By Samsul Arifin, KSW #14 General Business
WA KSW 0811-113-139
”Pak Samsul, saya bingung nih”
Mbak Irma, KSW #34, mengawali pembicaraan di bilangan SCBD Jakarta Bulan Ramadhan kemarin, setelah kami selesai mendiskusikan pengembangan usaha suaminya, Mas Yefri, KSW #31, tanpa mengandalkan utang yang ada ribanya.
”Bingung kenapa Mbak” Saya menyelidik
”Begini Pak Samsul. Sekarang saya ditugaskan pada bagian penggajian suatu instansi.”
Mbak Irma menghentikan pembicaraan, seakan berusaha mencari kata-kata yang tepat untuk menggambarkan ekpresi kegundahannya.
”Bagaimana ya Pak? Saya sering dimintai oleh sejawat untuk membuatkan slip gaji palsu. Slip gaji yang dinaik-naikkan jumlahnya”
_”Untuk apa mereka minta slip gaji yang dinaikkan jumlahnya Mbak?” Saya penasaran
”Ah.. Pak Samsul kura-kura dalam perahu.. Ya untuk ngutang lah Pak. Agar utangnya disetujui, mereka minta slip gaji dinaikkan jumlahnya. Biasanya mereka pakai untuk mengajukan utang mobil, ngutang rumah atau ngutang-ngutang lainnya Pak”
”Yang membuat saya semakin nyesek Pak, sudah banyak diantara mereka yang sebagian besar gajinya habis untuk bayar cicilan. Ada yang gajinya tinggal Rp 500 ribu setelah dipotong cicilan. Dan bahkan ada yang minus, alias harus nombok cicilan, karena gajinya sudah tidak cukup Pak”
Mbak Irma menjelaskan tanpa jeda untuk membuat saya faham situasi kerjanya.
Sambil menyimak penjelasan Mbak Irma, fikiran saya menerawang ke kampoeng halaman saya. Ketika lebaran Tahun 1437 Hijriah, tahun lalu, saya diminta berbagi kepada Jama’ah Shubuh di Masjid at-Taqwa yang persis di sebelah barat alun-alun kota saya.
Begitu selesai acara, ada seorang jama’ah senior yang mengajak saya ke rumahnya yang berjarak cuma ratusan meter dari masjid. Dengan ditemani Ustadz Abid, KSW #10 dan Chef Rofiq, KSW #06, kami menerima ajakan jama’ah senior masjid besar itu.
Sambil menawarakan penganan lebaran, beliau bercerita, bahwa sudah 4 (empat) tahunan yang lalu pensiun dari kepala dinas. Namun apa yang terjadi? Ketika pensiun, beliau masih menanggung utang ratusan juta Rupaiah dari aBank. Setiap bulan uang pensiunannya habis hanya untuk membayar cicilan, yang beliau tidak tahu, kapan akan lunas utang-utangnya. Kini, bapak pensiunan tua itu, masih harus bekerja keras untuk menutupi utang dan kebutuhan sehari-harinya.
Kejadian yang sama ketika kami melakukan #DakwahRombongan ke Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat. Sehabis Sholat Magrib di suatu masjid, seperti biasa Warga DR berbagi kisah dengan jama’ah. Ketika beranjak meninggalkan masjid, kami didekati oleh Ketua Ta’mir.
Beliau juga bercerita, bahwa beliau sudah pensiun dengan jabatan terakhir kepala dinas. Dan sekarang, uang pensiunannya habis untuk membayar cicilan utang yang juga ratusan juta rupiah. Sambil berbisik beliau minta jalan keluar kepada kami.
Huuuuufffff…
Tarik nafas dulu ya…
Ternyata tidak semua PNS seperti itu. Buktinya, mertua saya pensiuan Golongan IV.
Alhamdulillaah… Beliau tidak punya kebiasaangan ngutang. Sehingga uang pensiunannya utuh setiap bulan. Dan karena sudah tidak punya pengeluaran. Pengeluarannya ditanggung putra-putrinya. Beliau hanya punya penghasilan.
Asyik apa aseek?
Apa yang dilakukannya setiap bulan ketika uang pensiunnya cair? Kerjaannya adalan bagi-bagi duit kepada saudara-saudara dan cucu-cucunya.
Hehehe..
Pertanyaan saya:
SEPERTI APA MASA TUA YANG INGIN ANDA LALUI NANTI?
Masih kerja keras mencari uang untuk membayar cicilan? Atau berbagi penghasilan kepada yang membutuhkan?
Yuk.. Rancang hari tua sambil bertatap muka membicarakan KETAHANAN KEUANGAN. Kita diskusikan CARA CERDAS KELOLA UANG atau CCKU agar ke depan, kita bisa mempersiapkan ‘amal sholih sebagai bekal kehidupan akhirat yang lebih baik dan lebih banyak. Insyaa ALLAAH ketika kita memahami CCKU, kita bisa meraih apapun yang kita inginkan, bisa hidup bahagia, barokah dalam keberlimpaha.
BaarakALLAAHu lana wa lakum jamii’an..