@Haris Abu Muthiah|MTR||
Hadirnya komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR) menjadi ‘magnet’ bagi masyarakat terutama kalangan pengusaha. Bukan sekadar pengusaha, lebih spesifik lagi pengusaha yang terlilit utang. Mereka menaruh harapan besar agar utangnya bisa lunas, sehingga masalah yang selama ini mengimpit kehidupannya, baik dalam urusan bisnis maupun usahanya segera teratasi.
Seiring berjalannya waktu dan semakin membesarnya komunitas ini, ternyata karakter warga MTR yang tergabung di dalamnya berbeda-beda. Penulis mengamati, paling tidak ada tiga jenis warga MTR.
Pertama, tidak ‘hijrah’- tidak dakwah. Model warga seperti ini rata-rata hanya ingin bergabung karena ingin dibantu lunas utangnya. Biasanya mereka memposisikan diri sebagai mental korban, minta dibantu uang agar utangnya segera lunas.
Mereka berpikir, hijrah 100 persen nanti saja jika utangnya benar-benar lunas. Tidak perlu menyibukkan diri dengan dakwah, toh sudah banyak yang berhasil lunas utang tanpa terjun dalam kegiatan dakwah. “Yang terpenting sekarang bagaimana selesai utang dulu, karena setiap saat perbankan terus menerus menagih, kepala pusing dan hidup tidak tenang,” begitu kata sebahagian warga MTR.
Kedua, hijrah tanpa dakwah. Warga seperti ini tidak sekedar ingin lunas utangnya tapi minta diskon pokok dan potongan bunga 100%, karena dia paham bahwa bunga bank adalah riba, riba hukumnya haram. Dosa riba lebih berat daripada zina. Rasulullah Saw bersabda, “dosa riba ada 73 tingkatan, yang paling ringan adalah sama dengan seorang anak laki-laki yang menzinahi ibu kandungnya sendiri,”.
Karakter warga MTR seperti ini biasanya pemikirannya mulai terbuka dan memahami bahwa perbankan yang menjadi salah satu jantung perekonomian negara dalam sistem kapitalisme hanya menjadikan bunga sebagai ‘alat’ eksploitasi pengusaha. Karenanya sistem perbankan yang mengharuskan bunga adalah zalim, selain memaksa juga tidak mempertimbangkan untung rugi pengusaha.
Hanya saja, kelemahan karakter ini adalah tidak ingin terlibat secara masif dalam kegiatan dakwah. Masih berpikir individualistik, tidak menambah ilmu fiqhinya terkait dengan bisnis. Merasa puas dengan apa yang dimilikinya sekarang. Tidak punya visi yang jelas bagaimana mengubah umat.
Ketiga, hijrah dan dakwah. Karakter warga MTR yang benar-benar hijrah 100% dan terjun di medan dakwah. Dari sisi kuantitas jumlahnya tidak signifikan, tapi dari sisi kualias luar biasa. Mengapa?, karena mereka tidak lagi memikirkan utangnya. Bagi mereka utang bukan dipikir tapi diibayar, yang dipikir adalah usahanya. Utang wajib dibayar tapi riba haram dibayar.
Selain berusaha mengembangkan bisnisnya dengan segenap kemampuan manajemen yang dimilikinya, ia tidak melupakan tanggung jawab kepada keluarganya. Bahkan yang tidak kalah pentingnya adalah berusaha menambah ilmu agamanya melalui kegiatan kajian mingguan, bulanan, atau kegiatan tatap muka sesama warga MTR lainnya.
Tidak hanya sampai disitu, mereka berusaha menyadarkan umat tentang tabiat buruk utang di dunia maupun di akhirat. Mereka menjelaskan bahaya buruk yang ditimbulkan akibat bisnis yang dikembangkan harta riba, bahwa riba tidak akan menyuburkan bisnis tapi pintu awal rusaknya bisnis.
Lalu bagaimana caranya utang lunas jika hanya fokus belajar agama dan dakwah?. Inilah yang disebut perkara UNLOGIC, hanya bisa diterima dengan keimanan kepada Allah SWT. Bagi warga MTR belajar agama melalui halqah-halqah pekanan dan dakwah di tengah umat adalah wajib hukumnya, sekaligus sebagai wasilah untuk memantaskan diri dihadapan Allah SWT.
Mengapa? Karena ada jaminan dari Allah SWT bagi orang yang memantaskan diri ditolong. Lalu apa jaminannya? Di antaranya, memberikan jalan keluar atas setiap masalah yang dihadapinya, memberikan jalan- jalan rezeki dari arah yang tak terduga. Nah, bagaimana, kalau sudah berusaha memantaskan tapi pertolongan belum datang?
Jika pertolongan belum datang, boleh jadi masih ada yang belum maksimal dilakukan. Maka teruslah bersabar, teruslah berazzam, teruslah bertawakkal, teruslah berikhtiiar. Jangan pernah ada sedikit pun maksiat dalam bisnis kita, karena Allah hanya menerima yang bersih–bersih saja.
Nah, sekarang, Anda warga MTR tipe mana?
Wallahu a’lam bi as shawab.