©Suwarna“Lelaki Hujan”
Pria lain boleh saja berjuang keras mengempiskan perut agar menjadi six pack demi penampilan. Tapi bagi saya, cukup menjadi pria bebas utang maka istri sudah memberi gelar pria paling seksi di dunia.
Masih jelas dalam ingatan, satu tahun lalu ketika pertama kali diperkenalkan dengan komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR) oleh seorang teman. Saat itu kondisi saya benar-benar sedang jatuh, omset usaha meluncur bebas. Saya bingung luar biasa. Buntu!
“Bro, tidak mungkin saya bisa memperbaiki bisnis tanpa utang modal dari Bank”.
“Lagipula saya justru dapat puja-puji dari bank karena punya utang miliaran. Bukankah itu tada saya dipercaya?”
… Dan masih banyak lagi pembenaran dan pembelaan diri yang keluar dari mulut saya.
Begitulah. Utang telah mengubah saya menjadi pria yang gengsian, over confident, dan pongah meski dalam kondisi tengah jatuh sekalipun. Saya tetap ngeyel ketika seorang teman mengajak hijrah sekalipun diyakinkan tanpa utang, bisnis bisa tetap berkembang, bahkan lebih berkah.
Sampai akhirnya, dia berhasil membungkam mulut saya. “Buku merah” lah yang telah membungkam kepongahan, membuat saya tertunduk dan terdiam…
“Kesalahan-kesalahan Fatal Pengusaha Mengembangkan Bisnis dengan Utang.”
Jebrett! Dari judulnya saja, buku itu terasa menghantam harga diri saya.
Saya baca seluruh isi buku merah tersebut dengan serius. Awalnya dengan kening berkerut, hati berkabut. Namun lembar demi lembar itu, terlalu menarik untuk dilewatkan hingga saya khatamkan dalam waktu singkat.
Setelah itu, hari-hari saya diselimuti gelisah, galau, rasa bersalah dan takut mati. Namun di sisi lalin, ada penasaran dan harapan. Ribuan tanya berkecamuk di benak.
“Jika mereka saja mampu terbebas dari utang dan riba, kenapa saya tidak bisa??”
“Ternyata banyak orang-orang di MTR yang berhasil membangun bisnisnya tanpa utang. Bagaimana caranya, ya?”
Buku Merah itu akhirnya menjadi jalan pembuka hijrah. Muncul kesadaran dalam pola pikir saya tentang bisnis, utang dan riba. Toh faktanya ketika saya terjatuh, tidak ada satupun orang bank yang peduli. Mereka hanya tahu menagih dan mengejar-ngejar saya untuk membayar angsuran tanpa peduli kondisi usaha yang sedang jatuh.
Saya makin sadar ternyata selama ini “main kurang jauh”, kopi saya kurang pahitt, hidup jauh dari rasa tenang. Dari sini niat hijrah saya terasa mengkristal semakin kuat.
Perjuangan saya mulai dengan mengikuti event seminar MTR satu per satu. Dimulai dari Sukses Mengembangkan Harta Tanpa Riba(SMHTR) dan dilanjutkan dengan berbagai event lainnya. Semakin banyak event yang saya ikuti, semakin yakin hanya Allah dan diri saya sendiri yang mampu mengeluarkan saya dari belenggu utang.
Dan Alhamdulillah, saat ini saya sudah bebas utang. Usaha berkelimpahan, keluarga juga makin adem tentram… Masya Allah tenang bangat rasanya hidup tanpa utang!
Efek lain, .… saya merasa sangat “seksi” hidup tanpa utang.
Saya pikir, PRIA SEKSI yang hakiki mestinya bukan hanya milik pria berbadan atletis yang memiliki perut six pack.
Pria seksi adalah pria tanpa utang, yang di dompetnya tidak ada lagi kartu utang. Pria yang sholeh dan menyayangi istri – istrinya…eh typo maksudnya istrinya