Setelah berbulan-bulan obat tidur tidak mempan membantunya lelap, tadi pagi Pak Kim berkabar kepada awak MTR bahwa ia bisa tidur nyenyak semalam. Bakda Maghrib kemarin, pemeluk agama Budha ini datang ke MTR dengan wajah kusut. Membawa problem utang 90M, yang membuatnya ingin mengakhiri hidup sampai di sini saja.
***
Berbagai kejutan datang ke KSW belakangan ini. Selasa (08/09/20) kemarin Allaah kembali menguji kami dengan kejutan berikutnya. Bakda maghrib, datang seorang tamu yang baru pertama mengetuk pintu kantor KSW. Dilihat dari gesture-nya, mudah ditebak kalau beliau adalah penderita penyakit tabiat buruk utang kelas berat. Wajahnya lesu tanpa cahaya, gerakan badannya gontai tanpa semangat.
Bukan jumlahnya yang menjadi kejutan. Sebelum ini, MTR sudah akrab dengan berbagai jenis “pasien utang” yang datang dengan problem bernilai puluhan hingga ratusan miliar rupiah. Tamu baru ini datang dari latar belakang berbeda.
Selain ciri-ciri berkulit kuning langsat (ah ini sih biasa di kalagan warga MTR) dan membawa problem utang senilai 90M yang tersebar di lebih dari 20 titik (ini juga biasa), beliau adalah seorang non muslim! Betul saudara, Pak Kim tamu yang datang tadi malam adalah seorang Tionghoa Buddhist.
Namun layaknya adab memuliakan tamu sebagai kesempurnaan iman seorang Muslim, kami menyambut kedatangan pak Kim dengan hangat. Dalam kesejukan malam di bukit Sentul, kami ajak pak Kim berbincang di Saung MTR. Sudut kantor KSW yang sudah menjadi saksi keberhasilan ratusan bahkan ribuan sahabat MTR dalam menempuh perjalanan hijrah untuk menyelesaikan problem-problem utang ribanya.
Malam tadi, pak Kim yang terlihat selalu gelisah ditemui oleh Mas Lukman dari KSW, serta Pak Syaikhul dan Mas Budi, warga MTR. Bersama-sama kami sharing pengalaman menuntaskan problem berat utang-utangnya dalam koridor pembelajaran kurikulum MTR.
Pak Kim bercerita, sudah berbulan-bulan tidak pernah bisa tidur sekalipun sudah dipaksa minum obat tidur. Ia putus asa dikejar-kejar utang yang datang dari berbagai penjuru. Bahkan sudah terpikir akan mengakhiri hidupnya sebagai jalan pintas untuk mengakhiri problem utangnya di dunia.
Kami berusaha menenangkan Pak Kim dengan empati. Sambil makan malam dengan menu Nasi Padang, kami bagikan pengalaman para warga MTR yang sudah berhasil menyelesaikan problem-problem utangnya dalam program pembelajaran di MTR.
Menit ke menit larut dalam perbincangan hangat mengenai utang, gesture Pak Kim terlihat semakin rileks. Dalam waktu tidak sampai satu jam, posisi duduknya sudah tidak setegang waktu baru pertama datang. Hingga ketika kami putuskan mengakhiri diskusi sekitar pukul 22, ia sudah bisa tersenyum lebar.
Sambil pamit Pak Kim bercanda ringan,”Tunggu besok pagi ya, kalau saya w.a berarti malam ini saya bisa tidur nyenyak,” ujarnya dengan muka cerah. Tangannya menenteng buku merah MTR sebagai buah tangan. Sudah tentu kami selipkan pesan agar segera membaca buku itu sebagai kunci masuk penyelesaikan problem utang-utangnya.
**
Dan pagi ini, kami mendapatkan w.a yang melegakan. “Tadi malam saya bisa tidur jam 12.30, Pak Lukman. Mudah-mudahan nanti malam bisa lebih cepat lagi tidurnya!”
Alhamdulillah, kami tentu saja ikut lega.
Tak lupa kami ingatkan agar Pak Kim segera mengkhatamkan membaca buku merah, sebagai gerbang pencerahan menuju lunas utang. Setelah itu, akan kami siapkan terapi MTR berikutnya melalui kurikulum lunas utang miliaran .
Mohon doanya agar Pak Kim segera mendapat penyelesaian. Karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamiin, kami ingin membagikan nilai Islam sebagai one stop solution kepada seluruh dunia.
Untuk Anda yang berproblem utang, jangan segan menghubungi kami di +62 811-113-139. Sebagai Langkah awal, silakan baca buku Merah MTR “Kesalahan-kesalahan Fatal Pengusaha Mengembangkan Bisnis dengan Utang” yang bisa Anda dapatkan melalui +62 853-3533-5319. Salam Lunas!
#MTRituNyata
#IslamRahmatanLilAlamiin