Teman-teman, pernahkah kalian meninggalkan suatu perkara yang tidak disukai Allah Swt? Lalu kalian menjalankannya dengan penuh keikhlasan karena takut akan adzabNya?
@Enni Arta | MTR Bontang||
Sejak aktif di Komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR), muncul niat untuk berhenti bekerja dan melepas status wanita karir yang selama ini saya jalani. Hingga pada penghujung September 2019, saya memberanikan diri menghadap Direktur Perusahaan untuk menyampaikan niat itu secara langsung.
Hari itu tidak seperti biasanya. Ruangan tiba-tiba terasa sangat dingin, kedua telapak tangan saya pun ikut dingin. “Sepertinya aku sedikit gugup,” saya menyimpulkan dalam hati, setelah melihat cuaca di luar sangat terik. Berbanding terbalik dengan suhu di dalam ruangan ini,.
“Pak, saya bekerja di Perusahaan ini kan sudah cukup lama,” begitu saya membuka percakapan setelah berada di dalam ruang Direktur.
“Memang sudah berapa lama?” tanya beliau.
“Kurang lebih sudah tiga belas tahun, Pak,” jawab saya mengulaskan senyum tipis.
“Iya ya, lama juga. Terus kenapa, En?” tanya beliau kembali.
“Nggak apa-apa sih, Pak,” jawab saya yang tiba-tiba agak ragu untuk menyampaikan niat semula.
“Apa mau minta naik gaji ?” tanya beliau setelah saya terdiam agak lama.
Sambil tersenyum lebar saya menjawab, “Oh.. bukan begitu, Pak. Ehm.. justru saya ingin… mengajukan resign, Pak,” jawab saya hati-hati.
Pak Direktur terlihat kaget. Beliau menatap wajah saya dengan cermat. “Kamu serius?” tanyanya. “Memang ada masalah apa?” lanjutnya lagi.
“Iya Pak, saya serius,” kali ini saya mampu memberikan jawaban tegas.
Selanjutnya Pak Direktur menanyakan alas an mengapa saya ingin keluar. Panjang lebar saya jelaskan maksud dan tujuan, serta alasan kuat yang menyertai keputusan tersebut. Beliau terlihat memahami.
Namun alih-alih mengabulkan permohonan saya, beliau malah memberikan alternative dengan memberikan kemudahan dalam bekerja. Pak Direktur mengatakan ia menyayangkan keputusan yang saya ambil, dan berpendapat masih ada solusi yang bisa diambil tanpa saya harus resign dari pekerjaan.
Dan setelah berdialog cukup panjang, beliau mengambil keputusan :
“En, permohonanmu belum bisa saya terima. Jadi pikirkan kembali. Sebagai direktur, saya bisa memberikan kebijakan sebagai solusinya. Adapun keputusan saya adalah :
Pertama, kamu boleh datang ke kantor tidak setiap hari. Yang penting semua pekerjaanmu selesai.
Kedua, dalam mencatat bunga ataupun membayar angsuran perusahaan, kamu busa mendelegasikan kepada staff keuangan.
Tiga, jika ada urusan di luarkota, kamu tetap harus bisa menjaga komunikasi urusan pekerjaan.”
MasyaAllah kini kondisi berbalik, saya dibuat kaget dengan keputusan beliau. Saya bergegas pulang untuk menceritakan kabar ini dan meminta pendapat suami saya. Dan akhirnya atas persetujuan suami, saya memutuskan untuk mencoba lanjut bekerja.
Sebulan, dua bulan, tiga bulan saya jalani, saya merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja. Saya sadar dan merasa bahwa selama tiga bulan ini saya telah dzalim pada perusahaan.
Saya pun mencari tahu mengapa kondisi ini saya rasakan. Dan alhamdulillah berkat ilmu yang saya pelajari di MTR, saya mendapatkan jawabannya. Salah satunya adalah bahwa ketika melakukan sesuatu tidak 100% maka hasilnya akan 0% .
Akhirnya di bulan Januari 2020 saya kembali menghadap atasan di kantor. Saya menyampaikan isi hati, dan kembali mengajukan resign. Dan akhirnya dengan berat atasan menyetujui permohonan saya, dengan syarat minta waktu sampai beliau mendapatkan pengganti saya. Saya pun sedikit lega mendengarnya.
Sambil menunggu ada pengganti saya, saya meminta pada Allah Swt, memohon doa suami dan sahabat2 untuk saya bisa mempersiapkan diri terutama hati saya. Juga bagaimana menghadapi kedua orangtua saya, serta kesiapan mental melepas fasilitas-fasilitas yang saya dapatkan dari kantor selama ini. Karena sebenarnya tidak mudah melepas kemelekatan yang selama ini ada pada saya.
Alhamdulillah Allah Swt mendatangkan kabar baik, atasan saya menelfon memberitahukan bahwa beliau sudah mendapatkan orang yang bisa menggantikan posisi saya dikantor.
Namun hal itu bukan berarti saya sudah bisa langsung berhenti. Di tengah suasana “lockdown” yang dikeluarkan walikota, saya ternyata harus menghabiskan waktu lebih banyak di kantor. Mempersiapkan berkar-berkas untuk serah terima jabatan dan pekerjaan. Pulang larut malam. Lelah tapi tetap harus dijalani. Namun saya senang dan menikmati karena itu masa-masa terakhir bekerja.
Alhamdulillah 24 Maret 2020 lalu, hari terakhir saya bekerja dan menyandang status wanita karir. Sepanjang jalan saya mencoba untuk menangis tapi kog ya nggak bisa nangis. Saya heran sendiri karena biasanya mudah mellow.
Mencoba mencari pesan Allah di balik setiap peristiwa, akhirnya saya tahu mengapa saya tidak menangis. Yaitu karena Allah Subhanawata’ala sudah memberikan keikhlasan dalam hati saya.
Begitu sampai di rumah, saya langsung mandi dan sholat, barulah memeluk suami dan anak-anak. Saya merasakan ketenangan dan kenyamanan serta kebahagiaan.
Teman-teman, pernahkah kalian meninggalkan suatu perkara yang tidak disukai Allah Swt? Lalu kalian menjalankannya dengan penuh keikhlasan karena takut akan adzabNya?
Saya yakin setiap warga MTR pasti pernah dan berjuang untuk melakukannya. Karena warga MTR adalah orang-orang yang ingin melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Baik itu untuk diri, keluarga dan bisnis.
“Sesungguhnya tidaklah Engkau meninggalkan sesuatu karena ketakwaan kepada Allah Ta’ala, kecuali Allah pasti akan memberikan sesuatu (sebagai pengganti) yang lebih baik darinya” HR. Ahmad no.20739.
Salah satu langkah saya dalam bertaubat meninggalkan dosa Riba adalah dengan meninggalkan pekerjaan saya. Dan Alhamdulillah kini Allah memberi sesuatu sebagai gantinya, yaitu calon bayi yang ada di kandungan saya ☺️.
MasyaAllah..
Semua berproses, dan untuk melewatinya salah satu faktornya adalah efek dari ilmu yang saya dapatkan di FMC (Forum Mama Cerdas-Kaltim) ☺️ yang membuat saya semakin mantap untuk menjadi seorang istri dan ibu 100%
Bahwasanya tugas seorang istri yang sudah menikah hanya ada 3, yaitu : 1. Suami, 2. Anak dan 3. Dakwah
Semoga Allah Swt mudahkan dan Ridho dalam menjalankan kewajiban ini. Aamiin 🤲🏻