© MY290820
Dalam sosialisme yang akarnya adalah matrialism, mereka melihat segala sesuatu yang terjadi sebagai efek dari perubahan materi.
Hingga tak heran lahir jargon awam: “Di dalam tubuh yang sehat lahir jiwa yang kuat”.
Faktanya? Banyak orang yang fisiknya sehat dan kuat dalam sudut pandang material tapi jiwanya rapuh. Berapa banyak koruptor, kriminal dan para garong uang rakyat yang rata-rata sehat, tapi ternyata tetap jahat?
Itu membuktikan bahwa pemahaman sosialme tidak sesuai dengan kodrat manusia. Sama rata sama rasa adalah melawan kodrat.
Sosialisme mengaburkan makna evolusi, psikologi prilaku, hingga tanah, bumi, dan manusia sama-sama dilihat secara material. Kedudukan manusia hanya jadi bagian dari rantai produktivitas penunjang kehidupan saja.
Awalnya sosialisme jadi semacam harapan baru dan menjadi antitesis kapitalisme, faktanya sosialisme justru melahirkan monopoli elit baru.
Namun ternyata setali dua uang…
Kapitalis dan sosialis telah gagal memanusiakan manusia. Kapitalis memandang manusia sebagai budak produksi, sosialis memandang manusia sebagai alat produksi. Sosialisme menjadikan negara sebagai hukum, sehingga setiap perkataan elit adalah sabda. Penguasa menjadi penentu akan segala hal.
Kapitalisme datang dengan demokrasinya, seolah rakyat berhak menentukan segalanya. Keluarlah jargon: “Suara rakyat adalah suara Tuhan”. Nyatanya uanglah yang menjadi tuhan-tuhan baru atas manusia. Yang kaya yang berkuasa, dan negara hanya sebagai alat dan pelayan oligarki. Itu karena kapitalisme memang berasaskan pada manfaat bukan kodrat.
Sosialisme dan kapitalisme memandang manusia sebagai kumpulan individu, dalam konteks bernegara bukan sebagai kesatuan yang utuh. Maka mereka sama-sama menjadi sekuler, sama-sama ingin memisahkan agama dari negara.
Walhasil…
Sosialisme menuntut revolusi dengan teori chaos-nya agar masyarakat tetap berkembang, demokrasi menjadikan kegaduhan negara tak pernah berhenti, saling ingin mendominasi suara. Sebab demokrasi akan efektif jika mereka mampu menutup mulut lawan bicara.
Dalam kekalutan ideologi dan kekacauan berfikir akibat mengikuti apa yang bukan standar dari Tuhan, para intelektual dibuai dalam retorika filsuf Yunani dengan mitos dewa-dewa kuno.
Apakah Anda masih nekad meninggalkan syariat, tanpa menggali apa apa yang menjadi ketentuan Tuhan?
Come on !
Wallahua’lam bissawab.
✍️ Education For All