Seperti halnya para pengusaha pemula, Pak Pujiono –pengusaha herbal dari Purwokerto, juga memiliki mindset kalau sukses harus punya utang supaya hidup lebih bersemangat, kalau tak utang tidak akan punya apa-apa dan semacamnya.
Maka tidak heran, sejak masih menjadi karyawan di tahun 2001, ia sudah mulai berkenalan dengan gaya hidup berutang. Awalnya ia mengambil utang Rp1 juta sebagai modal jualan produk-produk herbal karena ingin menambah penghasilannya sebagai karyawan. Setelah itu, pelan tapi pasti, pria kelahiran Cilacap, 18 Desember tahun 1980 ini semakin tergantung pada utang. Hingga terakhir akumulasinya hamper mencapai Rp1,2 miliar.
Waktu utangnya belum terlalu besar, Pak Pujiono merasa tidak ada beban dalam mengangsur cicilan utangnya. Hingga setelah berlangsung 1,5 tahun, ia merasa beban utang itu semakin berat, yang membuatnya tertekan sehingga hidupnya juga tidak tenang. Kalau sudH memikirkan utang, kepalanya terasa “cremot-cremot”.
Ayah 3 orang putra ini mengaku ia menjadi mudah emosi bahkan ringan tangan kepada anak-anaknya. Kehidupan berkeluargapun terasa semakin tidak harmonis dan serba salah.
Sejatinya, sebelum berkenalan langsung dengan MTR, Pak Puji sudah diingatkan oleh ustadz Khotam tentang bahaya utang dan riba sebagai sumber masalah kehidupannya selama ini. Namun ia masih tetap “ngeyel” karena merasa masih mampu membayar cicilan/angsuran utangnya.
Hingga akhirnya pada pertemuan yang ketujuh, Pak Puji mulai tertarik tarhadap untuk menanyakan adakah seminar motivasi tentang bisnis Islami. Dua hari kemudian, Ust Khotam memberikan informasi tentang acara PTR -Pengusaha Tanpa Riba (sekarang programnya berkembang menjadi SMHTR).
28 Februari 2015, untuk pertamakalinya Pak Puji mengikuti event PTR. Pada seminar yang bertempat di Hotel Balairung Matraman itu, Ust. Samsul Arifin SBC membawakan tema “Rahasia Sukses Mengembangkan Bisnis tanpa Riba”. Itulah moment ketika Pak Puji paham dengan sejelas-jelasnya tentang bahaya dan tabiat buruk utang. Dari situ juga, ia mendapatkan motivasi kuat untuk membayar, dan menyelasikan utang secepat mungkin melalui cara yang syar-ie (meninggalkan riba)
Tidak selesai di acara PTR, Pak Puji juga terus mengikuti berbagai program dari SBC seperti BUBB, MLC, MIMS dan lainnya. Berbagai program yang ia ikuti memberinya kekuatan untuk bangkit dan mewujudkan impian-impian bebas utang dan merdeka secara finansial dalam kehidupan yang sesuai aturan-aturan Allaah SWT.
Hingga akhirnya, Juni 2015 atau 4 bulan setelah ia mulai ikut progam SBC, Pak Puji berhasil melunasi semua utang-utangnya!
5 tahun bergabung dengan MTR, Pak Puji merasa sangat bersyukur bertemu dengan banyak saudara sejalan. Relasinya bisnis juga bertambah yang berimbas pada kenaikan omset usahanya. Dan karena MTR pula, ia bisa melanglang buana dari Sabang sampai Papua.
Bersama-sana warga MTR, ia bergerak membuktikan kecintaan terhadap bangsa melalui edukasi kepada masyarakat agar lepas dari ketergantungan terhadap utang dan riba. “Ini adalah bukti bela negara kami dalam bidang ketahanan keuangan,” ujarnya.
Baginya, MTR bukan sekadar komunitas, namun wasilah dakwah untuk menyelamatkan umat di dunia (dari bahaya utang) hingga ke akhirat. Pasalnua, melalui MTR umat diajak untuk memiliki kepribadian Islam mulai dari proses berfikir dan pola sikap sehari-hari. Dimulai dari niat untuk menyelesaikan utang, belajar aturan hidup berIslam, insyaAllah masalah-masalah yang ada pada diri bisa terselesaikan.
”Intinya kita diajarkan untuk istiqomah belajar metode Islam agar hidup lebih berarti. Belajar tiada henti, dakwah sampai mati. InsyaAllah selamat dunia dan akhirat,” tegasnya.