Kisah Mantan Vice President Bank yang Taubat dari Riba

0
896

@Fierly Hidayat |MTR #17 Sumatera||

Tahun 2008 sampai 2017, saya bekerja di sebuah bank swasta yang saham mayoritasnya dikuasai asing. Posisi terakhir saya adalah pimpinan wilayah, dengan jabatan sebagai vice president.

Sesuai tanggung jawab yang saya emban, pendapatan dan fasilitas-fasilitas yang diberikan kantor juga sangat besar.  Belum lagi bonus tahunan dan THR yang  nilainya bisa lebih dari Rp100 juta.

Selain itu, saya juga mendapatkan fasilitas kendaraan operasional secara Cuma-Cuma. Dua kali saya mendapatkan mobil seharga Rp250 juta dan Rp350 juta. Bahkan pengeluaran untuk rumah dinas yang saya tempati juga dibayari kantor.  Dari sisi materi, saya benar-benar berada pada zona nyaman.

Besarnya tanggungjawab ytang saya emban membuat saya sangat sibuk dan hanya punya waktu sedikit untuk keluarga. Sholat juga semakin jarang saya jalankan. Bisa melakukan satu waktu sholat dalam sehari saja, sudah sangat beruntung.

Di sisi lain, jabatan tinggi yang saya terima bukan menjadikan saya lebih baik. Banyak sekali sifat buruk yang timbul pada diri saya, antara lain sombong, angkuh, tidak bisa menerima nasihat, arogan, emosional dll.

Selain itu, saya juga tertular tabiat buruk dari iklimdari tempat kerja. Yup, walaupun sudah mendapatkan gaji bulanan yang cukup besar sebagai pengelola perusahaan riba, sayapun ikut menjadi pemakai riba. Mulai pinjaman KPR, KTA, hingga kartu kredit yang limitnya limitnya besar. Termasuk kredit mobil dan moge yang tidak penting,

Kadang saat mendengar guyonan staf di bawah yang mengatakan gajinya 8 koma, yang ternyata artinya setelah tanggal 8 sudah koma, saya hanya bisa tersenyum kecut. Mereka tidak tahu kalau kondisi saya lebih parah dari itu. Setiap tanggal 2,  keuangan saya sudah koma. Hal ini karena saking banyaknya angsuran yang  harus saya bayar.

Pernah saya berdiskusi dengan istri, ingin resing saja dari kantor. Saya  merasa seperti orang tersandera utang yang saya perbuat sendiri, dan belum tahu bagaimana cara melunasi utang-utnag tersebut. Saya bilang ke istri, satu-satunya cara untuk lunas utang adalah kalau saya mati karena sebagai karyawan saya di-cover asuransi, kalau dihitung-hitung, nilai asuransi yang akan diterima ahli waris itu bisa menutup semua utnag-utang kami.

Perasaan ingin resign itu semakin lama semakin besar. Bahkan jika risikonya kehilangan harta, saya sudah siap asalkan semua utang bisa lunas.

Setiap hari saya berdoa, minta tolong kepada Allah. Sholat wajib yang dulu sering saya tinggalkan, mulai saya kerjakan lagi bahkan diikuti sholat tahajud dan dhuha.

Kalau malam saya tidak bisa tidur, walaupun sudah diusahakan melepas semua fikiran tentang utang-utang kami. Setiap pagi saat akan berangkat ke kantor, badan selalu lemas dan gemetaran karena kurang tidur.

Saya yakin Allah sayang kepada kami, makanya saya ditegur dan harus mengambil keputusan.

Lebaran Iedul Fitri 2017, saya beranikan diri bicara kepada mami bahwa saya sudah tidak bisa lagi bekerja di lembaga riba. Saya juga memberi tahu beliau segala konsekuensi kalau saya resign. Termasuk kehilangan semua asset untuk menutupi semua utang.

Mungkin karena dibantu doa mami, istri dan anak-anak saya, akhirnya doa kami dijawab Allah SWT; Kantor menawarkan penawaran program pensiun dini untuk semua karyawan.

Maka, begitu program itu di-launching, saya adalah orang pertama yang apply untuk pensiun dini di bulan September 2017. Singkat cerita, tanggal 30 November 2017, untuk terakhir kalinya saya bekerja di bank tersebut. Pensiun dini dan surat resign saya disetujui. Saya menerima pesangon, dari pesangon itu saya tutup semua utang di bank.

Saat itu saya tidak tahu harus kerja apa dan bagaimana nasib kami ke depan. Yang ada hanya pasrah dan tawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Bulan Desember 2017 kami kembali ke Palembang. Dan  dengan tabungan yang masih tersisa kami memberanikan diri membuka toko busana muslimah yang bernama “Azania Fashion”. Sementara mobil yang masih ada, saya coba manfaatkan untuk menjadi driver taksi online.

Setelah tidak lagi bekerja di bank, waktu saya untuk keluarga semakin banyak. Selain itu saya punya lebih banyak waktu untuk mendengar ceramah agama baik langsung maupun melalui handphone, Saya mencari-cari topik tentang riba, dan saat itulah saya baru tahu ancaman-ancaman dosa riba.

Alhamdulillah karena rezeki dari Allah, toko Azania Fashion sudah  buka di dua lokasi. Sementara dari penghasilan sebagai pengemudi taksi online, bisa menutup biaya makan, bayar sekolah anak-anak serta menutup biaya-biaya rutin bulanan.

Godaan kadang-kadang sering datang. Beberapa perusahaan ribawi mencoba menghubungi untuk mengajak bergabung di lembaga riba lagi. Namun alhamdulilah, saya mempunyai mami, istri, anak-anak dan saudara-saudara yang selalu menguatkan untuk istiqomah.

Saya lupa, akhir April atau awal Mei 2018, Mami minta diantar ke tempat Adik kami di klinik Jakabaring untuk kopdar keluarga MTR. Sungguh berat rasanya, karena sebagai driver online, Sabtu adalah hari yang ramai untuk menjalankan taksi. Terus terang saya dipaksa Mami untuk masuk ke ruangan dan ikut mendengarkan pembicaraan keluarga MTR.

Surprise untuk saya, pada saat itu saya merasa bukan berada di tempat asing ataupun suasana baru karena sambutan anggota-anggotanya sangat akrab dan kekeluargaan walaupun belum kenal. Dari situ saya sangat terharu, dan saat itu saya bertekad insya Allah ikut aktif di kegiatan keluarga MTR.

Demikian cerita pengalaman pribadi. Saya sampaikan secara terbuka untuk keluarga MTR ini, karena saya menganggap di sini bukan lagi sebagai orang lain, tetapi seperti dengan keluarga sendiri. Mohon bimbingan kami yang masih sangat kurang ilmu ini.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here