Sunday, October 26, 2025
Home Blog Page 10

Prinsip Fundamental Penyelesaian Utang ala MTR

0

@Amir Mahmudin| Pegiat MTR Purwokerto||

Seperti apa solusi yang ditawarkan MTR kepada warga  yang sudah terjerat tabiat buruk utang dan ingin menghentikan aktivitas membesarkan modal usaha melalui utang?

Pertanyaan ini sangat menarik untuk dikuliti. Ada formula penyelesaian utang yang ditanamkan oleh para pegiat MTR dalam proses  lunas utang ini. Bahwa, “penyelesaian utang itu ibarat sebuah pohon yang besar, rindang, berbuah banyak dan lezat.

Waduh apa hubungannya utang dengan sebuah pohon? He he… bukankah orang yang sudah lunas utang itu sangat bahagia? Bukankan orang yang usahanya maju tanpa utang adalah impian banhyak orang?  Bukankah hidup tanpa utang dan keluarga harmonis adalah mimpi semua orang? Yeah, itulah gambaran pohon yang besar, rindang, berbuah banyak dan lezat,  yang menjadikannya banyak diimpikan orang.

Gambaran pohon besar, rindang, berbuah banyak dan lezat ini menjadi representasi alur proses penyelesaian utang yang dilakukan oleh warga MTR dan pengusaha MTR. Untuk menghasilkan buah yang banyak dan lezat, harus terpenuhi variabel daun yang subur guna terjadinya proses fotosintesis. Untuk memperoleh daun yang baik sangat dibutuhkan ranting, dahan, cabang dan batang pohon yang baik. Untuk menghasilkan batang, cabang, ranting, dan daun yang baik dibutuhkan variabel tanah yang baik pula.

Akan tetapi, dari sekian variabel dalam satu kesatuan sebatang pohon yang menghasilkan buah banyak dan lezat, terdapat satu variabel yang paling utama dan sangat fundamental. Yaitu akar yang menghujam kuat ke dalam tanah, sehingga ia mampu menahan beban pohon dengan kuat meskipun angin kencang dan hujan lebat mengguyurnya secara terus menerus.

Demikian yang dilakukan oleh warga MTR dan pengusaha MTR dalam proses penyelesaian utang. Yang dilakukan pertama kali dan paling fundamental harus terpenuhi adalah perbaikan fundamental pemahaman utang dengan benar dan perbaikan keimanan kepada Sang Haliq yang Maha Mampu memberikan pertolongan dan Maha Mampu mengubah semua kondisi kesulitan hambaNya menjadi kemudahan.

Pembentukan karakter mental di atas garis dan senantiasa mendorong perbaikan keimanan kepada ALLAAH SWT, menjadikan warga MTR dan pengusaha MTR meyakini seyakin-yakinnya bahwa Ia tidak sendiri, bahwa ia memiliki keyakinan kuat, bahwa dirinya hanya sebatas mahluk yang tidak memiliki kemampuan apapun dan hanya ALLAAH SWT yang memiliki kehendak terselesaikannya urusan utangnya.

Apakah ada upaya lain selain berharap kepada pertolongan ALLAAH SWT? Ada hal lain yang dilakukan oleh warga MTR dan pengusaha MTR, yaitu melakukan perbaikan diri berkaitan hubungan dirinya dengan Tuhannya dan melakukan perbaikan hubungan dengan siapa saja.

Hal lain yang dilakukan adalah tetap berikhtiar secara optimal memperbaiki bisnisnya, dan terus memperbaiki kapasitas dirinya agar bisnisnya produktif dan memiliki penghasilan yang cukup untuk menutup utang-utangnya.

Upaya lain yang dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak pemberi pinjaman. Dalam proses  ini, sahabat MTR mengembangkan sebuah sikap yang unik. Apa itu? Mereka biasanya melakukan dengan hati yang kuat, penuh ketenangan. Proses negosiasi diniatkan sebagai bagian dari amalan ibadah, dengan implementasinya adalah memberikan edukasi bahaya utang kepada siapa saja yang ia jumpai, termasuk kepada pihak pemberi pinjaman. 

Apapun aktivitas yang dilakukan tersebut, diniatkan semata untuk memantaskan diri dihadapan ALLAAH SWT agar dirinya memperoleh pertolonganNya (di kalangan warga MTR, hal ini dikenal dengan istilah unlogic). Sahabat MTR yakin benar, bahwa bagi seseorang yang bersungguh-sungguh ingin menyelesaikan utang, maka ALLAAH SWT pasti akan menolongnya.

Hal ini didasarkan kepada sabda Rasulullaah SAW : “Dari Muhammad bin Ali dia berkata ‘A`isyah RA telah berutang piutang, lalu ada yang bertanya kepadanya,”Mengapa Anda berutang?” ‘A`isyah menjawab,”Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,”Tidaklah seorang hamba berniat untuk melunasi utangnya, kecuali dia berhak mendapat pertolongan dari Allah Azza wa Jalla. Maka aku mencari pertolongan Allah itu” (HR Ahmad & Thabrani).

 

Jadi bila disimpulkan, secara real apa yang dilakukan oleh sahabat MTR dalam proses penyelesaian utang adalah :

  1. Perbaikan Aqidah keimanan kepada Sang Khaliq Penguasa Alam Semesta (variabel fundamental)
  2. Melakukan perbaikan hubungan diri dengan Sang Khaliq, hubungan dirinya dengan dirinya sendiri, hubungan dengan keluarga, hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan team kerja, hubungan dengan klien dan hubungan dengan patner bisnis.
  3. Pemahaman fundamental tentang utang dengan benar dan memberikan edukasi kepada siapa saja yang ia jumpai.
  4. Menghilangkan kemelekatan terhadap rasa kepemilikan dunia
  5. Peningkatan kapasitas diri melalui peningkatan ilmu agama dan ilmu bisnis secara berkelanjutan.
  6. Perbaikan sistim bisnis untuk meningkatkan pendapatan dan pengembangan usaha.
  7. Bersahabat dalam proses penyelesaian utang dengan pihak pemberi pinjaman.

Demikian bahasan menarik perihal utang dan bagaimana memulai proses penyelesain utang yang dilakukan oleh warga MTR dan pengusaha MTR. BarrakaALLAAHU Lanna Wallakum Jami’an.

Tertarik untuk bergabung dengan MTR? Silakan hubungi 0858 7593 9305.

Salam LUNAS dan Salam Cash dari kami.

MAU JADI BUDAK? NGUTANGLAH!

0

UTANG 18 MILIAR, SISA 1 MILIAR LAGI

Momen Bulan Agustus adalah hari Kemerdekaan.
Pertanyaannya adalah, Apakah kita sudah Merdeka dari UTANG?

Silahkan Jawab pertanyaan tersebut.

Kalo belum merdeka dari Utang
Berarti kita masih dijajah oleh UTANG
Yang Artinya kita MASIH MENJADI BUDAK UTANG

Naudzubillahiminzalik.

Hari ini adalah Hari Jumat, yang merupakan hari yang Istimewa dibanding hari lain. Juga merupakan hari diijabah Do’a dan Hajat Kita. Yuk Kita banyak berdoa

Semoga kita semua bisa segera LUNAS UTANG
Semoga Bisnis Kita Berlimpah dan Berkah

Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.

Salam Cash
Salam Lunas

Makna Utang dalam Islam

0

@AmirMahmudin| Pegiat MTR Purwokerto||

Bismillaahirakhmannirakhim

Utang!

Menyebut kata itu, seakan sudah tidak ada resistensi lagi dalam kehidupan masyarakat. Utang telah menjadi hal yang lumrah, menghinggapi setiap individu dalam kesehariannya. Ketiadaan resistensi itu, menurut kami, sudah sampai pada tahap menjebol dinding pertahanan akal dan rasa.

Apa buktinya? Satu dari berbagai bukti yang akan kami sampaikan adalah, “utang dianggap solusi cepat penyelesaian masalah. Utang memunculkan rasa bangga diri yang dipamerkan kepada orang lain melalui kemudahan fasilitas kredit. Seperti penggunaan kartu kredit untuk belanja di mall,  makan di resto, belanja online, dan lain sebagainya.

Utang telah menjebol resistensi akal. Ketidakpastian akan situasi dan kondisi hari esok, sudah ditetapkan hari ini. Meyakini hari esok pasti masih hidup, menyakini usahanya besok akan berkembang, menyakini keuangan esok pasti lancar dan menyakini hari esok tidak akan ada permasalahan dalam kehidupannya.

Memang, membahas utang itu asyik. Kata utang seperti menjanjikan sesuatu yang memiliki value positif. Karenanya aktivitas utang secara alami bisa direspon oleh tubuh manusia dengan terstimulasinya hormon endorphin. Yang memberikan efek rasa senang dan terpuaskan. Rasa senang dan terpuaskan inilah yang semakin lama berefek kecanduan bagi seseorang yang menjadikan utang sebagai solusi permasalahan. Seseorang yang sudah kecanduan utang akan sedikit sekali berpikir mengenai bahaya buruk utang dan dampak yang ditimbulkan di kemudian hari.

Dalam keadaan semacam ini, akal sehat pecandu utang telah terabaikan dan terkalahkan oleh dorongan naluri (gharizah). Penyakit kecanduan utang  hanya akan berhenti lantaran dua sebab. Pertama, jika ia segera memahamai dan menyadari dengan benar akan dampak buruk utang. Dan kedua,  karena KEMATIAN.

Banyak orang yang terlena oleh kata utang…! Namun sebenarnya, samakah kata utang dengan pinjam?

Secara bahasa, arti utang adalah “uang yang dipinjam dari orang lain atau membayar kewajiban membayar kembali apa yang sudah diterima (kbbi.web.id).

Sedangkan kata pinjam adalah memakai barang (uang dan sebagainya) orang lain untuk waktu tertentu (kalau sudah sampai waktunya harus dikembalikan) (kbbi.web.id).

Dalam bahasa Arab, kedua kata ini ternyata berbeda. Utang = dain, sementara pinjaman = qardh. Sedangan menurut syariat Islam sebagaimana telah definisikan oleh Ulama Syafi’iyyah, Malikiyyah, dan Hanabilah,  utang (dain) didefinisikan sebagai apa-apa [harta] yang tetap dalam tanggungan, karena suatu sebab yang mengharuskan tetapnya utang (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, Juz 21). Sedangkan pinjaman (qardh) dalam istilah syariah Islam adalah memberikan harta untuk menolong sesama bagi orang yang akan memanfaatkan harta itu dan mengembalikan penggantinya (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, Juz 33, hlm. 89).

 

Bagaimana pandangan Islam berkenaan dengan aktivitas utang?

Dalam hukum Islam, utang (dain) adalah boleh (ja’iz) berdasar kepada  firman ALLAH dalam Al Qur’an Surat  Al Baqarah : 282.

Nash lain juga menjelaskan sebagaimana penjelasan dalam hadist Rasulullaah SAW : “Dari ‘Aisyah RA bahwa Nabi Muhammad SAW pernah membeli makanan dari seorang Yahudi hingga tempo tertentu [secara utang], dan Nabi SAW menggadaikan kepadanya baju besinya. (HR Bukhari)”

Bagaimana dengan hukum dalam Islam terkait dengan pinjaman (qardh)? Dalam hukum Islam pinjaman (qardh) terbagi menjadi dua katagori, yakni hukum sebagai pemberi pinjaman (al-muqridh) adalah mandub (sunnah). Sedangkan hukum bagi peminjam (al-muqtaridh), sebagian ulama mengatakan hukumnya boleh (ja’iz) (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah, 33/91).

Diperbolehkannya aktivitas utang dalam syareat Islam, bukan berarti tidak ada celaan bagi sesorang yang melakukan aktivitas utang. Hal tersebut didasarkan pada nash yang mencela aktivitas utang. Diantara nash tersebut adalah Sabda Rasulullaah SAW : “Dari ‘A`isyah RA bahwa Rasul SAW pernah berdoa dalam sholat,”Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari azab kubur, aku berlindung kepadamu dari cobaan (fitnah) Al Masih Ad Dajjal, aku berlindung kepadamu dari cobaan kehidupan dan kematian, aku berlindung kepadamu dari dosa dan utang.

Ada yang bertanya “Betapa seringnya Anda minta perlindungan dari utang?” “Rasul SAW menjawab, “Sesungguhnya seseorang itu jika ia berutang lalu berbicara, maka dia akan berdusta. Jika dia membuat janji, maka dia akan ingkar janji.” (HARI. Bukhari, No. 798).

Dalam hadist yang lain Rasulullaah SAW bersabda : “Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Aash, bahwa Rasul SAW bersabda,”Akan diampuni orang yang mati syahid setiap dosanya, kecuali utang.”(HR Muslim, no 1886).

Dengan memperhatikan nash-nash yang menjelaskan perihal aktivitas utang dan fakta yang terjadi di masyarakat saat ini, nampak sekali korelasi di mana utang yang hakekatnya diperbolehkan, tetapi menjadi lebih baik untuk ditinggalkan.

Karena aktivitas utang yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW adalah utang yang hanya dilakukan dalam kondisi sangat terpaksa, yakni hanya utang untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup (makan).

Menjadi sangat bertolakbelakang dengan fakta aktivitas utang yang dilakukan oleh umat Muslim sekarang. Di mana utang bukan untuk memenuhi kebutuhan dasar (makan), tetapi lebih kepada pemenuhan kebutuhan naluri keinginan (kebutuhan sekunder, tertier dan modal usaha). Jika  keadaan ini terus belanjut, akan menjadi bom waktu terhadap kemerosotan kondisi ekonomi masyarakat secara umum dan bahkan bisa pada level negara.

 

Berangkat dari bahaya tabiat buruk utang, komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR) tergerak untuk mengambil peran dalam aktivitas edukasi pemahaman utang secara  benar kepada segenap lapisan masyarakat.

Memfokuskan pada aktivitas utang yang dilakukan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya melalui utang adalah sebuah kesalahan fatal. Pembahasan lebih lengkap mengenai kesalahan-kesalahan fatal apa saja yang akan dialami oleh pengusaha dalam mengembangkan usahanya melalui utang dapat dibaca di BUKU MERAH MTR.  (bersambung)

 

Wajah MTR di Kotaku

0

@Westri

Kumulai cerita dengan mengucap Basmalah…

Bismillahirrahmaanirrahiim…

Pertama mengenal MTR dari event SMHTR di Bogor, Oktober 2018. Sebelumnya, belahan hatiku sudah terlebih dahulu ikut PBTR Bogor, Juni 2018.

Ilmu yang luar biasa…

Membelalakkan mata yang selama ini masih sayu menatap kehidupan fana yang tiada henti dari masalah.  Sadar, bahwa selama itu diri terlalu naif dan merasa sudah cukup dengan ibadah yang ada. Bengong, setelah ini mau apa dan akan kemana. Bingung, dakwah MTR akan dibawa kemana.

Saat “beban” dakwah ditonggakkan di pundak yang lemah ini, hanya dua kata yang terucap dari lisan yang kelu, “HARUS BISA”.

Sejak saat itu, aku berusaha untuk terus “mencari ilmu” dari setiap event MTR.  Walaupun berat, namun harus tetap dikejar. Walaupun tidak mudah, namun yakin semua ilmu itu akan membawakan “Nur” pada ruh yg gelap ini.

Dengan Izin Allah, MTR mulai bergerak maju di kotaku. Bersyukur, karena Allah izinkan aku ikut menjadi bagian dari perjuangan di jalan jihad ini.

Hingga akhirnya.. langkah kami “dipukul mundur” oleh kebijakan para elit berpengetahuan agama tinggi, yang mengaminkan untuk tidak perlu tabayyun.

Aku berusaha untuk ikhlas walau hati berdarah. Sebagai hamba yang fakir ilmu, berusaha menerima taqdir bahwa inilah jalan hijrahku, inilah jalan dakwahku. Walaupun sekarang sudah tidak lagi lapang karena sang penguasa yang selalu merongrong, meluluhlantakkan “penghambaan” jiwa ini pada jalan dakwah yg kupilih untuk kotaku..

Mmm…

Kotaku, kini jalanmu untuk melawan getirnya kehidupan bebas dari kebathilan-kebathilan yang menjelma dalam wujud pembelaan kebenaran semakin tidak mudah.

Kotaku, sekarang engkau harus mulai terbiasa mendengar: “Nggak perlu fokus dengan bebas BDO, ikuti saja maunya si abank”. Atau “Angsur saja sedikit, biar ngga diganggu abank”. Bahkan “Bayar saja ribanya, kan cuma sedikit. Dari pada istri dan orang tua diteror si abank”.

Juga tidak jarang kamu juga akan  mendengar “Kita bantu sahabat-sahabat yg sedang kesusahan dengan menggalang dana untuk meringankan beban utangnya”.

Kata-kata ini juga akan sering kamu dengar “Bayar pengacara saja, hanya sedikit kok, dua ratus ribu saja, biar kita bisa mikirin urusan lain, bukan hanya mikirin utang”.

Sungguh aku sedih, kotaku… MTR di wajahmu harus berbalut ribuan topeng kepentingan dan keingkaran pada visi, misi dan core value-nya. Perjuanganmu akan semakin berat merobek tiap lembar topeng-topeng itu.

Kotaku…

Aku masih tidak akan menyerah memperjuangkan apa yang MTR ajarkan padaku tentang arti dakwah dan perjuangan padamu.

Aku ikhlas menjalani dakwah yang tidak mudah ini, insyaallah semata-mata hanya karena ALLAAH sang penguasa alam semesta. Bukan karena ingin dipuji, bukan karena ingin dihormati, apalagi karena ingin mendapat piala kekuasaan semu.

Inilah yang akan aku pertanggung jawabkan di hadapan Robku, kelak…

Wallahu’alam bishowab..

♡WS,160820♡

Ultimate Life Changing

0

©MY260820

An epic mission to empower entrepreneurs to build values driven game changing companies.

Sahabat, tahu nggak sih kalau Anda itu adalah orang luar biasa? Saya yakin, banyak hal yang telah Anda ketahui, emang pantas belajar dari orang-orang biasa?

Hal diatas mungkin saja jadi pertanyaan banyak orang ketika menjalani atau terpilih mengikuti Ultimate Life Changing (ULC). Lalu mengapa ada orang lancang yang berani menulis ini untuk Anda?

Sahabat…

Sebaik atau seburuk apapun hidup kita saat ini, ULC adalah cara kita memahami keadaan. Terlepas siapa Anda, seberapa banyak yang telah dan belum Anda ketahui, kita yakin Anda mampu berperan luar biasa untuk membantu umat keluar dari ‘zaman kegelapan’ menuju ‘cahaya Tuhan’.

Kita bersama-sama melihat gejala, menganalisa dan memeriksa langsung keadaan yang ada, untuk kemudian bisa memperbaikinya.

ULC jadi bagian dari cara kita berproses agar lahir para pengusaha yang melangkahkan kakinya di bumi, tapi visi dan tujuannya akhirat.

Mereka yang dapat ‘membaca’ bukan hanya yang terindera, tapi juga mampu ‘mendeteksi masalah’ dalam berbagai sudut pandang, bahkan melihat apa yang orang lain tidak lihat.

Mereka yang pilihan hidupnya adalah usaha, tapi hati dan jiwanya adalah ulama.

Jika kita belum mampu mengubah nasib, maka ubahlah sikap. Nasib buruk berasal dari sikap

yang buruk. Sikap yang buruk lahir dari pola fikir dan cara pandang yang salah.

Sampai jumpa di ULC…

Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhiroti hasanah waqina ‘adzabannar. Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.

✍️ Education For All

Helmy Yahya : “Sinergitas, Kekuatan MTR”

0

Seperti ikan koi masuk ke dalam kolam  yang jernih. Itu kesan  yang bisa ditangkap saat melihat Helmy Yahya,  berbaur dengan  warga MTR di kantor KSW beberapa waktu lalu. Bahasa tubuhnya rileks dan ia  terlihat tidak perlu kerja keras untuk menyamakan persepsi dan adab para warga.

Sejak bincang-bicang awal, Helmy sudah menegaskan semua bisnisnya –properti, tambang serta media (rumah produksi), halal dan berjalan nyaris tanpa utang. Kesamaan visi tersebut membuatnya ingin mengabarkan kepada publik tentang keberadaan dan cara pandang komunitas MTR dalam berbisnis yang membawa kebarokahan serta ketenangan hati.

“Secara tidak sadar,  arah bisnis saya sama dengan komunitas ini. Tidak mengandalkan utang, berdikari dan tidak tergantung pada siapapun. Kalau kita ikhlas, insyaAllah semua sudah diatur oleh Allaah,” ujarnya.

Dengan prinsip seperti itu, mantan Dirut TVRI ini mengaku hidupnya happy, dan rezkinya juga stabil. Bisnisnya berjalan lancar walau dalam kondisi pandemic covid,  investasi stabil dan ia masih sempat menikmati travelling bersama sang istri.

Saat diminta menjadi Dirut TVRI pada tahun 2017, Helmy mengaku tidak terlalu berambisi.  Sebagai anak pedagang kaki lima, ia merasa apa yang telah dicapai dalam hidupnya sekarang lebih dari cukup. Dua orang anaknya anaknya sudah menikah, satu sudah lulus kuliah, tinggal si bungsu yang masih menjadi tanggungjawabnya.

“Semua usaha berjalan baik, PH saya memproduksi program yang membantu orang, undangan konsultan terus berdatanga. Saya pikir, ah sudahlah, sekarang tinggal memperbanyak ibadah dan membantu orang,” papar pria berusia 57 tahun ini

Maka ketika ia mulai  menakhodai TVRI, misi utamanya adalah membenahi manajemen, rebranding dan transformasi bersama para awak untuk mengejar ketertinggalan dari para competitor yang sudah berlari jauh di depan.

Ini bukan pekerjaan ringan. Selama ini TVRI sudah terpersepsi sebagai institusi milik pemerintah yang terjebak dalam comfort zone sehingga kurang lincah mengikuti gerakan televisi-televisi  swasta lainnya.  Ia harus mampu mengajakstafnya untuk berlari dalam kreativitas dan kuantitas kerja, guna mengejar ketertinggalan dari  para pesaing. Padahal  secara internal  terdapat problem keuangan yang berat karena gaji para karyawan terbilang kecil, bahkan tunjangan mereka belum bisa turun.

Namun Helmy memiliki prinsip leader has to be seen & walk to talk”. Jika ingin membawa kapal dalam perubahan, nakhoda juga harus konsisten dengan apa yang dicanangkan, tidak boleh hanya memerintah di belakang meja.  

Maka, Helmy pun turung langsung ke lapangan.  Dengan pengalamannya sebagai bos PH dan pembaca acara senior, ia mengajari anak buahnya mengatur kamera dan menulis naskah, menanamkan attitude siaran hingga mencermati penampilan mereka di depan layer kaca. Berdasarkan latar belakangnya sebagai akuntan ia mengajari cara menghitung anggaran yang benar, dan lainnya.

Memang butuh pengorbanan besar. Sehari-hari dalam kurun 2 tahun kepemimpinannya, Helmy selalu datang ke kantor TVRI sebelum jam kerja, dan pulang di belakang para karyawannya. Bahkan pada  pada Sabtu dan Ahad pun, ia masih sempatkan datang untuk mengawal pekerjaan akhir pekan anak buahnya. Dalam hal ini, Helmy berterimakasih atas kesamaan visi para direksi yang mendukungnya di layer kedua. Ia memuji attitude mereka yang ia sebut  “tegak lurus”  berjuang bersama.

Perjuangan mereka tidak sia-sia. Setahun berjalan, posisi TVRI naik  dari urutan ke 15 menjadi peringkat 10 dari sekian banyak stasiun televisi di tanah air. Revenue juga naik, reformasi birokrasi berjalan. Kualitas produknya juga menjadi kincong tak kalah dengan televisi-televisi swasta lainnya.

Belajar dari pengalaman hidupnya,  lulusan Sekolah Tinggi Administasi Negara (STAN) ini berprinsip tidak ada yang tidak mungkin di dunia. Asalkan ada niat dan dilakukan penuh keyakinan untuk memperjuangkannya, InsyaAllah semua target akan tercapai.

Selain itu, ia juga tidak pernah segan selalu belajar kepada orang lain. “Karena, begitu berhenti (belajar) selesailah kita,” tegasnya.

Tak ubahnya dalam silaturahim dengan warga MTR kemarin, Helmy mengaku banyak belajar dan menyerap pengalaman para warga dalam perjalanan melepaskan diri dari ketergantungan terhadap utang.  Ia mempelajari testimoni para warga yang lebih bebas dan bahagia setelah bebas dari riba.

“Mungkin karena secara psikologis tidak ada tekanan, tidak bekerja untuk orang lain sehingga lebih bebas dan bahagia. Itu yang saya simpulkan. Saya pribadi ingin terus belajar,” ujarnya.

Helmy mengaku beruntung bisa bersilaturahmi dengan komunitas MTR karena bisa saling berbagi pelajaran. “Sinergitas, saling dukung dan mengingatkan. Itu kekuatan yang harus ditularkan MTR kepada lebih banyak orang!” pungkasnya apresiatif.

9 Ancaman dan Dosa Riba

0

“Kalau Masih Mikir Modal (Utang), Berarti Dia Belum Pantas Mulai Usaha Berkah”

0

Melalui wasilah salah satu warga MTR (Pak Arif), Buku Merah akhirnya sampai ke tangan Ustadz Rully Attaqi, Direktur Pusat Alquran Indonesia.

“Buku ini sudah lama sekali saya lihat, tapi belum sempat pesan. Alhamdulillah, ini buka luar biasa,” demikian ujar beliau saat menerima BMM.

Ust. Rully mengaku masalah utang sebagai modal usaha seperti yang menjadi tema pokok BMM sudah lama menjadi pemikirannya. Ia mengamati banyak motivator bisnis yang mengajarkan untuk mulai usaha melalui modal utang. Jarang, bahkan nyaris tidak ada yang mengajak untuk mulai usaha berkah seperti yang menjadi pesan utama MTR melalui BMM.

Perihal praktik bisnis secara Islami, Ust. Rully banyak mengaji teladan sahabat Nabi Abdurrahman bin Auf  yang dikenal paling kaya raya sekaligus dermawan.

Ketika para sahabat hijrah ke Madinah atas perintah Rasulullah, kaum Anshar rela berbagi harta kekayaan mereka dengan para Muhajirin. Akan tetapi, saat itu Abdurrahman menolak bantuan harta dari Sa’’ad bin Rabi’, salah satu kaum Anshar paling kaya di Madinah.  Ia justru bertanya lokasi pasar. “Tolong tunjukkan padaku di mana arah pasar?” katanya.

“Jadi Abdurrahman bin Aud itu ternyata mulai usahanya tanpa utang. Padahal yang ditawarkan sahabat Sa’ad itu bantuan lho, bukan utang,” kembali Ust, Rully memberi penegasan.

Abdurrahman memang sangat pandai berbisnis, semua perdagangan yang dikelolanya pasti berhasil dan menghasilkan kekayaan yang berkah sampai kematiannya. Selain berpartisipasi dalam beragam peperangan, satu dari 10 sahabat Nabi yang dijanjikan surga ini banyak berdakwah lewat hartanya.

Menurut Ust. Rully,  esensi bisnis tidak terletak pada modal, namun mindset. Yaitu bagaimana seseorang mengelola sumber daya yang ada pada dirinya. ‘

Kalau dia mulai usaha dengan berfikir tentang modal, dan modalnya adalah utang, berarti dia belum pantas untuk mulai usaha berkah,” tegas penulis buku dan penyusun metode ATTAQI (Akselerasi Tahsin Tilawah Alquran Intensif) tersebut.

Sebagai tambahan info, Ust. Rully adalah penggagas Pulau Tahfidz, program jangka panjang Pusat Alquran Indonesia dalam rangka mewujudkan satu pulau yang di seluruh sudutnya  ada aktivitas santri menghafal Alquran.

Program Pulau Tahfidz ini diwujudkan di Pulau Penyengat yang dalam sejarahnya dahulu, merupakan rujukan para pencari ilmu Al Qur’an dari seluruh penjuru negeri.

Sebagai penutup, Ust. Rully mengajak kita untuk mulai  membangun bisnis tanpa utang,  “Bisnis berkah melimpah tanpa utang. Mari wujudkan!”

#BacaBukuMerahMTR  #MTRItuNyata #KangenKumpulMTR

Ketabahan dan Kesabaran yang Istimewa

0

@AL. Widadi

Sahabat pembaca yang budiman,

Kala melihat saudara kita, dikeroyok sedemikian banyaknya. Namun tetap terlihat tenang saat beradu argument.  Tabah dan sabar dalam menghadapi hasutan.

Ketenangan dan ketabahan seperti itu hanya dimiliki oleh hamba  Allaah yang memiliki aqidah Islam kokoh dan mengakar kuat. Walau dicerca saudara, tetap tenang, santun serta  bahkan menunjukkan kewibawaan.

Betapa saudara kit aitu, telah meng-copy paste teladan generasi awal Ummat Islam ini — para sahabbahkat Rasul. Sungguh, semoga akhlak mulia saudara kita ini, beroleh penuh lindungan Allaah dan pahala yang istimewa.

Di saat iman dan aqidah Islam telah mutaajasad (mendarah daging) pada jiwa kita, maka ancaman persekusi dan aneka rupa intimidasi, tidak ada apa-apanya.

Saudara kita yang dikeroyok ini, dan kita semua hamba Allaah yang taat kepadaNya, yang menjalankan dan mendakwahkan ajaranNya, termasuk dalam urusan khilafah yang mulia, maka tiadalah kekhawatiran terhadap hasad. Caci maki pembenci tiada arti lagi..

Bersabarlah saudaraku. Ummat sedunia, bahkan Malaikat yang di langit pun senantiasa menjadi saksi, atas kedzaliman ini

Yaa ayyuhalladziina aamanushbiruu washoobiruu warobituu, [Wahai orang² yang beriman bersabarlah, dan kokohkan kesabaranmu serta berjagalah di perbatasan negeri kalian…]

Kita berharap dengan menjemput pertolongan Allaah Rabbul ‘izzatiy. Sedangkan mereka, pembenci risalah Islam terus diliputi sakit hati.

‘Alaa innanashrallaaha qariib [Sungguh pertolongan Allaah Ta’aala itu teramat dekat], bersabarlah yaa ikhwah… Wallaahu a’lam bish shawwab. [UALS]

 

#SabarDanIstiqamah

Makhjudin Zein, Menebus Istri yang “Tergadaikan”

0

Bagaimana cerita perjuangan pengusaha kuliner ini dalam “menebus” istrinya dari cengkeraman institusi riba?

Makhjudin Zein,  “belajar” berutang  ketika mulai merintis usahanya di bidang kuliner pada tahun 2010. Saat itu ia  masih menjadi wartawan di sebuah harian umum di Semarang.

Debut utangnya tidak besar, “hanya” Rp5 juta dengan jaminan BPKB Motor. Utang sebesar itu ia gunakan untuk membeli gerobak tahu bulat.  Usahanya berkembang cepat hingga sempat memiliki 10 gerobak tahu bulat yang membuatnya berani meninggalkan profesi jurnalistiknya di tahun 2012.

Namun tak lama, usaha itu bangkrut karena berbagai sebab. Mulai dari cerita ditipu karyawan, barang hilang dan sebab-sebab tak jelas lainnya. (Di kemudian hari setelah bergabung dengan MTR, ia tersadarkan bahwa bisnisnya di masa itu tidak berkah karena modalnya berasal dari utang riba).

Ketika memulai usaha, pria kelahiran Semarang 19 Juni 1981 ini memang  belum banyak mendapatkan informasi mengenai riba. Dalam mindsetnya, satu-satunya cara untuk mendapatkan modal adalah dengan berutang. Hal itu ia jalani, dan makin lama ketergantungannya semakin besar, utangnya pun semakin menumpuk lantaran keinginan untuk mengembangkan usaha juga semakin besar.

Tabiat berutangnya seperti mendapatkan pupuk subur karena kebetulan istrinya merupakan karyawan sebuah bank BUMN, dengan posisi terakhir sebagai Kepala Kantor. Lama-lama, kebiasaan berutang menjadi candu bahkan gaya hidupnya.  Saat tidak ada solusi untuk menambah modal, ia sampai meminjam nama saudara untuk berutang. Walau akhirnya lunas, tapi tetap saja berbekas dalam hubungan persaudaraan.

“Bener kata guru kami, ada dua syarat orang berhenti nambah utang. Pertama, dia sadar utang akan menjerumuskan hidupnya. Kedua, dia meninggal dunia,” katanya,.

Awal-awal, Zein masih bisa membayar cicilan Rp8.8 juta/bulan dari total utang Rp800 juta. Namun  lama-lama ia merasa ada ketidakadilan setelah menghitung-hitung, bonus yang diterima istrinya kemungkinan besar berasal dari bunga yang ia setorkan (sebagai kreditur) beserta cicilan pinjaman.

Sampai pada suatu titik, ia tersadarkan bahwa hamper tidak ada benefit yang ia dapat  dari berutang. Dari pinjaman sejumlah Rp90 juta dari bank tempat istri bekerja, ia menerima Rp86 juta (karena dipotong berbagai biaya dan cicilan pertama). Kekecewaan itu masih berlanjut karena setelah mencicil sampai Rp40 juta, sisa pinjaman yang harus ia lunasi masih sebesar Rp91 juta! Pelunasan yang lebih besar  dari pinjaman awal itu terpaksa dilakukan saat ingin top up (menambah) utang untuk keperluan bisnis. Sampai di situ, sebagai nasabah Zein merasa semakin diperlakukan tidak adil.

Zein dan istri bukannya tidak menyadari pengaruh tabiat buruk utang.  Mereka  juga berupaya “sembuh” dari penyakit tersebut, antara lain melalui interaksi dengan sebuah komunitas hijrah di tahun 2015. Namun waktu itu, ia merasa belum mendapatkan jalan untuk keluar atas permasalahan utang-utangnya.

Hingga, pada September 2015, ia mengenal MTR (yang waktu itu masih bernama PTR) , melalui pengumuman di grup FB Pak Saptuari. Zein tertarik dan bergabung dalam w.a.g, lalu  bersama istri mengikuti pembelajaran di dalamnya.

Tak perlu waktu lama, satu persatu titik utang bisa ia selesaikan. Dalam jangka 2 tahun setelah bergabung dengan MTR, utang yang totalnya mencapai lebih dari Rp800 juta di berbagai titik bisa mereka selesaikan dalam waktu 2 tahunan. Prioritas pelunasan dimulai dari yang terkecil, lalu pelan-pelan selesaikan yang besar. Hingga akhirnya semua lunas termasuk utang karyawan dari kantor istrinya.

Seperti cerita-cerita warga MTR alumnus LUM (lunas utang miliaran), Zein juga mengalami beberapa kisah “unlogic” dalam proses pelunasan utangnya. Saat berazzam melunasi utang karyawan atas nama istrinya yang sebesar Rp 180 juta, entah darimana dalam satu bulan mereka bisa mendapatkan uang Rp100 juta untuk menambah Rp80juta yang mereka miliki di rekening. Melalui keajaiban itu proses resign istrinya bisa berjalan lebih “smooth”, tanpa perlu mangkir karena masih terlilit utang di tempatnya bekerja.

Utang pribadi bisa mereka selesaikan pada bulan Mei 2016, namun utang riba baru bisa diatasi pada  akhir 2016 kjarena,”Istri masih saya gadaikan di tempatnya bekerja,” cetus Zein pahit mengingat masa lalunya.

Menebus Istri yang “Digadaikan”

Apa maksud digadaikan?  Zein menjelaskan, mayoritas pegawai perbankan biasanya akan diikat tempat kerjanya dengan utang  yang sepintas terkesan “berbunga ringan”, namun secara hitung-hitungan sebenarnya justru berat. Pasalnya, jangka waktu (tenor) yang diberikan biasanya Panjang, bisa puluhan tahun bahkan bisa sampai masuk masa pension. Selain itu ada syarat khusus, seorang pegawai bank tidak diperkenankan resign sebelum utangnya dilunasi.

Selain itu, posisi sebagai Kepala Kantor bank menuntut pengorbanan tidak sedikit. Berangkat pagi, pulang malam bahkan tidak jarang perintah pekerjaan datang tengah malam. “Istri saya maulai merasakan tekanan pekerjaan semakin meningkat dan tidak masuk akal,” ujarnya.

Zein mengakui, kondisi tersebut sangat mengganggu keadaan rumah tangganya. Istri berangkat kerja jam 6 pagi, pulang pukul 6 sore, bahkan sampai pukul 12 malam di hari keramat pada akhir bulan atau akhir tahun saat waktunya laporan tahunan harus masuk. “Harmonis? Wew, jauh,” ujarnya.

Zein memiliki banyak cerita epic terkait “pengorbanan” karyawan bank terhadap institusinya. Pernah ketika hari Idul Adha jatuh pada akhir bulan, saat umat muslim seharusnya libut dan bergembira  dalam hari raya yang pada hakekatnya merupakan moment pendistribusiann harta dari si kaya kepada si miskin, seorang karyawabi bank justru disuruh berangkat kerja menagih utang. “Akibatnya sepanjang jalan ia menangis merasakan beratnya beban yang harus ia tanggung,” kisahnya.

Ada juga karyawan bank yang nekat ambil utang untuk nombokin kredit macet demi menutup target menurunkan  angka NPL (Non Performing Loan). Namun tragisnya, meski sudah ditomboki melalui utang, nasabah yang punya utang tetap sukar ditagih.

Hijrah Bersama Komunitas Aneh MTR

Yup, MTR merupakan awal  hijrah Zein dan istrinya. Setelah ikut dalam satu seminar MTR, sang istri langsung melakukan action dengan mengajukan surat resign kerja di tempatnya berkarir selama 11 tahun terakhir. “Tanpa tapi tanpa nanti,” kata Zein. Sejak perjalan hijrah itu pula, Zein dan istri terus menerus berupaya memperbaiki kualitas hidup keluarga meunju tujuan akhir setelah kehidupan di dunia ini.

“Jadi kalau dulu istilahnya hidup untuk cari rupiah saja, sekarang kami hidup untuk mencari berkah, merawat anak-anak di rumah. Ini benar-benar berkah tak ternilai. Karena sesungguhnya, istri itu adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung,” lanjutnya.

Awalnya, Zein menganggap MTR adalah komunitas aneh, karena di saat orang sibuk  mengincar utang, warga komunitas ini malah sibuk menyadarkan orang agar menjauhi utang. Walaupun tidak diharamkan, namun alam komunitas ini ditanamkan kesadaran bahwa utang adalah tabiat buruk yang mengakibatkan kegelisahan di malam hari dan rasa terhina di siang hari. Apalagi jika tabiat itu juga sudah mewujud menjadi attitude buruk seperti ingkar jika berjanji dan dusta jika berucap.

Bahkan lebih tragis lagi, utang bisa membuat kita bangkrut di akhirat. Pasalnya jika sampai mati utang belum dibayarkan, maka perhitungan pembayaran di hari akhir nanti adalah melalui amal shalih yang kita miliki.

“Nah, kita hidup di dunia ngapain dong kalo endingnya nanti bangkrut dan masuk neraka. Mending nyaman hidup tanpa utang di dunia, daripada bankrut nanti di akhirat?” ujarnya.

Utang menurutnya hanya perkara mindset. Kalau kita sudah pantas mendapatkan pertolonganNya, insyaALLAH mudah. Di MTR, kita diperbaiki cara pandang terhadap hidup ini. Darimana berasal, untuk apa, mau kemana setelah meninggal.

Zein sepakat bahwa MTR adalah komunitas yang mencerdaskan kehidupan umat. Saat masih liputan sebagai wartawan dan menemukan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat, ia sering bertanya-tanya namun tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan.  Namun di MTR-lah ternyata pertanyaan-pertanyaan itu mendapatkan jawaban.

MTR telah mengajarkan kepada kita supaya memahami problematika umat Islam, memberikan pencerahan terhadap orang-orang yang dulunya terlilit utang hingga bisa lunas utang miliaran. Melalui jalan hijrah MTR pula, warga diajak menuju kehidupan berkah, berkelimpahan, berkecukupan, ***