©MIslamBasri.
Bermacam kemudahan yang menggoda, membuat masyarakat yang hidup di akhir zaman ini terperangkap dalam berbagai dorongan untuk memilki segala sesuatu yang mereka kehendaki. Bukan lagi atas dasar kebutuhan terhadap suatu benda, namun lebih banyak karena bujukan nafsu. Nafsu yang seringkali tak terbendung dan dikamuflasekan sebagai suatu kebutuhan mendesak.
Teramat banyak masyarakat sekarang yang mengagungkan dan memuja gaya hidup, sehingga tanpa disadari mereka menjadi korban dan budak atas cara hidup mereka sendiri.
Bukankah Gaya berbanding lurus dengan Tekanan? Maka, semakin besar gaya hidup, otomatis tingkat tekanan serta beban kehidupan akan semakin meningkat dan membesar pula.
Mari kita mencoba bermuhasabah dan mengingat kembali, berapa banyak keputusan yang kita ambil berdasarkan keinginan semata, bukan hal yang benar-benar kita butuhkan? Bisa jadi, sebagian besar keputusan untuk memiliki sesuatu itu kita ambil karena dorongan keinginan!
- Betulkah kita mesti beli Handphone baru dan lebih canggih?
- Benarkah sofa dan perabotan lain di rumah ini mesti diganti?
- Apa benar kendaraan kita sudah saatnya ditukar dengan model yang lebih baru?
- Betulkah anak kita akan kesulitan ke sekolah kalau tidak naik motor?
- Haruskah untuk mulai atau mengembangkan bisnis kita mesti berutang?
Begitu banyak pertanyaan yang sebenarnya tak terlalu sulit dijawab dengan kata “tidak”! Karena sejatinya, sebagian besar yang kita harapkan itu adalah suatu bentuk keinginan yang seringkali kita paksakan mengenakan baju palsu kebutuhan. Inilah awal mula kita terbelenggu dalam lingkaran setan bernama UTANG
No way out! Untuk keluar dari perangkap jebakan nafsu keinginan itu, tak ada jalan keluar yang lebih baik daripada belajar hidup qana’ah serta menyelam lebih dalam ke lautan ilmu agama dan dunia.
Bersyukur atas apa yang kita miliki, bersabar atas apa yang kita inginkan, dan bijaksana dalam memahami warna yang berbeda antara keinginan yang bisa ditunda dan kebutuhan yang memang wajib untuk dihadirkan. Insya Allah akan membuat diri kita lebih merasa tenang dan nyaman dalam mengarungi panas serta kerasnya setiap etape perjalanan kehidupan.
Untuk urusan dunia, rajinlah mengamati orang-orang yang kehidupannya berada di bawah kita sehingga kita bisa menyadari betapa banyak karunia dan nikmat Allah yang telah kita kufuri selama ini. Dan pada waktu yang bersamaan, kita akan semakin bisa mensyukuri ternyata begitu besar kenikmatan yang telah kita dapatkan.
Bersyukur akan ditambah, namun bila kufur akan dibinasakan. Itulah janji dari Zat yang Maha Menepati Janji. Janji itu seharusnya menjadi pegangan terkuat bagi setiap diri, sampai datangnya jatah rezeki penghabisan , pertanda akan segera berakhirnya semua kenikmatan dunia yang sejatinya hanya menipu dan penuh dengan seloka belaka.
WallAhu A’lam
Bangkinang 0,77 Juli 2019