MASIH BERJUANG
By Saiye Muhammad Abdul Marufi, MTR#05 Samarinda
WA MTR 0811113139
Bismillahirrahmanirrahim.
Banyak banget ngeliat tulisan tulisan yang dishare Ustadz Samsul mengenai kisah hidup temen temen yang berjuang lepas dari riba, atau yang sudah lepas dari riba dan menikmati pertolongan Allah.
Saya jadi tergerak pengen nulis juga kisah saya, walaupun saya gak pandai nulis, tapi nyoba apa adanya.
Keluarga saya mulai terjerat hutang dan riba saat ayah saya sakit, mulai saya kelas 8. Mata beliau katanya sarafnya bermasalah.
Wallahu alam, saya juga gak faham betul, tapi banyak yang nyaranin temen teman ibu saya yang dianggap faham, untuk gak perlu dioperasi.
Tapi pas dibawa ke jakarta, sama keluarga ayah disana dilakukan operasi sampai 2x, sampai donor mata, tapi gagal, gak cocok.
Akhirnya intinya sampe sekarang di samarinda lagi sama kami gak bisa ngelihat total, sehari hari hanya di rumah.
Sudah 4 tahun berarti karena saya sekarang sudah lulus SMK.
Intinya semenjak ayah saya sakit, ibu saya jualan sendiri. Pengobatan ayah saya memerlukan gak sedikit biaya saat masih di samarinda, dan pendapatan dari jualan kurang.
Akhirnya ibu saya berhutang, awalnya masih ke teman teman yang benar benar untuk membantu. Tidak ada bunga, denda dll.
Tapi akhirnya minjam ke koperasi yang bayar harian, mingguan, bahkan bulanan pun ada, di bank konven juga.
Saya gak faham betul kapan awalnya dan gimana.
Karena dulu saya taunya sekolah aja, belum faham betul apa itu riba, bahaya berhutang dll.
Ibu saya juga masih terlihat baik baik saja saat berhutang, masih mampu bayar, gak pernah ngeluhin masalahnya.
Sampai akhirnya saya kelas 11, mulai tertarik belajar agama. Dari sosmed, datang majelis dll.
Sampai ikut pertama kali acara di islamic center Samarinda yang membahas tentang riba, lalu masuk di grup MTR Samarinda.
Dari situ saya banyak belajar kisah hidup orang orang, ilmu baru, walau saya cuma menyimak. Tapi cukup menginspirasi dan menguatkan untuk menjalani hidup.
Akhirnya kelas 12 ibu saya mulai cerita tentang keadaan kami yang sebenarnya, saya juga mulai faham dan menganjurkan untuk membebaskan diri dari utang dan riba.
Tapi wallahu alam, memang riba ini menghancurkan sekali.
Utang kami kalo saya total, tidak sebanyak temen temen yang subhanallah, sampai ratusan juta bahkan milyar.
Hanya 50 juta kurang lebih utang kami total, tapi itu tidak satu tempat.
Seperti saya bilang. Ada di koperasi yang harian, mingguan, bulanan, di teman ibu saya, sama di bank.
Sulit rasanya keluar dari jeratan ini karena setiap ada yang sudah hampir lunas atau bahkan lunas.
Misalnya yang koperasi harian sudah hampir lunas, tapi utang di bank sudah jatuh tempo dan gak ada lagi pegangan untuk bayar.
Akhirnya ibu saya tambah lagi utangnya di koperasi harian itu.
Begitu terus keadaan kami sampai sekarang, dari saya SMP, dan saya baru tau itu.
Posisi kami saat ini juga masih ngontrak rumah.
Ya Allah, saya begitu kasian mengetahui perjuangan ibu saya ini, kadang menangis saat salat sambil berdoa itu.
Saya berfikir utang 50 juta itu jika saja cuma di satu tempat, dan fokus bayar itu saja misal bulanan, tentu lebih ringan tidak seperti ini yang sangat menyulitkan karena di banyak tempat.
Mohon doanya agar kami bisa segera lepas dari jeratan ini, kami benar benar ingin lepas dari jeratan ini, bisa membina hidup yang lebih baik.
Bebas hutang dan riba, hidup berkah.
Aamiin