Rasdha Tadjuddin, Selamat dari Ranjau Ganas bersama MTR

0
778

Punya utang Rp9 miliar tenang-tenang saja, bahkan permintaan “top-up” sudah di-acc menjadi Rp12 miliar. Rasdha Tadjuddin baru tersadarkan bahwa ia tengah berhadapan dengan ranjau yang sangat ganas setelah bertemu dengan komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR).

“Ya, seperti umumnya pengutang, dalam mindset saya waktu itu, pengusaha akan semakin dihormati kalau semakin banyak utangnya di bank. Itulah citra pengusaha sukses, karena ia telah mendapat kepercayaan besar dari bank,” ujarnya.

Ust. Rasdha –begitu kami biasa menyapa, sudah mendapat persetujuan untuk “top-up” utang sebesar Rp3 miliar dari sebuah bank ketika bertemu pertama dengan MTR.

Persetujuan itu justru membesarkan hatinya karena cara berpikiran masih terjebak pola usang citra pengusaha sukses. Ia tidak  merasa ada yang salah dengan cara bisnisnya, karena utang sebesar itu belum berpengaruh terhadap perputaran bisnisnya di Jogjakarta, yang bergerak di bidang Internet Learning Cafe, Super Hotspot, Supermarket Air Minum, dan Property (Services, Goods and Property )

Namun Allah Maha Kuasa ketika berkehendak untuk memberi hidayah kepada hamba-Nya. Kesukaan founder MerapiOnline Corp ini bersilancar di dunia maya menjadi wasilah untuk berkenalan dengan MTR pada akhir 2015. Waktu itu, MTR masih bernama Komunitas Pengusaha Tanpa Riba (PTR)

Setelah ikut sesi pembelajaran di MTR, barulah Ust. Rasdha sadar  betapa saat itu ia berada di depan sebuah ranjau besar yang ledakannya sewaktu-waktu bisa mematikan masa depan bisnis, keluarga, bahkan kehidupannya di dunia sampai ke akherat.

Sebenarnya, sebelum ia sudah merasakan ada sinyal-sinyal  yang dikirimkan  Allah terkait tabiat buruk utangnya yang dirasa semakin mencandu. Seperti ketika tengah bercengkerama santai dengan keluarga, bersendagurau dengan istri, jantungnya tiba-tiba berdetak kencang jika nyuuut, ia teringat dengan utang-utangnya. “Sepertinya kebahagiaan atau kedamaian itu tidak layak dinikmati oleh orang yang punya utang,” ujarnya.

Pelan tapi pasti, keterlibatan Ust. Rasdha di MTR semakin kuat. Sejak bergabung dengan MTR, setidaknya ada 3 point perubahan yang ia rasakan. Pertama, perubahan pada diri pribadi, kedua perubahan terhadap keluarganya, dan ketiga perubahan dalam bisnisnya.

“Kombinasi di antara ketiganya tidak mungkin dipisahkan dalam menggapai hidup berkah,” ujarnya.

Terkait masalah utang-utangnya, Ust. Rasdha bersyukur mendapatkan solusi nyata dalam penyelesaiannya.  Dengan solusi yang diajarkan dalam beberapa event MTR, ia bisa mencapai tujuan lunas utang miliaran tanpa meninggalkan jejak sakit hati bagi siapa pun. Baik pemberi utang maupun penerima utang.

Bagaimana penerapannya? “Kuncinya  adalah adab.  Selama proses negosiasi, saya selalu menerapkan adab-adab yang saya pelajari di MTR,” jelasnya.

Karena prinsip fundamental adab  yang dipelajarinya, bahkan selama memutuskan untuk tidak membayar cicilan –yang sudah ia yakini dan jelaskan posisi ribanya, pihak  bank malah ikut membantu mencarikan solusi.

Semua berkat fundamental adab yang saya pelajari di MTR yaitu andhap asor dan bersahabat dalam dakwah.  Saya ajak DC-nya ngopi-ngopi, cerita hobby mereka, keluarga dan sebagainya. Cerita utang sekadarnya saja. Malah DC-nya saya imbau untuk sering-sering datang, jangan cuma untuk urusan utang saja,” kisah suami dari muslimah bernama  Ega Ambar Gama Puspita tersebut.

Mereka itu, Rasdha menunjuk para pelaku debt collector, sebenanya adaalah saudara kita yang juga sangat memerlukan bantuan. Ia mengaku ada rahasia yang tidak banyak diketahui terkait pekerjaan keras tersebut. (Kalau penasaran, tanya langsung saja saat beliau mengisi materi di event MTR ya. 😊)

Tak sekadar berhasil membayar utang hanya sebesar cicilan pokoknya saja, sikap keukeuh Rasdha untuk tidak membayar cicilan sepanjang permintaan hapus BDO (bunga, denda dan ongkos-ongkos lainnya) belum dikabulkan oleh si abank, ternyata memberikan keuntungan finansial yang di luar dugaan.  Uang yang biasanya dialokasikan untuk membayar cicilan pokok beserta bunga-bunganya, ia kumpulkan dengan cermat selama 1,5 tahun masa “pembangkangan” terhadap bank.

Dan hasilnya nyata. Dari situ ia bisa membangun outlet baru yang memberinya tambahan income.  Tak ayal, laci brankasnya pun semakin gemerincing dengan rupiah.

“Cring..cring..cring. Bayangkan, saya bisa lunas utang miliaran di bank dengan riang gembira setelah satu setengah tahun tidak harus membayar cicilan. Apalagi saya malah jadi punya outlet baru,” ujarnya sumringah.

Yup, dengan strategi cermat dan terukur, ia hanya perlu waktu 1,5 tahun untuk melunasi  Rp9M utangnya, plus outlet baru sebagai bonus.

Dan saat ini, 5 tahun setelah perkenalannya dengan MTR,  MerapiOnline Corp adalah bisnis murni tanpa utang. Ia mengaku sama sekali tidak punya utang, bahkan posisinya berbalik menjadi pihak pemberi utang  kepada saudara yang membutuhkan

“Sekarang 100% pemasukan masuk ke dalam brankas, tidak ada yang nyasar ke brankas si abank,” ujarnya penuh canda.

 

Semua ada di MTR

Satu hal yang membuat seorang Tadjuddin Rasdha semakin lekat dengan MTR (bahkan kini ia menjadi salah satu fasilitator di dalamnya), adalah karena visi komunitas untuk membangun adab. Karena prinsip tersebut, menurutnya, siapapun yang tergabung di dalamnya, insyaAllah akan terjaga adab.

Kesan Ust. Rasdha tidak salah. Perjalanan 5 tahun  di dalam MTR membuktikan, komunitas ini memang berupaya membangun peradaban dengan konten luar biasa. Mulai dari membangun bisnis dengan skala dunia, membentuk keluarga harmonis berdasarkan aturan-aturan Allaah subhanawata’ala, hingga mencetak generasi Rabbani calon pemimpin masa depan.

“Semua ada di MTR,” tegasnya.

Ayah tiga putra kembar ini merasakan begitu banyak hikmah setelah ia bergabung dengan MTR. Antara lain, menjadi lebih mudah mengontrol emosi, jalinan keluarga semakin dekat dan penghasilanpun terasa lebih mendapatkan keberkahan dari Allah sang Maha Melihat. “Hati lebih damai dan penuh dengan keberlimpahan.”

Selain itu, ia juga merasa, kapasitas diri semakin mumpuni, bisnisnya semakin tertata dan siap melesat kapan saja. Ia mengaku, saat ini merasa  dalam kondisi sangat bahagia, optimistis, dan antusias menjalani sisa hidup dengan amal-amal yang diridhai Allah subhanawata’ala.

Untuk para pengusaha Muslim yang masih memiliki utang, Ust. Rasdha memperingatkan agar segera menyelesaikan masalahnya.

“Percuma Anda sedekah ekstrim, sholat dhuha dan tahajud setiap hari, membangun masjid, menyantuni pondok pesantren, tapi meninggal dalam keadaan memiliki UTANG,” tegas pria kelahiran Tana Toraja, 26 November 1975 ini.

Ia berpesan, jika ingin menikmati kehidupan sesungguhnya yaitu kehidupan yang diinginkan Allah dan RosulNya, segera hentikan tabiat buruk utang. “Kenapa? Karena risikonya sangat berbahaya di dunia, terutama di akherat!” pungkasnya.

Ah, Anda yang mengaku sebagai umat  cerdas dari  Rosul kita, Muhammad SAW, pasti mengakui kebenaran pesan Ust. Rasdha. Bukankah Rosul sudah bersabda, orang yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya? Merekalah orang yang akan pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here