Bukan Allah yang meninggalkanmu, tapi manusialah yang tidak berusaha mencari-Nya
© MY050420
Saat Covid-19 melanda dunia, mulai dari buruh tani, kuli pabrik sampai tokeh kopra, semua kena imbasnya. Tak peduli pedagang eceran, atau kontraktor milyaran, semua ngeluh. Terlepas baik atau buruk, nyatanya sebagian masih berada pada posisi putus asa.
Padahal jika mau ‘nyelem’ dikit, wabah adalah siklus biasa dari kehidupan yang juga terjadi di masa lampau. Tugas manusia sampai hari ini pun sesungguhnya sama, berjuang untuk bertahan hidup, ikhtiar, dan tawakal.
Selama mau berikhtiar, kita pasti akan melewatinya. Sungguh Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya (QS. 2:286).
Ikhtiar membuat segala sesuatu menjadi lebih ‘membumi’, tawakal yang akan menyempurnakan semuanya. “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. 65:3).
“Kepanikan adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan.” (Ibnu Sina)
Apa yang dikatakan Ibnu Sina sepuluh abad lalu masih diakui oleh ilmu kedokteran dan psikologi, bahwa rasa panik, cemas, dan stres berlebihan, akan menurunkan kekebalan tubuh. Produksi limfosit untuk melawan infeksi virus jauh berkurang.
Terlebih saat ngedrop dan jatuh sakit, rasa cemas akan membuat antibodi tidak cukup menahan gempuran virus.
Kedokteran Barat mengatakan meditasi akan menenangkan hati yang gelisah. Islam setiap hari mengajarkan apa yang disebut dzikrullah, seperti shalat, baca Quran, bertasbih, tahmid, takbir, istighfar, dll. “Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. 13:28).
Ketika hati tenang, otomatis segala sesuatu menjadi ‘selow’, santai, dan enjoy. Pada tahap inilah kesabaran akan hadir sebagai sebuah keniscayaan. Ini penting, karena hanya dengan bersabarlah kebaikan akan bisa disempurnakan. “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS. 39:10)
Semoga setiap terbitnya mentari membawa harapan, dan setiap terbenamnya matahari membawa kedamaian.
Wallahua’lam bissawab.
✍ Education For All