©Saeful MTR Batam.
Demi menyampaikan ancaman yang datang dari tabiat buruk utang, kami selalu berusaha melakukan perjalanan silaturahmi ke semua lapisan masyarakat. Dari rumah ke rumah, dari masjid ke masjid, kantor ke kantor. Tak pernah bosan kami berupaya mengingatkan.
Suatu kali, kami bersilaturahmi kepada seorang bapak kharismatik yang sangat dihormati masyarakat di sebuah wilayah. Beliau seorang guru agama, rutin menjadi imam masjid, bekerja di kantor agaman bagian yang mengeluarkan fatwa halal haram (Majelis Ulama Indonesia, MUI).
Kami disambut hangat di rumah beliau. Beliau menceritakan perjalanan hidupnya, dan kami juga menceritakan maksud dan tujuan silaturahmi.
Berkali-kali kami dapati beliau menggeleng-gelengkan kepalanya, kadang-kadang juga mengangguk saat mendengarkan tuturan kami seputar riba dan bahaya tabiat buruk utang. Kami sampaikan isi hati kami dengan serius, dan tidak sekalipun beliau membantahnya. Padahal kami kira, pengetahuan beliau pasti lebih dalam daripada yang kami kuasai.
Dan sebagai klimaksnya, pada akhir pembicaraan kami memberikan hadiah istimewa. Apalagi kalau bukan buku merah, selain buklet MTR.
Tak kami sangka, selang sehari Bapak tersebut menelpon dan mengirimkan pesan di whatsapp, menyatakan ingin bergabung dengan group kami komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR). Setelah kami kirimkan adab-adab group, esok harinya beliau mengirimkan pernyataan kesanggupannya bergabung.
Hari berganti dengan aktivitas harian yang lain. Ahad 30 Juni 2019 lalu, beliau mengundang kami dalam acara halal bihalal. Undangan pukul 16.00 namun kami datang terlambat karena pada hari yang sama ada acara yang dimulai pukul 14.00. Selesai sholat Ashar, baru rombongan kami berangkat ke lokasi undangan.
Di tempat acara kami diarahkan panitia di tempat duduk yang sudah ditentukan…Pemateri pertama adalah Ustadz Yahya. Ustadz ini mengaku kenal dengan Ustadz Syamsul Arifin di event UTHB.
Giliran pemateri kedua ustadz Sri Bintoro….Itulah Bapak yang kami ceritakan sejak awal tulisan ini. Beliau memperkenalkan diri dan kegiatan kesehariannya, namun di luar itu, beliau berkali-kali mengucapkan kalimat terima kasih…terima kasih…terima kasih…sambil matanya berkaca kaca. Beliau berterimakasih karena anaknya baru saja membatalkan proses kredit kendaraan. Melihat suasana itu, tak tahan lagi kami spontan bertakbir. Allahu Akbar!!
Ustadz Sri Bintoro bercerita, bahwa setelah membaca buku merah dan buklet yang kami tinggalkan kemarin, anaknya ketakutan terhadap ancaman ALLOH SWT . Apalagi jelas ROSULULLOH SAW juga sudah menyatakan ajakan perang bagi pelaku riba…
Sang Ustadz sangat bersyukur atas keputusan itu. Padahal selama ini beliau sudah mengingatkan berkali-kali tentang larangan riba, namun tidak pernah diperhatikan oleh sang putra tercinta. Barulah setelah membaca buku merah, anaknya tergerak untuk membatalkan kredit, bahkan rela uang tanda jadi yang sudah disetor hangus.
Sejak saat itu, Ust tersebut rutin menelpon dan w.a kami menanyakan kabar setiap pagi. Kami telah menjadi sahabat dalam dakwah. Mudah-mudahan Allah meridhai.