Kalau ada perlombaan besar-besaran utang di antara warga MTR, Syaikhul Hadi (42 tahun) mungkin akan menjadi pemenangnya. Tapi itu dulu!
“Ratusan meterlah intinya. 250M lebih. Di komunitas MTR, saya termasuk yang mempunyai utang terbanyak,” papar Syaikhul, CEO PT. Keraton Agri Nusantara saat menjawab pertanyaan tertulis dari admin Masyarakattanpariba.com.
Itu cerita lama, saat Syaikhul belum mengenal komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR). Kini utangnya yang berjumlah Rp252 miliar sudah lunas, dalam tempo tidak sampai 2 tahun, sejak ia bergabung pertama dengan MTR di tahun 2018. Bagaimana kisahnya?
Syaikhul mendirikan PT Keraton Agri Nusantara pada tahun 2008 setelah membaca ada peluang di bidang perdagangan pestisida, obat-obat pertanian, pupuk dan benih pertanian. Ia kemudian mendirikan Toko Pertanian Istana Tani yang beralamat di Jl.Raya Jetis – Bungkal, Desa Ngasinan, Kec. Jetis, Ponorogo untuk melayani kebutuhan para petani di wilayah Ponorogo dan sekitarnya.
Seiring perjalanan waktu, Syaikhul pun tergerak untuk memperluas skala usahanya. Ia mulai membuka toko cabang di berbagai wilayah Jawa Timur, bahkan hingga ke Jawa Tengah. Dalam kurun satu dasawarsa, bisnis PT Keraton Agri berkembang pesat. Omsetnya melesat sampai bilangan ratusan miliar rupiah. Mereka memiliki ribuan pelanggan loyal baik baik di tingkat riteler maupun di tingkat enduser (petani). Karyawannya pun hamper mencapai 200 orang.
Jer basuki mawa bea, keberhasilan butuh pengorbanan. Begitulah, sejalan dengan perkembangan usaha, utang Syaikhul juga berkembang pesat. Untuk keperluan ekspansi, ia butuh dukungan dana dalam jumlah besar dan terus-menerus. Dan ia pun terus mengajukan utang ke bank dengan jumlah yang semakin lama semakin besar. Ia juga semakin terbiasa dengan pola cashflow berbahaya; menyelesaikan utang lama dengan utang baru.
Syaikul mengaku, saat itu ia dalam kondisi kecanduan utang. Alasan menambah utang selalu ada, bahkan untuk keperluan yang tidak sangat mendesak. Dan ibarat pemancing, pihak bank pun semakin responsive menawarkan utang dengan plafon yang semakin tinggi.
Hingga pada suatu titik, saat akumulasi utangnya melewati angka Rp250 miliar, Syaikhul merasa ada yang tidak beres dengan cara ia memutar bisnisnya. Usahanya mulai memperlihatkan tanda-tanda ketidakseimbangan, justru saat kondisi utangnya luar biasa besar dan tersebar di belasan titik.
“Memang saat itu ada pengaruh kemarau panjang sehingga barang menumpuk, yang otomatis berpengaruh terhadap cashflow. Piutang customer banyak yang mundur dan macet, ditambah beban bunga bank yang terus berjalan,” kisahnya. Dengan kondisi tersebut, lanjut Syaikhul, otomatis pembayaran kepada supplier juga terpengaruh.
Syaikhul mulai gelisah. Makin hari hidupnya semakin tidak tenang. Persis seperti gejala penyakit para penderita kecanduan utang. Siang gelisah, malam tidur tidak nyenyak. Ia seperti berjalan tanpa pegangan. Dalam kondisi itu, tak ada jalan lain kecuali berserah kepada sang Pemilik Kehidupan.
****
Waktu terus berjalan, melibas apa saja yang ada di belakang..
…. cerita perjalanan Syaikhul mulai menemukan titik terang saat ia berkenalan dengan komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR). Adalah H. Thohir Fauzi (Hasby), yang menjadi wasilah keterlibatannya dengan gerakan yang concern menyelamatkan umat dari jeratan utang tersebut.
Dari perkenalan pertama di tahun 2018, Syaikhul menjadi paham tentang bahaya riba serta ancaman Allah yang sangat berat bagi pelakunya. Ia semakin salut kepada MTR karena menurut penilaiannya, komunitas ini berdakwah murni bagi umat agar bebas dari utang. MTR gencar mengedukasi umat agar semakin intens berbisnis secara Syariah, dan mengubah pemikiran dari ketergantungan terhadap utang bank menjadi bisnis tanpa utang.
Dalam skala keumatan, MTR bertujuan untuk mewujudkan gaya hidup umat Islam yang kaffah. “Ending-nya adalah hidup bahagia tanpa utang dan beribadah semakin tenang,” tambah Syaikhul.
Dua tahun bergabung, Syaikhul merasa ada transformasi yang terjadi pada dirinya. Ia tidak lagi kecanduan utang. Berbekal ilmu yang ia dapatkan dari event-event MTR terutama BTC, ia berhasil mendapatkan solusi untuk menyelesaikan masalah utang dengan perbankan.
Demi membebaskan diri dari praktik ribawi, Syaikhul melakukan pendekatan khusus kepada pihak bank yang telah memberinya kredit selama belasan tahun. Tanpa kenal putus asa, ia terus memberikan edukasi mengenai hakekat riba dan akad. “Harus bolak balik melakukannya sampai berhasil deal dengan solusi yang baik. Ya memang perlu perjuangan dan doa,” ujarnya.
Akhirnya, dengan komunikasi dan pendekatan yang baik, pihak bank bersedia memberinya keringanan dengan penghapusan bunga dan denda yang dilarang Allah. Saikhul bahkan berhasil menjalin kesepakatan baru untuk membayar sisa pokok utang yang masih ada dengan stok barang yang ia miliki hingga lunas.
Bersamaan dengan itu, Syaikhul juga melakukan pendekatan kepada para supplier untuk minta pengunduran waktu pembayaran. Ia berterus terang menjelaskan kondisi keuangan perusahaannya yang berubah setelah tidak mengambil komitmen baru dengan bank lagi. Lagi-lagi ia berhasil mendapatkan kesepakatan.
Proses penuh doa, kerjakeras, dan ketahanan mental itu membuahkan hasil yang memuaskan. Hanya dalam waktu 2 tahun, Rp252 miliar utangnya terselesaikan!
Dengan attitude sesama warga MTR yang saling dukung dan menguatkan, Syaikul semakin berani melepaskan ketergantungan finansial usahanya kepada bank. Saat ini, bisa dikatakan PT. Keraton Agri sudah terbebas dari utang. “Masih tersisa utang dagang, tapi itu untuk perputaran bisnis,” ujarnya.
Ia juga berhasil membuktikan bahwa tanpa topangan utang ribawi, bisnis tetap berjalan, bahkan berkembang semakin baik dan sehat. “Ilmunya ada di Be-MiMS. Di sana saya belajar banyak konsep bisnis, inovasi, kreasi dan solusi bisnis,” jelasnya.
Syaikhul sangat bersyukur, melalui MTR, Allah telah menyembuhkan penyakit kecanduan utangnya yang sudah kronis. Dan yang utama, ia menjadi punya lebih banyak waktu untuk Allah dan keluarga.
Secara pribadi, ia merasa terjadi perubahan hidup yang signifikan. Ia merasa hidup Bahagia lahir batin tanpa utang. “Tidak terucapkan dengan kata saja. Yang asalnya saya piker tidak mungkin terselesaikan, ternyata unlogic Allah memberikan solusi dengan cepat.”
Kepada sesame pengusaha Muslim yang masih terjerat utang ribawi, Syaikhul berpesan agar tetap berikhtiar sekuat tenaga untuk terbebas dari utang dan bisnis pun harus tetap berkjalan.
“Lakukan negosiasi dengan baik, senyum, andhap asor, bersahabat dan beretika. Banyak-banyaklah mencari konsep agar permasalahan terselesaikan dengan baik,”pungkasnya.