Mereka yang Tersandera

0
379

©MIslamBasri.

Dalam salah satu pelatihan MTR November 2018 lalu, kami sempat berbincang dengan sesama peserta yang ternyata merupakan karyawan sebuah Bank Plat Merah di Jakarta.

Sedikit memelas beliau menuturkan kondisi diri dan istrinya yang tengah terjerat “perangkap manis” bank tempat mereka bekerja.  Istrinya juga karyawan bank.

”Kami sebenarnya ingin segera tobat dan lepas dari riba ini, Pak.  Tapi gimana ya, kami suami isteri terlanjur mengambil paket kredit rumah di bank tempat kami bekerja yang harganyanak   satu miliar (rupiah) lebih”

Kasus suami istri hanya satu contoh dari sulitnya karyawan bank yang sudah mendapatkan  pencerahan untuk keluar dari perangkap riba. Mereka tak ubahnya pelaut yang begitu rindu berlabuh. Tapi  waktu sampai dermaga, dihadang begitu banyak aturan yang memang dibuat oleh pemilik kapal. Aturan-aturan itu sengaja dibuat untuk menyandera para anak buah kapal agar tidak serta merta melompat ke pelataran darmaga.

Kalaupun bersikeras untuk keluar, mereka akan dikenai berbagai sanksi yang memberatkan dan sangat tidak adil. Mereka telah melegalkan satu bentuk kezalimen. Karena itu, memang  butuh tekad kuat dan dukungan keluarga bagi para karyawan bank untuk melepaskan diri dari sandera tersebut.

Namun satu hal yang pasti, seperti halnya para pejuang, ia harus memegang keyakinan  dengan sangat kuat, tentang ke-Maha Besaran Allah dan Maha luasnya, lapangan rezki yang telah dibentangkanNya di seluruh muka bumi.

Sudah banyak contoh, mereka yang semula ragu, berkat hidayah dan bimbingan Allah, akhirnya berhasil mendapatkan tempat bekerja yang lebih baik setelah memutuskan keluar dari bank. Bahkan tak sedikit pula yang sukses membuka usaha mandiri yang tentu saja lebih terjamin keberkahan rezekinya ,serta boleh jadi jauh lebih besar nilai penghasilannya.

Saudaraku yang masih ragu, saat ini bola ada di kaki Anda. Memilih untuk berusaha mencetak gol ke gawang lawan, memberi umpan kepada kawan atau lawan, ataupun malah melakukan blunder dengan melakukan gol bunuh diri ke gawang sendiri,adalah pilihan telah diberikan Allah kepada Anda semua.

Yang pasti, saat peluit sudah dibunyikan oleh sang pengadil (yang bernama Izroil), siap ataupun tidak, rela maupun terpaksa, menang ataupun kalah, Anda mesti keluar dari lapangan pertandingan. Sejak itu Anda bukan siapa-siapa lagi, dan mustahil kembali ke lapangan. Dan jangan lupa, itulah saat Anda harus mempertanggungjawabkan segala keputusan selama di lapangan.

Bangkinang 0,58 Juli 2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here