@spn220719.
Dulu, saya pilih-pilih group whatsapp mana yang saya kirimi flyer acara-acara Masyarakat Tanpa RIba (MTR). Saat itu saya masih sungkan dan khawatir ada yang “nyinyir” ketika saya berbagi informasi tentang acara MTR. Makanya tidak semua grup saya share informasi tersebut.
Namun saat diskusi dengan istri, ia bilang,”Mosok dakwah pilih-pilih. Kirimin aja ke semuanya. Siapa tahu mereka dapat hidayah. Hidayah itu kan hak prerogatif Allah SWT. Allah yang akan memilih siapa yang akan diberi hidayah-Nya.”
Hmmm… saya pikir benar juga pendapat istri saya. Lalu saya coba beranikan diri mengirim informasi Sukses Mengembangkan Harta Tanpa Riba ( SMHTR) yang diadakan MTR Pekanbaru Mei lalu ke semua group WA saya…sambil was-was kalo kalo nanti ada yang nyinyir.
Dan ternyata…. Der!! Benar juga. Teman yang saya perkirakan nyinyir, ternyata nyinyir juga. Pertanyaan umum yang biasa muncul adalah, “Bayar ya… ada yang nggak bayar !?”
Saya response pertanyaan-pertanyaan itu dengan sabar. Saya jelaskan kewajaran berbayar karena memang acaranya di hotel berbintang, berlangsung dari pagi sampai malam. Selain itu, manfaat yang didapat akan jauh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
Bentuk “nyinyiran” yang lain : “Anda sudah pernah ikut ya… kalo gitu bisa sharing dong ke kita-kita disini… ”
Hmmm… kalau untuk pertanyaa ini, saya sudah siap dengan jawaban tegas, ”Siap… kumpulkan 100 orang di masjid atau di mana, sediakan waktu 2-3 jam. MTR siap memberi pencerahan… gratis !!!”
Bisa membayangkan respon sang penanya? Dijamin dia tak akan berkutik. Karena sesungguhnya apa yang dia lontarkan hanya ungkapan iseng belaka.
Jawaban-jawaban semacam ini bisa disampaikan oleh semua anggota MTR apabila menghadapi pertanyaan serupa. Anda minta saja mereka mengumpullan 100 orang, sediakan waktu 2 jam, MTR akan memberikan sharing session gratis. Tinggal koordinasikan saja dengan pengurus Korda terdekat.
Di sisi lain, tak disangka, justru muncul sambutan positif dari pengurus DKM. Karena respon positif mereka, Ramadhan kemarin jadilah kami menginisiasi program “Goes to Masjid” di sebuah masjid kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.
Teman-teman yang lain juga meresponse positif. Teman dari Jogja menanyakan adakah program serupa di kota budaya itu? Mereka lalu saya arahkan ke SMHTR Jogja.
Komentar-komentar positif dan acungan jempol tidak sedikit, membuat saya semakin bersemangat menyebarkan info-info MTR dalam cakupan yang lebih luas. Setiap informasi kegiatan MTR, selalu saya share ke semua group WA yang saya ikuti. Saya berharap semakin banyak teman dan saudara yang terangkat beban hidupnya dari tekanan utang.
Prinsip saya sekarang, biarlah Allah yang menentukan siapa yang layak mendapat hidayahNya. Saya hanya berharap pahala jariyah mengalir untuk saya. So, sekarang saya tidak ragu lagi menyampaikan “I am MTR”.