©Amir MTR
Ada apa dengan uang kertas? Ah, saya jadi was-was sendiri saat menuliskan ini. Dan saya berharap Anda juga was-was setelah baca tulisan saya.
Jujur saya bukan analisis keuangan ataupun ekonom. Hanya saja, tiba-tiba saya kepikiran perihal isi dompet saya. Seperti isi dompet Anda, di dalamnya juga terdapat e-Money. Ada kartu kredit, ada kartu debet, e-pay, e-toll, dan masih banyak varian lain yang terus-menerus dikeluarkan oleh vendor-vendornya.
Hampir setiap hari uang digital itu saya pergunakan sekarang. Untuk membeli makanan, membeli bensin, membeli voucher pulsa, membayar tol, membayar biaya parkir, hampir semua transaksi saya lakukan dengan e-money. Kendati baru beberapa tahun terakhir saya adopsi, e-money telah menjadi cara pembayaran yang begitu akrab dengan keseharian.
Bagaimana tidak, melakukan transaksi dengan e-money begitu mudah dan praktis. Selain itu, para vendor e-money juga tidak segan-segan menawarkan benefit melalui berbagai program promo menggiurkan, yang merangsang kita untuk terus menggesek-gesek dan gesek.
Lalu bagaimana dengan nasib uang kertas ke depannya? Wah, jangan-jangan uang kertas juga akan diganti semua dengan uang digital. Berarti orang kampung pun besok-besok harus punya e-money?
Tiba-tiba terlintas dalam pikiran, bukankah semua program ini sengaja dibuat oleh pihak-pihak pengelola uang digital. Tujuannya jelas, agar masyarakat pengguna uang kertas berpindah ke cara transaksi baru yaitu e-money. Masyarakat dibuat kecanduan dengan kepraktisan dan tawaran-tawarannya. Ia tidak sadar, uang miliknya telah diubah menjadi sekadar angka-angka yang tidak memiliki bentuk fisik.
Ah, saya menepok jidat. Ini adalah bentuk penjajahan baru. Masyarakat dibuat tergantung kepada pihak bank/institusi keuangan. Semakin tergantung pada angka-angka yang tercetak dalam rekeningnya itu, semakin tidak berkutik ia melawan imperialisme modern melalui institusi keuangan. Wah, ngeri juga.
Kalau memang analisa orang kampung ini benar, berarti kita harus sudah mulai antisipasi. Tidak usah menyimpan uang dalam jumlah banyak, baik dalam angka-angka di rekening maupun dalam bentuk fisik kertas. Siapa yang bisa menjamin keamanan kertas bernomor itu?
Hey, apakah tidak lebih baik kita simpan dalam bentuk yang memang ada fisik riilnya? Cling! Emas dan perak, itu jawabannya. Tidak mudah rusak, kebal inflasi, dan ada bentuk riil yang valuenya senilai dengan bobot fisiknya.
Ayooo sahabatku, kita wajib waspada dengan segala hal yang akan terjadi. Tampaknya kita hidup dalam kondisi yang memang menutut upaya lebih dari ummat ini.