Bila hutang dijadikan gaya hidup baik pribadi maupun bisnis maka akan membentuk mental2 pribadi dan bisnis yg tergantung dg org lain pemberi pinjaman atau ketersediaan modal . Sehingga tidak mungkin bisa mandiri dlm hidup dan bisnis.
Tetapi juga tdk serta merta hutang itu buruk hy karena ada dampak negatifnya ..
Karena Rasulullah pun pernah berhutang , hanya saja Islam tdk menjadikan hutang sebagai gaya hidup apalagi mjdkannya penopang bisnis atau ekonomi negara .
Sayangnya kita hidup di sistem yg menjadikan hutang sbg gaya hidup rakyat , penopang bisnis dan usaha masyarakat dan bahkan pilar utama ekonomi negara ..
Jadilah negeri indah ini mjd egara yg rapuh dan terkekang dg asing dan aseng ..
Karena mslh hutang dan ekonomi merupakan muamalah yg saling mengkaitkan dan melibatkan berbagai orang dan pihak lain , maka Islam memerintahkan kita memandang ekonomi dan permasalhn di dlmnya sebgai pandangan sistem yg saling terkait , sehingga tdk bisa mengarahkn hanya dari sudut kepentingan pribadi atau kelompok saja .. krn itu pandangan induvidualis .
Secara pribadi kita hanya bisa berusaha dari jeratan hutang dan keharaman riba tetapi jangan dilupakan bahwa kita harus berjuang menerapkan sistem ekonomi Islam yg sempurna di bawah sistem hidup dan pemerintahan Islam
Assalamu’alaikum…selmat dan semangat pagi…saudaraku.
Mhn ijin mnulis kisah pribadi
Masa kmrn…21 desember 2016 serasa plong…mnuju k LKS di kota ku.yg di pintu nya tertulis besar “Allah memusnahkan riba dan mnyuburkan sedekah”
Yang di depannya dkt tmpt duduk cs nya tertulis visi misi usaha yg tertulis “menjunjung tinggi syari’ah”
Sehari seblmnya saya sudah melunasi pinjmn perusahan tmpt saya bekerja yg memakai nama saya dlm akad kredit.tdk begitu besar 200 juta.
Yng di dlmnya menorehkn sesuatu yg sangt luar bisa untuk segera lpas dari akad yg mnyesakn dada.
Ketika saya sadari akad ini salah krn diawal serasa memaksakn syariah tp tdk demikian realisasinya.
Akad bagi hasil flat dgn perhitungn 2,5persen dari pinjaman perbuln harus setor bagi hasil yg dimksud.
Ya..setiap akn setor rasanya dada sesak setiap mo setor karyawan selalu bilng”lebih plecit dari pada bank plecit”
Krn klo mmng hari itu pas tdk ada dana jm berapapun ditunggu harus setor.
Hmm… rasanya ketika mmng bnr lg kondisionl usaha blm ada maka saya pribadi yg harus mnghadapi.petugas penagih menunggu di rumah sampai ada dana..bagi hasil.meski hujan deras meski anak lagi rewel semua, meski malam malam bisa tidak bisa ditunggu…
Sakit…tk hentinya saya dan semua karyasan berdoa mari kita segera lunasi.
Waktu demi waktu terlalui satu demi satu kmudahan dibukakan Allah dgn tanpa kami duga…terlalui..
Hutang 200juta akad 6 bulan krn telat sampai 10 bulan mnjadi hmpir 300jt.tk ada nego tk ada konpensasi.(padahl yg konven saja msh ada nego)
Tgl 20desember sang penagih ambil kurangn yg hanya 5jt sekian.masih dgn dalih tetap hrs ngasih bagi hasil dari sisa dana yg blm terlunasi…hmm kesempatan untuk meluapkn semua yg terpendam slma saya jadi nasabah dgn segala derita yg saya alami.
Ternyata mereka jauh..dari visi misi usahanya.ternyata ketika saya ajk diskusi tentang akad yg salah, akad batil mlh jawabannya glagepan bingung..mlh lg lg balik tanya “apa ibu siap klo bagi hasil murni?”
21desember 2016 pagi jm 10 saya ambil dgn sblm masuk k gedung itu sholat dhuha di masjid seblh gedung.
“Robb, maafkn hamba yg dulu mngira pencairan pinjman ini adalh pertolongan,hawa nafsu yang mmbawa saya kesini tdk sabar yg mmbawa saya ke sini tdk percaya kepada Engkau ya Robb.
Hari ini saya lunas ya Allah mohon dikuatkn hati dan pikiran saya suami karyawan saya untuk tidk lg bermain main dgm riba”
Cs mnyapa dgn manisnya menyapa san basa basi.begitu tahu sdh lunas bertanya”ibu ndak pinjam lagi?”
Saya mo jawab apa mbk kata saya dalam hati.rasa sakitnya saja masih belum hilang mbk….he he.
Selamat berpisah dan jgn sampai ketemu lg gedung bmt….
Menatap 2017 masih bnyk akad lain yg masih batil yg harus saya lalui.
Dan yakin seyakin yakinnya Allah pasti mmberi jala.
By Rudy Prasetyo, KSW #07 Finance
WA KSW 0811113139
Ada hal2 yang sudah biasa kita lihat dan saksikan dalam sebuah even2 seminar motivasi, apakah itu? Ya… Betul sekali. Sesi testimoni. Dalam sesi testimoni sering dipaparkan kisah2 nyata dari seseorang yng menceritakan jalan hidupnya bagaimana dia berubah menjadi pribadi yang sekarang memiliki perbedaan 180 derajat dari sebelumnya.
Terlepas dari apa yang disampaikan sang motivator dan penyampai testimoni, sebenarnya pola yng terjadi dari setiap acara2 seperti itu adalah proses PERUBAHAN PEMIKIRAN.
Proses perubahan pemikiran ini bisa terjadi kepada siapa saja yang memiliki sebuah komponen canggih yang di instal kepada makhluk yng bernama manusia ini ketika dia lahir ke dunia. Komponen itu disebut sebagai AKAL. Dari akal inilah manusia bisa membuat pilihan, ingin menjadi baik, ingin
jadi jahat, ingin kafir, ingin taat, ingin bebas riba, atau ingin besar dengan riba? Dll. Semuanya adalah pilihan yang dibuat oleh AKAL manusia.
Jauh sebelum orang2 barat deklarasi tentang HAM, tentang kebebasan ber ekspresi, ALLAAH SWT sudah memberikan kebebasan memilih kepada manusia dengan akalnya, Ingin jadi taat atau jadi kafir. Melalui firmannya dl QUR’AN surat Ar Ra’d ayat 11, “…..Sesungguhnya Allaah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri…”.
Dan setiap pilihan itu, pasti ber resiko.
Berdasarkan ayat diatas, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang itu tergantung dari akal seseorang untuk mencerna sebuah informasi, yng kemudian terjadi proses berfikir, Sampai menghasilkan sebuah keputusan Hingga akhirnya keputusan yng telah dibuat diterapkan kepada seluruh anggota badan.
Bisa dibayangkan, apabila seseorang memilih untuk meninggalkan riba, setelah sebelumnya mendapatkan informasi, entah dari teman, dari seminar, tulisan, Al Qur’an, dll. Maka bisa diyakini bahwa dia mengalami perubahan proses berfikir, dan diperkuat oleh penanaman aqidah tentang ketaatan total kepada Allaah. Dzat yang menciptakan manusia.
Maka dari itu, mari rekan2 ksw dan mtr, perbanyak “provokasi2 pemikiran” kepada setiap insan tentang bahaya dari dosa besar RIBA, dan provokasi2 pemikiran untukselalu taat dan patuh hanya kepada ALLAAH dan rosulnya saja. Tidak pada yang lain Supaya banyak lagi orang2 yang menggunakan akalnya, untuk segera memilih.
By Rudy Prasetyo, KSW #13 New Ideas
WA KSW 0811-113-139
_Menarik sekali dengan tulisan saudara hadi dari MTR#13 SURABAYA mengenai *SOLUSI ASURANSI. Disadari atau tidak, ASURANSI yang berkembang pada masa sekarang adalah salah satu komponen yang lahir dari ibu kandung yang bernama kapitalisme-sekuler._*
Ya .. Kapitalisme-sekuler, sebuah paham ideologi yang berdasarkan atas keterhimpunan kapital atau kekayaan. Ideologi ini berkembang karena kreativitas pemikiran manusia yang berupaya mengatur dirinya sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Lho apakah kaum kapitalis itu mereka tidak percaya kepada Tuhan? Mereka percaya, tetapi mereka menempatkan (Membatasi) peran tuhan hanya ditempat2 ibadah saja, tidak di seluruh sendi kehidupan. Berita2 kriminal yang hadir dalam saluran televisi kita, media cetak kita, media sosial kita, menggambarkan rendahnya pola berfikir manusia zaman sekarang, walaupun mereka memiliki taraf pendidikan yang tinggi, bergelar intelektual, ilmuan, ulama, kyai, cendekiawan, konglomerat dll.
Disinilah kekuatan akal dan kemampuan berfikir seorang muslim di uji, ketika pola2 berfikir kapitalism hadir dalam benak kaum kafir, its fine, tdk ada masalah bagi mereka, kenapa? Mereka menjadi puas dengan tdk adanya aturan agama yang harus membatasi perilaku mereka, mereka bebas berbuat apa saja, makan apa saja tanpa ada larangan, entah dari hasil riba, mencuri,merampas, merampok, tdk peduli yang penting makan dan kenyang.
Mereka juga bebas menuruti syahwatnya, sexbebas dimana2, tdk perduli tua muda, adik kakak, saudara, kerabat, anak sekolah, dll yang penting hasratnya terpenuhi. Begitu juga dengan bidang ekonomi, ndak perduli milik siapa, punya siapa, menindas siapa, yang penting dikuasai. Ini adalah sifat2 HEWAN.
Rekan2, islam hadir dalam rangka memuliakan manusia. Allaah, dzat yang sangat faham dengan karakteristik manusia sebagai ciptaannya sudah menurunkan aturan yang harus ditaati oleh manusia, supaya manusia tetap mulia, bermartabat, dan mempunyai kedudukan tinggi diatas makhluk2 nya. Maka dari itu misi dakwah yang sedang kita lakukan, dikomunitas apapun, di ormas apapun, harus istiqomah untuk mengembalikan kemuliaan manusia yang pada saat ini mereka sudah berubah menjadi hina akibat mengikuti arus pemikiran kapitalism -sekuler
Bagaimana pendapat Anda?
Dari Admin:
Kebarokahan hidup dan harta, berupa ketenangan dan keberlimpahan ternyata datang dari ketaatan kepada ALLAAH SWT, bukan karena ikut asuransi.
Silakan saksikan dan bagikan video ini ya:
By Aditya Nugroho, KSW #05 Fashion
WA KSW 0811113139
Berhutang menunjukan kapasitas kita
.
.
.
Sy dulu punya kebiasaan ngutang. Saking senengnya ngutang, semua hal sy maunya ngutang. Beli hp, ngutang. Laptop, ngutang. Tablet ngutang. Biaya nikah ngutang. Beli rumah ngutang. Beli motor ngutang. Beli mobil ngutang. Semua ngutang.
Abis itu ditambah dukungan dari komunitas penghutang. Komunitas pengusaha yg meleverage bisnis nya dg hutang bank. Wah, tambah menggila deh. Dalam wkt satu tahun, hampir mengambil kredit dg plafon 30Milyar dari 7 bank yg berbeda. Walau sebenernya kapasitas kita blm setinggi itu.
Mengelola SDM ada ilmunya. Mengelola uang ada ilmunya. Mengelola hutang ada ilmunya. Ketika kita bergerak nekat tanpa berpikir smart (asiiikkk, tagline e mba dewi), maka serius, bakalan wasalam. Masih ingat kata baginda Nabi? Barangsiapa yg menyerahkan urusan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran nya.
Beberapa kali terhimpit, pengen nya ngutang. Naik kelas, gak lagi ngutang tp cuma buat dana talangan sementara. Sampe akhirnya sy bener2 menyadari, bahwa berhutang itu sebenarnya sedang menunjukan betapa rendahnya kapasitas kita. Siapakah orang yg kapasitas nya membesar, secara organik dan terus membesar? Merekalah para manusia-manusia supercash. Mereka yg memulai dirinya dari nol, berputar dikit bisnisnya, menyimpan profit utk menambah modal, menggulung, membesar, menggurita dan akhirnya terus menggunung.
Tapi diluar sana, banyak koq konglomerat yg menggunakan uang bank utk menambah terus modal bisnisnya. Ya silakan saja. Saya lebih percaya dg Al Quran dan perkataan baginda nabi, yg menjelaskan, bahwa setiap pinjaman yg diakadi dengan penambahan dalam pengembaliannya, maka itu masuk kategori riba. Mau namanya sodara, rentenir, koperasi, bank, syariah gak syariah, leasing dll yg ada akad penambahan dlm pengembaliannya, maka dosa riba dan menutup rezeki pasti Allah tegakkan janjiNya.
Maka gimana sebaiknya? Percayakah anda, pada kebenaran ayat, bahwa BERSAMA diturunkan kesulitan, Allah bersamai dengan 2 kemudahan? Pernahkah anda mendengar cerita-cerita pengusaha, yg karena mentok di satu hal, justru dia jadi punya cara berbisnis baru, atau produk baru, atau sumber penghasilan baru atau hal-hal lain yg mungkin tidak terpikir sebelumnya.
Begitulah skenario indah dari Tuhan. Untuk kita umatnya. Sy pernah mentok kesana kesini, minjem gak adaaaa semua yg percaya. Teman, coach, sahabat, keluarga, ga ada semua yg minjemin. Alasannya beragam. Tp akhirnya, sy jadi tau, bhw sy bisa nulis, sy punya potensi utk merangkai kata dan kemampuan utk menerbitkan karya berupa buku.
Cek aja, di dalam diri kita. Saat mungkin kita butuh, kepentok butuh uang, cek di dalam diri, bisa jadi ada solusi di diri yg belum kita gunakan. Ada potensi yg belum kita jual. Ada mesin pencetak uang yg belum dimaksimalkan di otak kita. Naikan katup kita. Naikan kapasitas kita. Jgn rendahkan diri kita dg hutang kepada siapapun.
Percaya bahwa Allah Maha Besar, Allah Maha Penulis Skenario Terbaik. Dia begitu sayang kepada hambaNya. Bahkan Dia lebih sayang kepada kita daripada orang tua kita.
Seperti biasa setiap akhir bulan Fund Raiser dari salah satu Lembaga Sosial Keislaman datang ke kantor tempat saya bekerja untuk mengumpulkan Infaq rutin dari donatur.
Namun sore ini, petugas yang datang berbeda untuk itu saya meminta nomor HP dan saya menginformasikan untuk bulan Januari 2017 dan setelahnya, saya sudah tidak berada di kantor ini.
Mas Salman, ya petugas Fund Raiser tersebut tadi memperkenalkan diri, menanyakan hal yang sama, kemana saya akan pindah. Jawaban saya adalah saya insyaf dan taubat ingin lepas dari pekerjaan terkait riba’.
Mendengar jawaban tersebut, tanpa saya duga Mas Salman menyampaikan bahwa pengalamannya mirip dengan yang akan saya arungi, Hijrah. Lima tahun yang lalu Mas Salman mulai bekerja sebagai Cleaning Service di salah satu Bank BUMN. Karena kinerja baik, kemudian dipercaya untuk menduduki posisi Team Leader untuk General Affair dan Cleaning Service. Tentunya peningkatan remunerasi telah didapatkan.
Sewaktu pulang ke kampung halamannya, Mas Salman bertemu dengan Kyai di pondok pesantren menimba ilmu dulu. Satu Hal yang merubah hidupnya adalah wejangan dari Kyai tersebut adalah bahwa beberapa Imam Mazhab dalam Islam menyatakan bahwa bekerja di tempat yang terkait riba’ adalah haram sedangkan ada satu imam mahzab yang menyatakan apabila belum mengetahui bahwa tempat kerja terkait riba’ maka hukumnya boleh namun jika sudah mengetahui apabila terkait riba’ maka wajib ditinggalkan.
Karena Ilmu Agama mengenai Fiqh Muamalah saya belum dalam, menanggapi yang ditetapkan oleh Imam Mahzab menurut saya ujung2nya adalah tetap wajib ditinggalkan. Hal yang sama yang telah dilakukan oleh Mas Salman. Pada awalnya berat, karena setiap bulan Mas Salman menyisihkan Rp 500rb sd 1 juta untuk Orang Tua dan Saudaranya di kampung setiap bulan. Sempat terpikir olehnya bagaimana kedepannya. Namun niat Hijrah tetap dilaksanakan. Rekan kerja dan Karyawan serta Pimpinan Cabang di Bank BUMN menyayangkan keputusan tersebut. Mas Salman tetap tak goyah. Yakin Rizqi Allah telah disiapkan untuk Hamba-hambaNya yang berusaha.
Beberapa waktu setelah Hijrah. Mas Salman mendapatkan Rizqi diterima sebagai Cleaning Service di Lembaga Sosial Keislaman. Yang dirasakan saat ini sungguh jauh berbeda, merasakan ketenangan batin, pekerjaan yang tidak menimbulkan tekanan pikiran, kesempatan mengikuti kajian keislaman. Semua hal yang tidak dirasakan di pekerjaan sebelumnya.
Menarik lagi dari sisi pendapatan, sesuai pengakuan bahwa gaji yang diterima jauh lebih kecil dari pekerjaan sebelumnya.
Sebagai manusia yang kadang bisikan kecil di telinga apakah cukup untuk mengirim kepada Orang Tua. Namun rupanya karena niat yang kuat, tetap diupayakan untuk menyisihkan sebagian untuk dikirimkan kepada Orang Tua. SubhanaAllah.
Lambat laun nilai uang yang dikirim bertambah besar. Mas Salman mengaku sempat heran koq bisa. Padahal jika melihat gaji tentunya tidak akan cukup. Inilah Janji Allah SWT, jika HambaNya pandai bersyukur maka akan dilipatgandakan Rizqi untuknya. Sebelumnya Orang Tua sering sakit sehingga membutuhkan biaya perawatan inap namun sekarang hanya berobat jalan.
Rizqi Allah SWT tidak berhenti mengalir, melihat kesungguhan dalam bekerja maka Manajemen Lembaga mengangkat menjadi Fund Raiser. Di posisi ini penghasilan meningkat ditambah lagi fee pengantaran pesanan obat herbal yang dijual oleh Lembaga tersebut kepada konsumen.
Informasi yang menarik lagi Mas Salman memiliki rencana menikah sekitar 2 tahun lagi sambil menunggu Calon Istri selesai pendidikan di Pondok Pesantren. Telah diniatkan saat ini mulai disisihkan dana untuk persiapan berkeluarga. Dan indahnya lagi diniatkan tidak akan menggunakan hutang baik untuk biaya pernikahan, perayaan yang sederhana, sampai dengan untuk kehidupan berkeluarga.
Mas Salman berpesan kepada saya agar tetapkan dalam hati
1. Yakin akan Rizqi Allah SWT telah ditetapkan untuk Hamba-hambanya yang berusaha.
2. Selalu ingat untuk bersyukur atas segala Nikmat dan RizqiNya
3. Selalu berusaha maksimal menjemput Rizqi
Wassalamu’alaikum Wr Wb
By Ahdiat Brafiadi, MTR #13 Surabaya
WA MTR 0811113139
Dari Admin;
Alhamdulillaah.. Setelah berkomitmen, ALLAAH mudahkan Pak Hakim al-Ham lepas dari jerat utang dan riba. Silakan saksikan dan bagikan kisahnya pada video di bawah ini ya ??
Oleh: Baba Ali
(http://alimargosim.blogspot.co.id)
Suatu ketika si Udin bertanya, “Ustadz, kenapa ya setiap kali orang china buka usaha, usahanya relatif sukses, cepat besar dan maju?”
Si Ustadz terdiam, kemudian menjawab dengan raut wajah sedih, “Akhi, mereka lebih ikhwah daripada kita.”
“Afwan ustadz, maksudnya apa ya?” Celetuk si Udin dengan raut muka bingung.
Pelan-pelan, Si Ustadz berusaha menjelaskannya dengan runtut.
Saudaraku, setiap pekan kita bertemu dalam majelis yang bernama halaqah. Setiap pekan kita membahas bab-bab ilmu. Setiap pekan kita memutaba’ah amalan-amalan da’awi kita. Kesemuanya itu dalam rangka menjaga dan memperkuat ukhuwah. Namun rupanya, itu semua masih belum cukup. Kita masih kalah ikhwah dengan mereka. Mungkin bab Al-Wala’ wal Bara’ perlu dijadikan kajian wajib setiap pekannya sebelum membahas yang lainnya. Atau mungkin kita perlu liqo’, utsar, setiap malam agar bisa menandingi mereka dalam hal ukhuwah.
Tahun 2005, saya berkenalan dengan saudagar asal Padang di Jakarta. Saya diundang ke rumahnya, kami pun bertukar pikiran. Satu hal yang saya catat, Beliau bilang, “Orang china di sini (di Jakarta), saling tolong menolong.
Sekitar tahun 2006, saya sering silaturahmi ke tempat Etek (bibi) di Indramayu. Para pedagang asal Padang beberapa kali bilang ke saya, “Orang china di sini persatuannya sangat kuat. Prinsip kekeluargaannya sangat bagus.”
Tahun 2008, tanggal 19-21 desember, saya mengikuti seminar bisnisnya Tung Desem Waringin (chinese) di Hotel JCC, Jakarta. Peserta yang hadir saat itu tidak kurang dari 7.000 orang. Kehadiran saya saat itu tidak semata-mata karena ilmu yang akan disampaikan , tetapi juga untuk mengobati rasa penasaran saya selama ini. Apa betul orang china itu lebih ikhwah daripada kita.
Ternyata, apa yang saya lihat semakin menguatkan omongan banyak orang selama ini. Hampir 75% peserta yang hadir adalah orang china. Tua, muda, dan bahkan anak-anaknya juga dilibatkan. Menariknya lagi, mereka tak obahnya seperti tim supporter sepak bola. Dimana-mana training yang saya ikuti, pembicaranya yang bersemangat. Namun saat itu, saya susah membedakan, ini yang lebih bersemangat pembicaranya atau pesertanya. Saya sempat berpikir, mungkin mereka yang 5200-an orang ini adalah teman-teman liqo’an Pak Tung.
Lanjut. Kami yang 25% (pribumi) terbawa suasana. Mereka teriak, kami pun jadi ikut-ikutan teriak. Mereka tepuk tangan keras, kami pun ikut-ikutan sampai telapak tangan kami memerah.
Saat pertengahan dan diakhir sesi selalu diselingi dengan penawaran-penawaran produk. Semua produk yang ditawarkan labelnya china semua. Buku-buku yang penulisnya Koh-Koh, baju, cendramata, seminar dan training dengan pembicaranya juga para Koh-Koh. Dan, semuanya laku keras.
Sepulang dari training tersebut, saya menyimpulkan bahwa mereka sudah khatam QS. 3:103, QS. 49:10 dan 13, QS. 5:2, QS. 8:72. Saya kira tidak berlebihan, bahwa mereka lebih memahami ayat-ayat tersebut daripada kita. Mereka telah berhasil membangun pasar anshar. Mereka lebih memahami makna ukhuwah dalam tatanan sosial.
8 tahun telah berlalu. Keberadaan 9 Naga, polemik Ahok dan drama yang diperankan Harry Tanoe, membuat saya tidak mampu mengubah kesimpulan saya diatas.
Seorang dosen penguji yang adil, sudah pasti meluluskan disertasi mereka tentang Al-Wala’ wal Bara’ dengan nilai mumtaz. Tentu dalam cakupan keyakinan mereka. Bagaimana dengan kita ikhwah? Sudahkah kita pantas lulus dalam bab Al-Wala’ wal Bara’? Sudahkah kita loyal pada saudara kita sendiri?
Kita masih sering membanggakan orang lain daripada saudara kita sendiri. Kita sering memberikan pemakluman atas keburukan orang lain, dan tidak bisa memaklumi saudara kita sendiri. Kita masih cenderung memilih produk orang lain, sementara dalam waktu yang sama saudara kita juga menjualnya.
Ada seorang penulis buku yang dibully habis-habisan oleh pembacanya. Saat utsar, teman-temannya pada bilang, “Kami jadi penasaran, apa isinya buku antum.” Sang penulis balik bertanya, “Owh, antum baru pulang dari planet mars ya?”
Kita kalah jauh dengan mereka. Hari ketiga ba’da launching buku Financial Revolution Pak Tung, langsung terjual 10.000 eksemplar. Begitupula halnya dengan buku-buku Andre Wongso, sepekan pertama ribuan eksemplar langsung habis terjual. Apa rahasianya? Marketingnya bagus? Nggak juga. Promosinya bagus? Masih banyak yang lain yang lebih bagus. Jaringannya bagus? IYA. HAMPIR SEMUA ORANG CHINA BELI BUKUNYA PAK TUNG, BELI BUKUNYA ANDRE WONGSO. Mereka memiliki jaringan komando yang kuat, tertata dengan baik. Ini rahasianya!
Sekiranya Pak Tung jualan daster, maka hampir semua ibu-ibu bermata sipit beli dasternya. Jikalau Pak Andre Wongso jualan bakmie, maka dipastikan hampir semua orang china beli bakmienya.
Lanjut. Para bos yang punya perusahaan mewajibkan karyawannya beli buku pak Tung, bukunya Andre Wongso. Semua karyawannya diwajibkan ikut seminar dan pelatihan Pak Tung dan Pak Andre. Mereka persilahkan Radio, Televisi, dan surat kabar, serta majalah yang mereka miliki untuk mengorbitkan Pak Tung dan Pak Andre.
Inilah ukhuwah. Itulah Al-Wala’ terhadap saudara seiman. Bagaimana dengan kita?
Mari kita belanja di warung saudara sendiri. Sukseskan usaha saudara kita sendiri. Tatkala usaha saudara-saudara kita berkembang, dan maju, maka insyaAllah akan bermanfaat bagi dakwah ini. Dakwah ini membutuhkan dana besar. Dan, dana besar itu kantongnya dibangun dari usaha-usaha yang maju.
Di tangan ikhwah, uang yang kita belanjakan itu insyaallah berkah—bernilai ibadah. Sebab, digunakan untuk kebaikan dan dakwah itu sendiri. Sementara di tangan orang-orang yang membenci agama ini, uang-uang yang kita belanjakan akan dimanfaatkan untuk menodai aqidah kita sendiri. Lihat QS 2:120
Bahwa dengan semakin banyaknya warga yang menghuni Kampoeng SyaREA World (KSW), maka tidak bisa dipungkiri akan terjadi interaksi yang lebih intensif dari sekedar berdialog di halaman WhatApps atau Telegram atau Line.
Dari perkenalan di KSW, lalu ada ketertarikan, dilanjutkan dengan japrian, kemudian berlanjut ke diskusi dan bahkan pertemuan tatap muka. Apalagi rajin hadir pada pertemuan tatap muka KSW.
Maka sangat mungkin akan ada penawaran-penawaran tertentu dari dan antar warga. Baik sekedar penawaran jual beli barang dan jasa, maupun penawaran kerjasama pada usaha atau proyek tertentu.
Oleh karena itu, dengan ini kami menyatakan bahwa, warga yang bertransaksi telah memahami sepenuhnya atas kemungkinan adanya resiko-resiko dari kerjasama tersebut. Masing-masing pihak membebaskan team, MTR dan admin Kampoeng SyaREA World (KSW) dari tuntutan tanggung jawab atas kemungkinan terjadinya resiko tersebut di kemudian hari.
Segala resiko yang bisa saja terjadi di kemudian hari itu, menjadi tanggung jawab sepenuhnya masing-masing pihak yang bertransaksi. Transaksi atau kerjasama yang terjadi tidak ada hubungannya dengan aktivitas team, MTR dan admin Kampoeng SyaREA World.
Warga Kampoeng SyaREA World (KSW) yang dirahmati ALLAAH..
Saya mengingatkan diri dan kita semua agar Waspada terhadap kemungkinan terjadinya PREMATEUR PARTNERSHIP. Yaitu ketika Anda “merasa” cocok, merasa peluang bagus, sehingga Anda termotivasi bekerjasama (bersbisnis) bersama rekan Anda, baik kawan lama, rekan satu komunitas, tetangga sebelah rumah, satu alumni atau lainnya tanpa lebih dahulu menyamakan visi, misi dan budaya kerja, serta pengambilan keputusan dan hal-hal detail laInnyayang mungkin terjadi di kemudian hari.
PREMATEUR PARTNERSHIP sering terjadi pada dua pihak atau lebih yang merasa “satu frekuensi” atau “satu visi” karena telah berkumpul pada komunitas/grup yang sama, telah mengikuti pelatihan bisnis yang sama atau telah sama-sama memenangkan ajang kontes bisnis yang sama, bahkan telah ditokohkan sebagai pengusaha sukses yang sama. Kemudian mereka melakukan interasksi yang lebih intensif.
Karena interkasi yang intensif tersebut, masing-masing pihak mulai merasa cocok untuk bekerja sama untuk memadukan potensi dan kelebihan masing-masing. Tergiur oleh sesuatu yang tampak, sehingga lupa memperhatikan sesuatu yang tidak tampak atau sengaja tidak ditampakkan.
Jika “terpaksa” dan sudah tidak bisa ditahan lagi untuk bekerja sama, kunjungilah rumahnya, temui keluarga (besar)nya, ajaklah jalan-jalan bersama, pelajari hal-hal yang tidak ditampakkan dari calon mitra Anda.
Lakukan due diligent. Surveylah lokasi usahanya. Berdiamlah dengan tenang di sana. Amati perilaku yang terjadi di sana.
Pelajari, baik secara terang-terangan maupun diam-diam, seperti apa track record calon mitra Anda. Terutama dalam hal-hal penting berikut ini;
1. Pengalaman bekerjasama dengan pihak lain
2. Kemampuan menjaga uang
3. Kemampuan mengelola uang
4. Kemampuan membangun team
5. Kemampuan membangun sistem
6. Pencatatan transaksi
7. Pelaporan transaksi
Ingat! Bersikap tenang dan netrallah terhadap sesuatu yang diceritakan dengan semangat oleh calon mitra Anda. Sangat penting bagi Anda untuk mengetahui bagaimana sahabat Anda itu mengambil keputusan. Dan bagaimana pola fikir, pola sikap dan pola tindaknya terhadap kehidupan, keluarga, bisnis uang, spiritual dan aspek-aspek kehidupan lainnya.
Sekali lagi Latih kemampuan Anda untuk memahami sesuatu yang tidak ditampakkan. Apa sebetulnya yang mendorong sahabat Anda itu mengajak kerjasama dengan Anda? Tanyakan pada diri Anda:
a. Mengapa dia mengajak kerjasama?
b. Mengapa dia tidak melakukannya sendiri?
c. Mengapa saya yang diajaknya kerjasama?
d. Apakah ia juga mengajak yang lain?
Sekali lagi.. jangan tergiur pada sesuatu yang tampak! Pekalah terhadap sesuatu yang tidak tampak atau tidak ditampakkan!
JIka Anda masih “ngebet” untuk menerima tawarannya, sudah tak tahan untuk bekerjasama, silakan mulailah dari yang sangat kecil nominal uangnya. Nominal yang Anda sanggup atau rela kehilangan tanpa memikirkannya kembali. Rela ketika suatu ketika terjadi hal-hal yang tidak Anda inginkan.
Lalu renungkan beberapa waktu sebelum Anda mengambil keputusan. Bertanyalah kepada sebanyak mungkin orang yang Anda duga kuat mengenal orang yang mengajak Anda bermitra. Mintalah bantuan “orang luar” untuk membantu Anda mengambil keputusan.
Dan Sholat Istikharahlah. Mintalah petunjuk ALLAAH SWT untuk selalu membimbing kita semua dalam mengambil keputusan. Kemudian, catat atau tulis atau aqadkan kerjsama Anda tadi dengan prinsip-prinsip mu’aamalah syariah. Al-ilmu qobla ‘amal.
Masih ingat prinsip MONEY FOLLOWS TRACK RECORDS kan?
Lebih baik Anda bersahabat baik dalam kehidupan dari pada sakit hati akibat PREMATUER PARTNERSHIP!
Btw, Anda yang mau kerjasama, sudah faham tentang SYIRKAH belum ya? Sudah faham rukun dan syarat kerja sama (syirkah) dalam Islam belum ya?
Semoga ALLAAH SWT senantiasa memudahkan segara urusan dan kepentingan kita semua. Aamien yaa ALLAAH..
Demikian pernyataan DISCLAIMER ini kami sampaikan, atas perhatian dan pengertiannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalaamu ‘alaykum wrwb.
Samsul Arifin SBC
Founder SyaREA World, Syariah Business Coaching
WA KSW: 0811-113-139
Sea. Laut. Lautan. Sejak membayangkan mempunyai seorang anak, sejak itu saya ingin menamai anak perempuan saya laut dan anak laki-laki saya langit. Laut yang menampung segala. Laut yang berombak dan terus bergerak. Langit yang luas dan tinggi. Gagah perkasa mengayomi. Tapi tidak terealisasi pada dua anak saya sebelumnya karena ada pertimbangan lain.
Syarea. SyaREA (Syariah Real Estate Alliance). Kampoeng SyaREA World. Cikal bakal Kampoeng Masyarakat Tanpa Riba. Sebuah wadah tempat saya berproses selama 8 bulan ini. Tepat setelah shock theraphy 2 strip merah di testpack yang diberikan bidan sebelah rumah.
Shock theraphy. Karena saat itu saya masih punya 2 balita, tanggungan pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga dan perjuangan panjang memulihkan kembali keadaan ekonomi keluarga yang porak poranda pasca suami resign dari pekerjaannya sebagai Sales Executive di PT. Astra International Daihatsu Sales Operation karena bersinggungan dengan riba. Terlebih, kenyataan harus menghadapi sectio caesaria ditengah kesulitan ekonomi dan pemahaman baru akan haramnya asuransi, termasuk BPJS.
Perjuangan kami untuk terbebas riba saat itu masih sangat berat karena kurang ilmu dan iman. Sampai gusti Alloh mempertemukan saya dengan AHA RBS, dengan Pak Arya yang akhirnya ‘menjebloskan’ saya pada Seminar CCKU Pengusaha Tanpa Riba di Jember.
Disitulah kali pertama saya bertemu Ustadz Samsul Arifin, founder KSW dan K-MTR. Ketika beliau memperkenalkan diri, memperkenalkan KSW, saya langsung jatuh hati pada kata SyaREA. Sembari mendengarkan paparan materi dan mencatatnya, saya menemukan sebuah nama untuk anak dalam kandungan saya. Sea Syarea. Lautan syariah, demikian saya mengartikannya.
Seminar sehari itu mampu mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan. Ketika kesadaran akan bahaya riba juga menyadarkan banyak hal tentang hubungan vertikal saya dengan gusti Alloh yang ternyata tidak baik-baik saja. Keimanan saya ternyata masih tipis dan ketakwaan saya perlu dipertanyakan.
Dengan support dan doa dari teman-teman MTR, membaca tulisan yang berisi pengalaman-pengalaman dari warga yang lain, membaca buku-buku rekomendasi dimana semuanya memerintahkan untuk mendekat sedekat-dekatnya kepada Alloh membuat saya bangkit dan bersemangat menjalani masa kehamilan sambil merawat 2 balita dan bekerja. Memupuk keyakinan saya pada gusti Alloh bahwa Ia Maha SegalaNya. Membuat saya berani berjuang lebih dan lebih untuk melepaskan satu persatu jeratan riba yang berkelindan dalam kehidupan saya. Terlebih, nama Sea Syarea seolah menjadi simbol pengingat bahwa saya harus terus fight dijalan ini, sesulit apapun keadaannya. Yap, karena terlepas dan melepaskan diri dari jeratan riba di zaman ini bukanlah hal mudah.
Berkali-kali saya ada dalam titik kritis, namun dengan keyakinan, berkali-kali pula tangan-tangan tak terlihatNya menyelamatkan saya. Termasuk episode kelahiran Sea Syarea dihari bersejarah umat Islam Indonesia, 212. Bahwa akhirnya, dalam keterbatasan, saya bisa melahirkannya tanpa BPJS sehingga benar-benar bisa menamainya Sea Syarea. Alhamdulillah.
Keyakinan. Tak berbentuk, tapi mampu mendatangkan energi dan kekuatan yang sangat besar dan tak terduga. Yang terkadang tak mampu dinalar dan mematahkan logika. Sebagaimana aksi 212.
By Rully, MTR #11 Banyuwangi
WA MTR 0811113139
NB: Terimakasih buat semua yang dibalik layar. Sebagai ibu, saya harus memupuk keyakinan bahwa Sea dan anak2 saya yang lain menjadi anak sholih sholihah, pejuang agama Alloh yang tangguh dan mempunyai nasib yang lebih baik daripada kedua orangtuanya.
By Admin:
Silakan saksikan dan bagikan video menarik tentang Pebisnis Tanpa Riba di bawah ini ya.. ??
Bangsa ini terasa seperti dalam mabuk laut karena diayun gelombang. Pusing dan mual berujung muntah membuat gaduh seluruh penumpang. Walaupun yang mengalami kondisi seperti itu tidak semua penghuni kapal namun yang mencemaskan, mabuk pelayaran itu bukan hanya menimpa penumpang kapal tapi juga menimpa banyak awak kapal bahkan juru mesin dan pengawal kapal pun terjungkal.
Kehebohan dan kegaduhan hiruk pikuk terdengar di setiap sudut.
Malangnya lagi, sang nahkoda pun tak menyadari kondisi karena ikutan-ikutan atau barangkali dia lah yang telah mabuk duluan.
Apakah arah kapal akan menabrak karang atau karam dilamun gelombang, sepertinya tidak banyak yang menyadari karena teriakan dan peringatan petunjuk keselamatan kalah bersaing dengan racauan mereka yang dalam separuh kesadaran.
Lebih dari itu semua, ada yang sangat menyedihkan yaitu kompas yang menjadi petunjuk arah, begitu pula peta yang menjadi pedoman pelayaran, minta diganti dan diperbaiki oleh mereka yang kehilangan pedoman fikiran dan peta keseimbangan bathin karena gejolak badai yang memutarbalikkan timbangan fikiran.
Tamsilan di atas menurut penulis adalah gambaran yang lebih mendekati ketika terbaca isyarat seorang pemegang amanah yang ingin mengawasi fatwa MUI dengan menempatkan aparat keamanan. Kalau mau berkoordinasi, kenapa bukan kemenag saja ? Atau memang sengaja untuk menunjukkan ketidak kompakan anggota tubuh penguasa ?!
Kalau sang pemegang amanah menyadari bahwa kompas bagus dan peta akurat mesti dirusak karena tidak faham atau munculnya keinginan berbelok tujuan dari awal, berarti dia sedang mengarahkan kapal ini untuk membentur karang atau tenggelam dalam palung samudera yang sangat dalam.
Jadi, melahirkan fatwa ulama yang telah dilaksanakan oleh MUI selama berpuluh tahun adalah kompas teruji akurasinya bahkan lengkap dengan peta pelaksanaannya yang sudah terbentang untuk diikuti. Namun sayang, ketidak fahaman awak kapal atau keengganan nakhoda karena ingin berputar haluan, telah membuat kedua panduan pelayaran itu menjadi objek kebencian.
Wahai para penguasa ! Sadarilah bahwa kapal ini telah berlayar tanpa panduan.
Bukan kompas dan peta pelayaran yang keliru tapi cara memandang tuan-tuan yang tidak benar karena melihatnya dengan cara terbalik baik lahir maupun bathin.
Fahamilah !
Fatwa MUI merupakan wujud dari peran negara yang menjamin umat Islam bisa menjalankan agamanya sesuai dengan tuntunan Syari’atnya. Itu juga merupakan implementasi dari sila pertama Pancasila.
Dalam Koridor inilah MUI mengelola umat Islam selama ini. Bingkai negara kesatuan telah menjadi sesuatu yang final dalam pandangan MUI. Pertimbangan komitmen kebangsaan tersebut telah menjadi bagian yang menjadi pertimbangan dalam melahirkan fatwa sesuai dengan porsi yang ada dalam proses instinbath (penyimpulan) hukum syari’at Islam.
Konsep mashlahah (pertimbangan kemashlatan menurut syari’at) dan al-‘uruf (tradisi baik yang berlaku) cukup memberi ruang bagi kondisi kebangsaan dan kekinian. Apalagi analisa maqashid (maksud penetapan hukum syara’), merupakan ruang yang cukup untuk mempertimbangkan bahkan memprediksikan berbagai dampak fatwa yang dikeluarkan.
Jadi tinjauan berbagai perspektif yang para penguasa minta, jauh sebelum negara ini lahir telah diamalkan oleh ulama dalam melakukan kajian terhadap berbagai persoalan yang akan difatwakan tapi tentu perspektif yang dimaksud bukanlah “perspektif selera” yang bila diikuti, hanya akan menjauhkan dari petunjuk Rasulullah saw dan menjauhkan dari berkumpul dengan beliau di surga kelak sebagaimana sabda Rasulullah saw:
سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ وَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ يَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ
“Akan ada sepeninggalku nanti sejumlah pemimpin. Siapa saja yang masuk menemui mereka, lalu dia membenarkan kedustaan mereka, dan membantu mereka dalam kezhaliman mereka maka dia bukan bagian dariku, aku juga bukan bagian darinya, dan dia tidak akan menemuiku di telaga surga. Siapa saja yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu mereka dalam kezhaliman mereka maka dia adalah bagian dari diriku, aku juga bagian darinya, dan dia akan datang menemuiku di telaga surga. (HR. al-Tirmidzi)
Dan perlu juga tuan-tuan ingat bahwa seluruh penggunaan dalil yang telah tersistematis dalam manhaj al-istinbath (metoda penyimpulan hukum syara’) itu, tidak akan keluar apalagi bertentangan dengan dua sumber utama hukum Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah.
Kalau dalam ilmu hukum, tuan-tuan sering menyebut “supremasi hukum” maka para ulama empat belas abad yang lalu telah mempraktekkan siyadat al-nushush (سيادة النصوص/supremasi teks-teks Al-Qur’an dan Sunnah)
Bila yang diinginkan oleh penguasa adalah pengawasan terhadap fatwa sehingga fatwa bisa keluar sesuai dengan pesanan, sangat tidak mungkin dan sangat tidak pantas dilakukan di negara berketuhanan seperti Indonesia ini.
Ulama manapun yang masih berpegang dengan keimanan dan keilmuannya, akan menolak cara-cara yang tuan inginkan. Mereka akan memilih lebih mengutamakan ketakutan kepada Allah swt dibandingkan kepada penguasa seperti tuan-tuan karena mereka membaca firman Allah swt:
وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
“Dan keridhaan dari Allah terbesar. itu adalah keberuntungan yang sangat agung. (QS At-Taubah : 72)
juga firman Allah swt:
{يَحْلِفُونَ لَكُمْ لِتَرْضَوْا عَنْهُمْ ۖ فَإِن تَرْضَوْا عَنْهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَرْضَىٰ عَنِ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ} [التوبة : 96]
“Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka. Tetapi jika sekiranya kamu ridha kepada mereka, sesungguhnya Allah tidak ridha kepada orang-orang yang fasik itu”. (QS. al-Taubah 9:96)
berikutnya firman Allah swt:
…وَتَخْشَى النَّاسَ وَاللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخْشَاهُ ۖ …
“… dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti…”. (QS. al-Ahzab 33:37)
dan firman Allah swt:
يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ لَكُمْ لِيُرْضُوكُمْ وَاللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَقُّ أَنْ يُرْضُوهُ إِنْ كَانُوا مُؤْمِنِينَ
“Mereka bersumpah kepada kamu dengan (nama) Allah untuk mencari keridhaanmu, Padahal Allah dan Rasul-Nya Itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya jika mereka adalah orang-orang yang mukmin”. (QS At-Taubah 9:62)
Semua ayat-ayat itu memberikan peringatan keras bahwa ridha Allah swt adalah tujuan utama yang harus dicapai dalam setiap sikap para ulama bahkan seluruh umat Islam.
Malahan dalam ayat itu ada peringatan agar jangan sampai ketakutan kepada manusia dan keinginan untuk mendapatkan ridha mereka, bisa mengalahkan ketakutan kepada Allah swt dan keinginan mencari ridha-Nya.
Di samping itu, peringatan hadits Rasulullah saw berikut ini, juga menjadi teguran yang menakutkan bila mereka mengikuti langkah dan keinginan tuan-tuan.
ومن التمس رضى النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ سَخَطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عليه الناسَ
“Siapa yang mencari keridhaan manusia dengan menimbulkan amarah Allah maka Allah akan marah kepadanya dan menjadikan manusia juga marah kepadanya” (HR. Ibnu Hibban)
Ketakutan kepada Allah swt itu lah yang mendorong para ulama memberikan persyaratan berat kepada siapa saja yang menempati posisi pemberi fatwa (mufti) di tengah umat.
Bukan hanya syarat keilmuan tapi juga syarat personal yang membuat para ulama pemberi fatwa itu akan berjalan lurus dalam fatwa mereka.
Al-Imam Ibnu Qayyim dalam kitab “I’lam al-Muwaqqi’in” menukilkan dari Imam Ibnu Batthah lima persyaratan yang dikemukan oleh Imam Ahmad Ibn Hanbal yang di antaranya termaktub:
أن يكون قويّاً على ما هو فيه وعلى معرفته
“Hendaklah mufti itu kokoh pendirian dan pengetahuannya”
Al-Imam al-Nawawi dalam kitab beliau “Adab al-Fatwa wa al-Mufti wa al-Mustafti” menukilkan dari Imam Abu ‘Amru Ibn al-Shalah:
ينبغي أن يكون كالراوي في أنه لا يؤثر فيه قرابة و عداوة و جر نفع و دفع ضر لأن المفتي في حكم مخبر عن الشرع بما لا اختصاص له بشخص فكان كالراوي و الشاهد
“Sepantasnya mufti itu seperti seorang perawi (hadits) dalam hal dia tidak terpengaruh oleh kekerabatan, permusuhan, meraih manfaat dan menolak kemudharatan karena sesungguhnya mufti itu dalam posisi penyampai berita syara’ yang tidak ada pengistimewaan terhadap seseorang sebagaimana sikap seorang perawi dan saksi”.
Dengan segala pegangan dalil dan persyaratan seorang mufti yang telah dijelaskan di atas, maka intervensi penguasa terhadap fatwa MUI, menurut saya sudah merupakan pernyataan yang menunjukkan tiadanya penghormatan terhadap lembaga keulamaan umat Islam.
Bila ini dipaksakan maka jelaslah sudah bahwa ulama dengan penguasa di negeri ini, sudah berada dalam posisi saling berhadapan bukan lagi dalam satu barisan. Ini semua tentu tidak kita inginkan bersama !
Kalau saya salah faham dengan arah pernyataan (marma al-kalam) penguasa dan bukan seperti itu yang dimaksudnya, sebaiknya sesegera mungkin diklarifikasi agar kesalahfahaman ini tidak berlarut-larut.
Namun sampai saat tulisan ini saya rangkai kata demi kata, saya masih tetap berkesimpulan bahwa penguasa kita sudah bagaikan petuah masyarakat Minang:
“Kupiah nan sampik, kapalo nan batarah”
(Kopiah yang sempit, kepala yang ditarah/dikikis).
Terakhir, terkait dengan sikap saudara-saudara kaum muslimin yang bereaksi menyikapi fatwa larangan penggunaan atribut non Islam oleh kaum muslimin, saya melihat itu adalah akibat kelalaian dalam menyikapi aspirasi selama ini yang diperparah dengan keberaadan penguasa dalam timbangan toleransi yang tak proporsional.
Ini lah pangkal bala permasalahan bukan ketiadaan rasa kebhinnekaan di dalam diri umat Islam. Untuk itu, sejarah dan fakta kekinian telah cukup menjadi jawaban.
Karena itu, saran saya kepada penguasa negeri ini, “ambillah fatwa itu ! Walaupun ia terkadang terasa pahit namun ia adalah obat yang akan membawa kesehatan dan mengembalikan kesadaran”.
Ke depan, biarkanlah fatwa berperan pada fungsinya dalam merawat keimanan dan ketaqwaan umat mayoritas ini agar bertahan berkah dan rahmat Allah swt yang termaktub dalam pembukaan UUD 45.
Bila tuan-tuan tidak memahami atau terlambat memahami, bukannya fatwa yang harus diawasi tapi latihlah diri untuk bertanya agar berilmu untuk mengawal diri.
Bukankah Rasulullah saw berpesan:
…فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعَيِّ السُّؤَالُ
“…maka sesungguhnya obat ketidaktahuan itu adalah bertanya”. (HR. Abu Daud dari Jabir ra)