@Ust.MAbdulQadeemMuhtadi | MTR ||
Definisi secara Istilah yang simple
زَكَاةُ الْفِطْرِ فِي الاِصْطِلاَحِ: صَدَقَةٌ تَجِبُ بِالْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ
Zakaatul-Fithri secara istilah adalah shadaqah yang wajib ditunaikan dalam bulan Puasa Ramadhan dengan sebab ‘Idul-Fithri.
[Kitab Syarh Az-Zayla’iy, 1/306].
Adapun Kewajiban Zakaatul-Fithri adalah berupa bahan makanan pokok lazim yang mengenyangkan di masing-masing negara. Hal ini dilandasi oleh Al-Hadits Asy-Syarif Mutawatir bil-lafzhi wa bil-ma’na berikut:
صَاعًا مِنْ طَعَامٍ
“Sebesar satu sha’ dari makanan pokok”
[Al-Hadits Asy-Syarif Mutawatir Riwayat Imam Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, Ath-Thahawiy, Abu Dawud, At-Tirmidziy, An-Nasaiy, Ibnu Majah, Ibnu Abi Syaibah, Al-Bayhaqiy, Imam Malik, Ath-Thabaraniy, Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaymah, Abu Nu'aim, Ibnul-Jarud, Ad-Daruquthniy, Ad-Darimiy, Ibnul-Ja'd, Abu 'Amar, Dhiya
Al-Maqdisiy, Asy-Syajriy, Ibnu Zanjawih, dan Abu ‘Awanah serta Shahibul-Ma’ajim wal-Amaliyat].
Betapa banyak para Imam Perawi Al-Hadits Asy-Syarif yang memastikan dan membatasi bahwa Zakaatul-Fithri wajib berwujud bahan makanan pokok biji-bijian lazimnya yang mengenyangkan di setiap negara masing-masing. Hal itu bisa berupa gandum, kurma, jewawut, beras, Jagung, dan sebagainya.
Sehingga bila ada pendapat yang lain yang membolehkan mewujudkan Zakaatul-Fithri berupa uang, maka dengan sendirinya tertolak dan lemah. Meski mereka memiliki argumen dalil dan terbukti dalil yang mereka pakai sangat lemah haditsnya.
Berapa Takaran Timbangan Bahan Makanan Pokok Zakaatul-Fithri?
Sesuai kutipan Sabda Rasulullah Saw Mutawatir di atas yang sangat jelas bahwa besar takaran/timbangannya adalah Satu Sha’.
Dengan perhitungan cermat yang dilakukan oleh Asy-Syaikh ‘Allamah ‘Abdul-Qadim Zallum Rahimahullah sbb:
المد = 1/3 1 رطلاً بغدادياً.
المد = 3/1 1 رطلاً× 408 غرامات وزن الرطل = 544 غراماً وزن المد من القمح.
الصاع = 4 أمداد كيلاً.
الصاع 4 أمداد × 544 غراماً وزن المد= 2176 غراماً وزن الصاع من القمح، أو = 2.176 كيلو غرام وزن الصاع من القمح.
1 Mud = 1 1/3 Rithl Baghdad.
1 Mud = 1 1/3 Rithl x 408 Gram berat Rithl = 544 Gram untuk 1 Mud Gandum.
1 Sha’ = 4 Mud takaran.
1 Sha’ = 4 Mud x 544 Gram berat Mud = 2.176 Gram berat Sha’ Gandum atau 2,176 Kg.
Jadi 1 Sha’ Gandum itu setara 2,176 Kg Gandum.
[Kitab Al-Amwaal fii Dawlatil-Khilaafah, 39]
Lalu bagaimanakah dengan takaran 1 Sha’ Beras berapa Kg ketemunya?
Menurut Prof. Mahmud Yunus dalam kitabnya Al-Fiqhul Wadhih Juz 2 hal. 10, bahwa 1 sha’ Beras itu setara dengan 2187,5 gram beras. Beliau menyatakan :
ويخرج المزكي عن كل شخص صاعا من الأرز وقدره كيلوان ومئة وسبعة وثمانون ونصف قرام
“Wa yukhriju al-muzakkiyyu ‘an kulli syakhsin shaa’an min al aruz, wa qadruhu kiluwaani wa mi’atun wa sab’atun wa tsamaanuuna wa nishfu qiraamin”
“Muzakki mengeluarkan (zakat fitrah) untuk setiap jiwa sebesar satu sha’ beras, dan kadarnya (beratnya) adalah dua kilogram dan seratus delapan puluh tujuh setengah gram ( 2187,5 gram)”
[Mahmud Yunus, Al-Fiqhul Wadhih, Juz 2/10].
Jadi kesimpulannya, ahsan wa afdhal untuk Umat Muslim Indonesia yang Zakaatul-Fithrinya dengan Beras dilebihkan takaran beratnya misal dibulatkan ke atas menjadi 2,5Kg perjiwa. Karena kelebihannya pun akan dihitung sebagai Shadaqah dalam Islam.
Saat ini ahsan wa afdhal Zakaatul-Fithri maupun Zakaatul-Maal langsung diberikan kepada para Mustahiq yang tinggal 5 golongan saja;
- Faqir.
- Miskin.
- Mu
allaf (Baru masuk Islam belum genap setahun Hijriyyah), bila telah lebih dari setahun Hijriyyah bukan Mu
allaf lagi. - Ibnus-Sabiil (Musafir yg kehabisan bekal, misal Mahasiswa/Mahasiswi di Perantauan).
- Fii Sabilillah (Mujahid di medan perang melawan kuffar harbi fi’lan, misal di Palestina).
Adapun yg 3 berikut:
- Gharim itu yang menetapkan status Gharim adalah ‘Ummal, Wulat atau Khalifah. Asalnya Gharim itu berasal dari Pengusaha yg murni tertimpa Musibah sbg Ujian Qadha`. Dan bukan dari Pengusaha Bangkrut yang berangkat dari dana Utang Ribawi dan Begaya Hidup Hedonis!
- Budak sudah tidak ada, bahkan dihapus dalam Islam.
- ‘Amiluz-Zakaat itu yang menunjuk dan mengangkat juga ‘Ummal, Wulaat dan Khalifah. Saat ini tidak sah adanya ‘Amiluz-Zakaat. Namun bila menamakan diri Panitia penghimpun dan pendistribusi Zaaatul-Fithri maka Boleh.
Yang wajib diwaspadai adalah Lembaga Zakat dan semacamnya yang menghimpun dana Zakaatul-Maal namun menahannya dengan dalih diputar lbh dulu. Atau diberdayakan dengan dalih yang tanpa dalil Syara’. Mereka telah berani menantang Alah SWT dan Rasul-Nya dengan menahan dana Zakaatul-Maal yang harusnya wajib langsung disegerakan dan didistribusikan kepada 5 Ashnaf/Mustahiq yang tersisa itu. Bukan diberdayakan dulu dengan dalih yang culas dan menipu Allah dan Rasulullah serta Umat Muslim.
Yuk, langsung serahkan zakaatul maal dan zakaatul fithri kepada mustahiq. Jangan kepada lembaha zakaat dan semacamnya. Karena dana zakaat itu aqad Tabarru,ah, bukan mu’awwadah tijaarah.
Demikian, semoga bermanfaat dan semoga mendapatkan pemahaman yang diberkahi ALlah SWT.
Wallahu ‘alam
M. ‘Abdul-Qadim Muhtadi