Pak Cecep Tak Jadi Bubarkan Perusahaannya

0
1021

Proses hijrah itu tidak mudah.  Rasanya seperti ikan yang air tempatnya hidup, dikeringkan seketika. Namun melalui wasilah ilmu yang diberikan MTR, Pak Cecep, kontraktor asal Tangerang  ini  mulai berbenah, dan sekarang dalam perjalanan menuju lunas utang miliaran.  

***

Pertemuan Pak Cecep dengan MTR berawal dari salah persepsi. Ia mengenal komunitas ini melalui Youtube, dan  untuk pertama kali mengikuti event PBTR di bulan September 2019. Seperti banyak  dugaan masyarakat awam, ia mengira di komunitas MTR akan mendapatkan bantuan untuk mengatasi miliaran rupiah utangnya.

Pertemuan itu adalah ujung pencariannya yang sudah berjalan satu tahun lebih. Seperti yang dialami para penderita #tabiatburukutang, ia merasa bisnisnya berjalan hampir tanpa keberkahan. Banyak masalah yang terjadi. Mulai dari proyek-proyek yang merugi, salah transfer dan berbagai problem aneh lainnya.

Melalui MTR ia tersadarkan, berbagai masalah yang datang, tidak lain tersebab besarnya maksiat riba yang ia lakukan dalam menjalankan usaha. Ia merasa Allaah telah menyadarkannya   agar tidak mengembangkan bisnis melalui utang.

“Sudah berjalan 12 tahun sebelum proses hijrah. Kami paham ilmu bisnis, tapi tidak paham fiqh muamalah.  Di MTR kami disadarkan hal yang paling fundamental, bahwa hutang adalah gerbang riba,” ujarnya menyebut nama Citra  Mandiri Group, bisnisnya yang bergerak di bidang  jasa kontruksi mekanikal, terutama heavy AC.

Seperti halnya para pebisnis lain, sebelum mengenal MTR Pak Cecep  punya anggapan bahwa mengembangkan bisnis melalui utang, adalah hal yang normal. Lebih dari itu, banyak pengusaha yang kurang perhitungan.  Kemampuan bayar  sebenarnya hanya 100 juta, namun ia ambil utang 200 juta.  Dan parahnya, mereka kemudian menilai sukses melalui pencapaian fisik –gedung dan mobil mewah,  tanpa  mengingat semua itu harus ditebus  dengan harga mahal berupa utang.

“Padahal kalau ukurannya itu, tinggal tunggu waktu saja akumulasinya. Soalnya dari kecil kita tidak diajarkan mana yang halal dan mana yang haram,” ujarnya menyinggung proses riba yang menyertai pencapaian-pencapaian tersebut.

 

Gerbong Hijrah Pak Cecep

Maka Pak Cecep pun berazzam untuk hijrah,  berbenah kehidupan,  mengajak keluarga dan gerbong bisnisnya. Karena hijrah tidak bisa dilakukan sendirian!

Ia beruntung memiliki dua bidadari yang selalu mendukung jalan hijrahnya; ibu dan istri.   Juga kereta bisnisnya yang diisi 200 orang karyawan, termasuk  karyawan di proyek. Ada pun karyawan yang tidak bersedia ikut dalam gerbong hijrah ini, ia anggap sebagai proses pencucian.

“Ustadz selalu bilang, jangan pegang gelasnya terus, karena kalau tidak dilepas Allah tidak akan menggantinya dengan yang baru,” ujarnya menyitir analog melepas kemelekatan yang menjadi prinsip bebas utang warga MTR.

Diakui, proses itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia tidak bisa “ujuk-ujuk” melunasi utangnya semua. Saat ini ia sudah berhasil menyelesaikan sebagian besar utangnya, dan berharap Allaah memampukan lunas utang miliaran dalam waktu dekat.

Soalnya  dalam proses pelunasan utang, kita berpacu dengan waktu. Karena kalau tidak, kita akan dibangkitkan seperti pencuri. Kita yang harus bertanggungjawab karena kitalah pelakunya,” tegas Pak Cecep.

Ia banyak minta pendapat dari para pengajar MTR, apa yang harus dilakukan, karena utangnya lumayan besar. Melalui wasilah ilmu dari MTR, ia yakin Allaah akan memberikan jalan keluar.

Pak Cecep sempat berfikir untuk membubarkan perusahaan, setelah menyadari besarnya dosa riba yang selama ini menjadi motor penggerak cashflow-nya.   Namun dari MTR ia mendapatkan penyadaran, bahwa kesalahan yang terjadi selama ini terletak pada pengelolaan, bukan pada bisnisnya.

Ia pun mengikuti semua program MTR,  melakukan step-step pembenahan yang diajarkan secara detil dalam pembelajaran di MTR.  Yang pertama ia lakukan adalah memetakan problem utangnya dengan skala prioritas, walaupun semua harus dibayar.  Dan yang lebih penting lagi, tidak ada akad-akad (utang) baru untuk urusan bisnis.

“Fokuskan pikiran pada pengembangan bisnis, dan melalui kemajuan  bisnis itu nanti kita selesaikan problem utang,” ujarnya.

Salah satu pelajaran yang ia dapatkan dari PBTR adalah focus terhadap ITM –  ideal target market. Melalui strategi tersebut, ia melakukan pembenahan bisnis dengan melakukan pemetaan (mapping) siapa customer yang benar-benar layak mereka tangani.

Ia akui, sebelum ini  kurang pilih-pilih target market, karena ingin mendapatkan customer sebanyak-banyaknya. Namun faktanya, cara itu bisa menjadi sumber masalah jika mendapatkan klien yang tidak bagus dalam pembayaran (cash in)-nya. Sangat sering terjadi,  ia akhirnya harus mengambil utang untuk menutup cash in yang telat.

Berangkat dari problem tersebut,  Pak Cecep pun berusaha keluar dari jebakan tersebut dan pelan-pelan mengubah positioning Citra Mandiri Group dengan memilih customer yang benar-benar sehat.

Selain membangun fundamental bisnis,  hal kedua yang ia persiapkan dalam proses lunas utang miliaran adalah menghadapi faktor eksternal, baik dari rentenir maupun investor.

Dalam urusan dengan unsur eksternal ini, ia minta waktu dan menjelaskan perubahan visi misi hijrah yang sedang ditempuh. Ia tetap mempertahankan supplier lama, namun minta perubahan sistem pembelian secara cash sembari pelan-pelan berdakwah untuk menyadarkan mereka tentang bahaya utang.

“Semua yang berhijrah mengalami itu, tekanan debt collector dan lain-lain. Cara menguatkannya, pantaskan diri di hadapan Allah, jangan jauh dari jamaah karena dari diskusi dengan mereka, kita tahu bahwa yang punya masalah seperti itu bukan Cuma kita. Jadi kita bisa saling menguatkan,” paparnya.

Pak Cecep berusaha menikmati setiap proses yang ia alami dalam perjalanan hijrahnya. Termasuk ketika kalah tender, ia sudah siap mental  bahwa saat itu Allah sedang menyampaikan pesan bahwa diri manusia ini sesungguhnya tidak punya daya apa-apa tanpa kekuasaanNya.

Pak Cecep bersyukur, di dalam MTR ia mendapatkan pengajaran  fundamental habluminallah dan habluminannash karena perbaikan tidak bisa hanya dilakukan dari satu sisi.  12 tahun “ngeriba”, menurutnya,  tidak cukup ditebus dengan sholat karena level dosanya sangat besar. Kasalahan itu hanya bisa ditebus dengan dakwah agar mereka bisa mendapatkan pahala jariyah dari orang-orang yang tersadarkan bahaya utang dan riba.

“Makanya prinsip kita adalah hijrah dan menghijrahkan,” ujar Pak Cecep yang kini aktif sebagai pegiat MTR Tangerang Raya.

Anda ingin ikut dalam gerbang hijrah seperti pak Cecep? Segera hubungi Masyarakat Tanpa Riba terdekat, dan baca BUKU MERAH yang bisa Anda dapatkan melalui nomor-nomor berikut ini.

️ 0853-353-353-19 ️ 0811-1818-29 ️ 0852-8966-9696 ️ 0811-1888-29

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here