga dalam waktu setahun bisa lepas dari dekapan utang riba yang sangat menyusahkan diri dan keluarganya.
Tahniah Pak Guru Sarjono,
Semoga keberhasilan ini menjadi contoh dan wasilah bagi para ASN terkhusus di Riau, yang ingin melepaskan diri dari segala jeratan utang riba,yang saat ini jumlah korbannya sudah mencapai tingkat sangat mengkhawatirkan kalau tidak mau disebut parah dan mengerikan.
Anda yang ingin lepas dari problem utang, jangan sungkan-sungkan menghubungi komunitas MTR terdekat, ya. Atau bisa juga menghubungi kami di 0811188829, 0811188919 atau 0811181829.
Sebagai ilmu pembuka, jangan lupa baca buku merah keluaran MTR yang akan menjadi pintu masuk pemahaman Anda atas kesalahan-kesalahan perilaku dalam masalah utang. Temukan clue-clue solusi utang yang akan mengajak Anda menempuh kehidupan baru yang lebih bermakna. (M.IslamBasri-MTR Riau)
Bersama Masyarakat Tanpa Riba (MTR), Pak Amr Mahudin yakin seyakin-yakinnya bahwa Islam adalah ILMU KEHIDUPAN, dan ILMU KEHIDUPAN PASTI MAMPU MEMBERIKAN SOLUSI TUNTAS atas segala permasalahan yang ada dalam kehidupan ini.
***
Pak Amir Mahudin mulai menjalankan swausaha sejak 2010 dengan membuka jasa rental mobil di daerah Bogor. Usaha itu berakhir dengan penipuan modal usaha dari mitranya. 2012 ia mencoba usaha baru dengan membangun bengkel mobil. Karena salah kelola, setahun kemudian usaha ini tutup.
Tak putus asa, Mei 2014 beliau mencoba membangun usaha Konsultan Lingkungan Hidup dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dengan badan usaha bernama Esa Daya Lestari. Produk layanan perusahaan ini meliputi perijinan lingkungan (AMDAL dan turunannya), pengelolaan instalasi limbah cair (IPAL), Pengendalian dan pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja bidang kesehatan kerja, pelatihan sertifikasi kompetensi sumber daya manusia (SDM Lingkungan dan K3).
Awal berdiri, Esa Daya Lestari dijalankan tanpa mengandalkan utang. Namun pada 2015, ia mulai terjebak aktivitas utang dengan alasan mempercepat pengembangan usaha.
“Secara fisik usaha tampaknya berkembang, jumlah konsumen kami terus bertambah. Tapi yang membingungkan, semakin berkembang usaha, makin besar pula jumlah utang kami,” demikian pria kelahiran Brebes 17 Juli 1976 ini membuka cerita.
Di antara para pecandu utang, Pak Amir tergolong disiplin dalam mengontrol tabiat berutangnya. Ia selalu memegang kendali agar prosentase total utang tidak melewati ambang 30% dari total asset. Selain itu, ia juga nasabah teladan bagi lembaga keuangan karena aktivitas angsuran utangnya selalu lancar tanpa kendala.
Namun entah kenapa, permasalahan silih berganti tidak kunjung berakhir, Mulai dari proyek yang tidak dibayar, team yang berhianat, hingga permasalahan pekerjaan di lapangan yang selalu ada saja. Problem-problem tersebut berkelindan seperti benang kusut yang membuat timnya harus bekerja ekstra keras dan ektra waktu untuk menyelesaikan banyaknya complain dari konsumen.
Secara pribadi, kondisi tersebut mulai mengikis ketahanan psikologis pak Amir. Ia mulai kekurangan waktu bagi keluarganya, baik secara kuantitas maupun kualitas. Selanjutnya yang terjadi, istri dan 3 orang anaknya menjadi sarana tumpahan emosi.
Ah, bila ingat waktu itu, saya malu sendiri. Bodoh banget aku ini,” sesalnya sekarang.
Iklan Seminar yang Aneh
Sampai suatu hari ketika berkendara, Pak Amir mendengar iklan yang dirasanya aneh di salah satu radio lokal. Judulnya “SMHTR – Sukses Mengembangkan Harta Tanpa Riba” yang akan diadakan Masyarakat Tanpa RIba (MTR) di salah satu hotel bintang empat di kota Purwokerto. Sebuah tema tak biasa untuk sebuah seminar. Tidak seperti seminar yang sering ia ikuti, bahkan saat ia menjadi salah satu narasumber di bidang kegiatannya.
Menuruti naluri penasaran, Pak Amir pun memutuskan untuk mendaftar dan langsung menransfer biaya kegiatan tersebut. Seminar berlangsung sehari penuh di bulan Maret 2017. Pada sesi pertama, Pak Amir menyerap pesan luar biasa mengenai kesalahpahaman orang dalam mengartikan aktivitas utang dari sisi dalil Islam. Dan pada sesi kedua setelah makan siang, ia mendapatkan pengalaman seperti “ditampar-tampar” yang membangunkannya dari sebuah tidur panjang”.
Bagaimana tidak, tak hanya memberikan dampak buruk di dunia, tabiat berutang yang sangat lazim dalam dunia usaha, ternyata mengandung risiko yang sangat besar di akhirat.
“Saat itu kami merasa bodoh sekali dalam pemahaman agama Islam, lebih-lebih dalam mengimplentasikan ajaran Islam. Kami baru menyadari bahwa selama ini kami mengaku beragama Islam sebatas pengakuan dan tidak melalui proses berpikir dalam menemukan keimanan kepada Tuhan. Yaa Allaah Mohon ampunMU atas kebodohan hamba dan kelalaian hambaMU,” ungkapnya panjang lebar kepada masyarakattanpariba.com.
Melalui seminar pertama itu, Pak Amir tersadarkan bahwa segala problema hidup dan bisnisnya selama ini bersumber dari aktivitas kemaksiatan (utang dan riba) kepada Sang Khaliq Allaah subhana wata’ala. Tak sekadar memberikan pemahaman mengenai posisi utang di mata Allaah, para pengajar dalam seminar tersebut juga membimbing para peserta untuk bertaubat dan berazam untuk segera menyelesaikan aktivitas utang yang mereka miliki.
Begitulah, pemahaman atas dampak buruk utang (terlebih yang mengandung riba) menjadi fondasi hijrah pak Amir. Pembelajaran yang ia dapatkan dari SMHTR menjadi titik balik atas koreksi kesalahannya di masa lalu untuk menempuh jalan kehidupan yang lebih mulia.
Tak sekadar motivasi hijrah, Pak Amir juga tersadarkan bahwa penyelesaian masalah kehidupan tidak cukup dengan uang karena yang paling utama adalah ilmu. Karena alasan itu, ia pun melanjutkan ke jenjang pembelajaran MTR berikutnya yaitu PBTR – Platform Bisnis Tanpa Riba. Dalam seminar ini diberikan materi mengenai solusi penyelesaian utnag dengan pihak lembaga keuangan.
April 2017, Pak Amir mengikuti event Platform Bisnis Tanpa Riba (PBTR) di Bogor. Dari hasil pembelajaran tersebut, ia mendapatkan bekal untuk proses penyelesaian utang di beberapa lembaga keuangan.
Mulailah pak Amir bersafari ke beberapa lembaga keuangan yang memberinya utang. Ia datangi satu per satu, menyampaikan maksudnya untuk minta penyelesaikan utang dengan bayar pokok saja (bebas BDO-bunga, denda dan ongkos-ongkos lainnya). Permintaan itu disampaikan secala lisan maupun tertulis melalui surat formal.
Apakah permohonannya langsung dikabulkan? Sudah pasti tidak.
Namun Pak Amir tidak putas asa. Ia terus berusaha membangun komunikasi dengan pihak lembaga pengutang dan melakukan pendekatan secara baik-baik. Ia mengalami masa di bawah tekanan debt collector, namun dengan ketenangannya sang debt collector justru kemudian menjadi bersahabat.
“Alhamdulillah, setelah melalui proses negosiasi dan komunikasi yang baik, 3 bulan setelah berazzam di acara SMHTR, 5 titik utang dapat kami selesaikan dengan pertolongan Allah subhana wa ta’ala,” ujarnya lega.
Transformasi Usaha Syariah
Begitulah, setelah menjalani aktivitas bisnis tanpa utang sejak 2018, Pak Amir mengaku menjadi lebih fokus dalam upaya meningkatkan kualitas layanan dan perbaikan sistem kerja. Dilihat dari sisi omset memang tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi. Namun dari penambahan asset dan keuntungan bersih, usahanya mengalami peningkatan sekitar 30%.
Tak ingin terjebak pada kesalahan lama, sejak 2017 Pak Amir mengubah sistem pengelolaan semua bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip Syariah. Ini pekerjaan penuh tantangan karena ia harus bisa memastikan semua proyek yang dijalani benar-benar bersih dari unsur-unsur yang tidak sesuai kaidah syar’ie. Konsekuensi dari penerapan kebijakan tersebut adalah penurunan jumlah proyek dan nilai proyek yang diperoleh.
“Namun bukan semata besarnya nilai proyek yang kami harapkan sekarang, tujuan kami sekarnag adalah nilai keberkahan,” ujarnya.
Begitu pun, kinerja bisnis Esa Daya Lestari bukannya tanpa kemajuan. Pelan tapi pasti, perusahaan yang berdomisili di Banyumas Jawa Tengah ini semakin andal memberi layanan terhadap sejumlah klien besar dan kecil, local maupun perusahaan asing. Selama 2019 kemarin, mereka tercatat telah melayani kegiatan pengelolaan, baik K3 mapun kegiatan lingkungan hidup untuk 50 perusahaan dengan total nilai proyek antara 2-3M/tahun.
Berkah lain, di tahun 2019 pula Pak Amir dimampukan Allaah untuk mendirikan satu usaha baru dibidang Laboratrium Pengujian dengan nama SEMESTA ESA LABORATORIUM. Badan usaha ini bergerak di bidang pengujian analisa laboratrium lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja. Produk layanannya meliputi pengujian analysis sampel untuk parameter lingkungan hidup dan area kerja ditempat kerja, baik parameter kimia, fisik, biologi, ergonomi dan psikologi kerja.
Menempuh Jalan Hijrah bersama MTR
Pak Amir sangat bersyukur dipertemukan kepada komunitas yang telah menjadi jalan kesadaran atas segala pengalaman yang ia sebut sebagai “kebodohan” masa lalu.
“Kami bersyukur sekali masih diberikan kesempatan untuk menikmati hidayah taufik akan kebenaran dan kemuliaan Islam,” ujarnya penuh syukur.
Bersama Masyarakat Tanpa Riba, ia yakin seyakin-yakinnya bahwa Islam adalah ILMU KEHIDUPAN, dan ILMU KEHIDUPAN PASTI MAMPU MEMBERIKAN SOLUSI TUNTAS atas segala permasalahan yang ada dalam kehidupan ini.
“Alhamdulillaah secara bertahap kami berupaya menerapkan ilmu kehidupan tersebut, dan hasilnya sudah kami rasakan,” pungkasnya.
Ingin mengikuti jalan hijrah Pak Amir untuk mendapatkan solusi tuntas atas segala permasalahan kehidupan Anda? Jangan ragu-ragu menghubungi Komunitas Masyarakat Tanpa Riba di kota terdekat.
Sebagai kunci pembuka ilmu solusi utang, silakan membaca Buku Merah MTR “Kesalahan-Kesalahan Fatal Mengembangkan Bisnis dengan Utang” yang bisa Anda dapatkan dengan menghubungi 0853-3533-5319.