©kangHikmat MTRJogja
Selalu ada kejutan dalam tatap muka dengan warga Masyarakat Tanpa Riba (MTR). Terutama ketika kami saling berbagi pengalaman hidup, khususnya seputar dampak buruk dari utang dan penyelesaiannya.
Namun di situ pula kita bisa menemukan hikmah luar biasa untuk menjadi pembelajaran. Bukankah Allah sudah berfirman dalam QS. Al Baqarah : 269 yang bunyinya, “Barang siapa yang diberikan hikmah, maka dia sudah diberikan kebaikan yang amat banyak”
Salah satu tabiat buruk utang adalah membayar kepastian dengan ketidakpastian. Sebuah risiko yang membuat sesak siapa saja yang mengalaminya. Termasuk sahabat kami sendiri. Begini ceritanya.
Awal ketika mengambil kredit modal dari aBank, sudah terbayang profit dari project yang akan diperoleh. Namun apa daya, Allah punya kehendak lain. Untung enggak, buntung iya, stresslah jadinya!
Karena tidak bisa membayar KEPASTIAN, si abank pun mulai intens kontak. Dan saking khawatirnya modal mereka hilang, si abank pun menugaskan staffnya untuk ngantor di kantor sahabat kami itu. Betul, ngantor betulan, tanpa “…..”. Bahkan kemanapun sahabat kami itu pergi, staff aBank selalu mengikutinya. Sampai-sampai istri sahabat kami itu risih dengan kelakuan orang si aBank.
Merasa privasinya sudah terinjak-injak dan TERHINAKAN, sahabat kami akhirnya memutuskan kost meninggalkan anak dan istri untuk bersembunyi dari si aBank. Bayangkan, pengusaha dengan proyek puluhan miliar, yang rumahnya sangat nyaman, harus tinggal di rumah kost yang sederhana.
Wang sinawang, kendati rumahnya terlihat bagus, namun hidupnya penuh tekanan dan amat tidak tenang. Ia menjadi orang yang mudah curiga, paranoid kepada siapapun yang datang.
Di tempat kost, ia tidak pernah berani membuka pintu, apalagi keluar kamar. Bahkan pintu kost pun diberi lubang untuk mengintip sesiapapun yang datang. Setiap ada mobil atau motor berhenti depan kost, hatinya berdegup kencang. Yang terbayang selalu adalah utusan si Abank.
Untuk keperluan makan, ia tidak berani keluar. Kadang istrinya yang mengantar, kadang karyawannya. Hidupunya dilanda kebingungan dan ketakutan luar biasa. Uang yang mestinya bisa membahagiakan, berbalik menyiksanya. Na’udzu billah min dzaalik.
Untunglah Allah menunjukkan kasih sayangNya. Di tengah tekanan yang demikian berat itu, ia mendapatkan video MTR media sosial. Hal itu terjadi tepat pada hari ke tujuh dalam persembunyiannya dari kejaran si abank.
Dan hari itu juga, ia langsung memiliki keberanian untuk menghadap si abank. Ya, hanya dengan melihat video MTR saja, belum ikut event SMHTR dan lain lainnya. Keberanian itu muncul begitu saja.
Sadar belum punya ilmu untuk menghadapi si abank, maka semua info tentang MTR dicarinya melalui pegiat MTR JOGJA, Pak Iswandi. Ia sadar berhadapan dengan si abank akan berbahaya, jika salah dalam tindakan. Tanpa pikir panjang, sahabat kami itu langsung ikut SMHTR, lanjut PBTR.
Dan Alhamdulillah, dalam waktu kurang dari 2 bulan, utang Rp20 milyar kini tinggal tersisa Rp0.5 milyar saja!!
“Sekarang saya yang mengejar-ngejar si Abank dan pak le(asing), bersahabat dengan si Deci…he..he..” katanya sambil senyum bahagia.
Kalau Anda tak ingin happy ending dengan urusan utang, jangan bergabung dengan MTR, tak usah ikut tatap muka MTR, jangan ikuti event-event MTR!
29 Ramadhan 1440 / 02 Juni 2019