@SamsulA|MTR||
Suatu ketika, menjelang maghrib pada bulan Desember 2014, saya bersama Pak Musadik Najri, seorang pengusaha dari Lombok, Warga SW memasuki salah satu hotel terbaik di Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru, Riau. Begitu masuk lobi hotel, seseorang yang berpenampilan necis, sangat perlente, mencegat saya.
“Maaf Pak.. Apa maksud tulisan di t-shirt Bapak itu?” tanyanya sopan.
Pria yang menggenggan gadget terbaru & tas tangan high-end itu bertanya dengan mimik penasaran, menunjuk ke tulisan pada t-shirt merah yang kami kenakan.
“Ooo… ini komunitas yang kami ikuti Pak. Komunitas para pebisnis, investor dan masyarakat lain yang berkomitmen meraih keberkahan hidup dengan mengembangkan harta tanpa riba dan tanpa aqad-aqad bathil lainnya,” jawab saya menyambut kesopanannya.
“Bolehkah kita ngobrol-ngobrol sejenak, Pak? Kita ke café sambil ngopi,” pintanya ramah.
“Hmmm…,” saya berfikir sejenak. “Bagaimana kalau kita ngobrol di lobi saya, Pak. Saya agak terburu-buru karena ada temu pengusaha nanti malam.”
Kami mencari sepasang sofa kosong di lobi. Ternyata beliau adalah anggota dewan. Dalam obrolan tersebut, tanpa tedeng aling-aling, beliau memaparkan bahwa sebagai anggota dewan penghasilan resminya bisa mencapai Rp200 juta – Rp300 juta setiap bulan. Akan tetapi, penghasilan sebesar itu ternyata tidak cukup karena pengeluarannya bisa mencapai Rp500 juta.
Walhasil, kondisi keuangan itu membuatnya pusing tujuh keliling. Apalagi ia kemudian terjerat utang yang semakin lama semakin membengkak. Setiap saat, benaknya dipenuhi pikiran bagaimana cara mendapatkan penghasilan tambahan.
Sebenarnya ia telah mencoba meningkatkan penghasilan dengan cara membuka usaha bersama sahabat-sahabatnya. Namun usaha yang dirintisnya itu ternyata tidak berjalan sesuai harapan. Malahan makin lama semakin menggerogoti situasi keuangan.
Dan seperti lazimnya para pengusaha pemula, hal pertama yang ia piker bisa menolongnya dalam kondisi darurat adalah adalah “utang”. Namun ternyata keputusan itu sekarang telah menjeratnya ke dalam lubang hitam, yang membuatnya merasa tak berdaya untuk mencari bagaimana cara keluarnya.
Ternyata, oh ternyata… seseorang yang berpenghasilan ratusan juta, bisa juga pusing terjerat utang, ya. Secara logika sederhana, mestinya mereka, para high networth itu tidak perlu terlilit utang. Penampilan kerreen, mobil mewah, kongko-kongko di hotel berbintang, tapi kok bisa ya.
Ya bisa saja, karena awalnya ia tidak sadar bahwa utang akan menjerumuskannya ke dalam bahaya yang lebih besar. Karena begitu mulai berutang, orang akan kecanduan, terus dan terus mengambil utang sehingga tidak pernah selesai. Inilah #tabiatburukutang yang bisa dibawa sampai pensiun bahkan hingga meninggal. Naudzubillahi minzalik.
Mengapa hal itu terjadi? Karena di dalam mindset sang pengutang tersebut telah tertanam bahwa utang merupakan cara instan yang gampang tanpa memutar otak.
Masalah menjadi lebih parah karena orang yang sudah memiliki #tabiatburukutang biasanya akan terus meningkatkan jumlah utangnya. Seperti halnya orang kecanduan narkotika dan obat-obatan terlarang, untuk merasa nyaman, ia akan butuh dosis yang semakin hari semakin besar. Maka, lubang menganga itu akan menelannya semakin dalam.
Panjang lebar tentang bahaya dari #tabiatburukutang ini bisa Anda ikuti pada penjelasan saya di pada video di bawah ini. SIlakan klik https://www.youtube.com/watch?v=l0w7SAQqSXA , jaga keselamatan diri dan keluarga Anda dari bahaya besar akibat #tabiatburukutang.