Semoga keberhasilan demi keberhasilan para sahabat MTR merata di negeri ini dalam menyelesaikan persoalan utang, membuat dakwah ini semakin bergairah, semakin kuat dan semakin berkembang.
Tak ada yang bisa membantah fakta, saat hampir semua orang di luar sana sibuk dengan cerita resesi dan berusaha sebisa mungkin bernegosiasi untuk memperpanjang atau menambah utang, hanya orang-orang MTR- lah yang masih tetap setia untuk sibuk bernegosiasi guna bisa segera menyelesaikan utang.
Apa boleh buat dan apa mau dikata, MTR bertambah hari memang semakin ANEH dan NYATA 😊
Saya hanya ingin berbagi pengalaman hijrah. Tepat di bulan April 2019, saya mengenal komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR) ini dan sejak itu, langsung stop semua aktivitas yang mengandung riba dan aktivitas yang dirasa batil.
Salah satunya aktivitas di bisnis-bisnis yang menggunakan sistem multi level marketing (MLM) saya hentikan total walaupun secara finansial masih berkontribusi menghasilkan uang.
Ternyata setelah meninggalkan aktivitas yang batil, Allaah menggantinya dengan bisnis baru yang lebih berkah. Dengan pikiran yang jernih setelah lepas dari riba, muncul ide untuk berkebun nanas madu, dan saya langsung action. Alhamdulillah, kebun nanas madu kami yang terletak di Karangreja Purbalingga, sekarang mulai berproduksi.
Inilah bukti bahwa meninggalkan riba dan sesuatu yang batil pasti diganti oleh Allah dengan keberkahan dan keberlimpahan. (Asrin Akhmad, MTR Purwokerto)
Ini bukan tentang berapa titik utang dan berapa besaran nominalnya, juga bukan cerita lunas utang karena ada uang untuk menyelesaikan sisanya. Ini adalah kisah perjuangan Ibu Dadi dari Bukittinggi untuk keluar dari dosa dan riba, memperjuangkan kebenaran dilandasi keimanan.
Sebelum bisa keluar dari gedung megah itu untuk menata hidup baru, banyak perjuangan yang telah dilalui. Selama ini, ia hampir tidak pernah memperhatikan apa itu riba, yang penting bisa mendapatkan pinjaman dari si aBank untuk mengembangkan usahanya. Ia tidak pernah memikirkan hukum syar’i menggunakan utang dari si aBank, yang harus dikembalikan dalam bentuk cicilan pokok, disertai embel-embel biaya bunga.
Ceritanya setelah mendapatkan pembelajaran dari MTR, Januari kemarin ia memberanikan diri mengirimkan “surat cinta” untuk menebus sertifikat yang selama sekian lama sudah disandera si aBank sebagai jaminan utang-utangnya. Surat cinta itu berisi pengajuan permohonan bebas BDO (bunga, denda dan ongkos-ongkos lainnya) sebagai ikhtiar untuk keluar dari jeratan utang (dan riba).
Dalam surat tersebut, Bu Dadi menuliskan itikadnya untuk hijrah dari riba yang dilarang dalam agama Islam. Dan oleh karena itu, ia menyatakan tidak bersedia lagi membayar BDO- biaya-biaya di luar utang pokok.
Surat cinta pertama dibalas penolakan. Namun ia tidak kapok mengirimkan lagi surat cinta kedua. Dan lagi-lagi si aBank membalas dengan penolakan.
Namun si ibu tidak menyerah begitu saja. Ia datangi si Abank, tepatnya Bagian Kredit yang mengelola pinjaman, mengajaknya bicara baik-baik dengan adab andap asor (santun penuh kerendahhatian). Penampilannya tenang, bahkan cenderung riang. Ia telah menyiapkan diri agar jangan sampai kalah mental.
Kepada si Abank, ia mengulangi permohonanannya. Sekali lagi, permohonan itu ditolak. Bu Dadi tetap diminta membayar semua BDO yang telah disepakati dan ditandatangani pada akad awal. Karena tidak menemukan titik temu, si Ibu disarankan langsung bertemu dengan Pimpinan Cabang.
Jawaban penolakan jua yang ia dapatkan ketika bertemu dengan Pimpinan Cabang. Namun karena mentalanya sudah siap, si Ibu tetap merespon penolakan itu tanpa beban, kendati tetap tidak bersedia mengeluarkan lagi uangnya untuk perhitungan riba.
“Kalau Pak pimpinan setuju saya membayar pokoknya saja, akan saya lunasi semua, tapi beri waya waktu,” kata bu Dadi tetap dengan wajah berseri-seri.
Namun pimpinan cabang itu juga tetap bersikeras pada sikapnya. Seluruh tunggakan utang si Ibu, beserta bunga, denda dan lainnya-lainnya harus dibayar sampai pelunasan.
Pertemuan berakhir tanpa kesepakatan. Si Ibu pulang belum membawa hasil, namun ia telah bertekad untuk tidak kalah mental dalam perang urat saraf dengan si aBank. Selama belum diperoleh penghapusan BDO, ia tidak akan mundur seincipun yang akan membawanya Kembali ke titik awal dosa riba.
Keteguhan sikapnya ternyata membawa hasil. Satu minggu kemudian, staf di aBank bagian kredit datang ke tokonya dengan sikap yang terlihat mulai lunak.
Si aBank menanyakan komitmen si Ibu, pada bulan ke berapa ia bisa melunasi utangnya. Berhitung sejenak, si ibu menjawab yakin, “InsyaAllah 9 bulan ke depan saya sudah mampu membayar semua utang pokoknya saja.”
Dan bigwin itupun terjadi. Senin (5/10) kemarin, Si Ibu berhasil mengajak sertifikatnya pulang, setelah sekian lama ia biarkan tersandera si Abank. Bu Dadi benar-benar hanya perlu membayar pokoknya saja, plus sedikit pinalti karena ia tidak mau asetnya dilelang si aBank. Tanpa bunga, dan ongkos-onkos lainnya.
MTR, Saling Menguatkan Penuh Kegembiraan
Kesadaran dan keberanian menghadapi si aBank itu, bu Dadi dapatkan setelah bergabung dengan MTR. Selain mendapatkan banyak ilmu bisnis dan rohani melalui event MTR yang ia ikuti, ia juga mendapat banyak masukan dari ajang berbagi pengalaman sesama warga.
Hampir semua warga MTR memiliki problem utang dan melalui wadah ini, mereka bersama-sama tengah berikhtiar menuju lunas utang miliaran. Berkumpul dalam satu komunitas dengan ajang temu muka yang intens, membuat bu Dadi merasa terkuatkan. Adalah culture komunitas MTR, di antara sesama warga saling menguatkan, saling menghibur penuh kegembiraan.
Bu Dadi menyatakan rasa syukurnya telah dipersatukan di keluarga MTR dalam satu ikatan dakwah berlandaskan akidah Islam. Fasilitas rohani yang disediakan MTR melalui siraman tausiah para ustadz yang tak henti-henti mengingatkan bahaya riba dan konsekuensi hukum dunia akhiratnya, menguatkan Azzam untuk istiqomah keluar dari utang riba.
“Yaa Allaah, ampuni hamba yang selama ini banyak dosa, mari istiqomah berjuang untuk keluar dari riba, walaupun harus berdarah-darah,” istighfarnya.
“Mari satukan tekad, apapun yang terjadi jangan takut kita berjalan di jalan Allah. Bagi yang sedang berjuang melepas riba , ayo bergabung dengan MTR dan SMHTR, banyak ilmu yang bisa didapatkan di sana. Saya doakan semoga yang lain segera terlepas dari jeratan si abang,” ajaknya kepada Anda.
Anda ingin menyambut pagi secerah Bu Dadi? Hubungi komunitas MTR terdekat pada nomor-nomor di bawah ini, dan dapatkan pencerahan awal melalui BUKU MERAH “Kesalahan-kesalahan Fatal Pengusaha Mengembangkan Bisnis dengan Utang.”
☎️ 0853-353-353-19
☎️ 0811-1818-29
☎️ 0852-8966-9696
☎️ 0811-1888-29
InsyaAllah akan Anda dapatkan jalan untuk menggapai hidup tenang tanpa utang dan riba di jalan dakwahNya.
Bapak ibu semua, Alhamdulillah syukur kehadirat ALLAAH Subhanahuwata’ala, si anak nakal sudah pulang kerumah.
Perasaan saya sudah tentu sangat senang, bahagia campur haru, semua karena ALLAAH, atas ijin Allaah.
Walaupun risikonya saya sempat dighibah sana sini, dianggap gila, apa yang saya perjuangkan dianggap tidak mungkin oleh teman, bahkan oleh sebagian besar orang di luar yang mengenal saya. Pasalnya, sayalah orang MTR pertama di Batusangkar, yang membuat permohonan bebas BDO ke si aBank BaRI dan ABank BPR di kota saya. Hingga setiap ada teman atau pengusaha lain yang ingin bebas dari riba, kemudian dituduh sebagai pengikut aliran saya.
Namun walau jadi bahan ghibah, saya tidak gentar. Saya bersyukur telah dipertemukan ALLAAH dengan MTR. Di sini saya bertemu dengan orang-orang hebat yang selalu menyemangati dan menguatkan.
Terkhusus kepada Pak Agung yang selalu memberi masukan. Saran yang awalnya saya nilai nyeleneh, tapi ternyata malah menguatkan waktu saya ingin taubat dari riba namun saat itu belum menemukan jalan.
Semua karena kekuasaan Allaah. Akhirnya saya mendapatkan solusi dan dari 3 titik masalah, alhamdulillah 2 titik sudah terselesaikan. Semua karena pertolongan Allaah. (Nurur Fadhilla Aryani, Batusangkar Sumatera Barat)
***
Oya, selain bu Nurul dari Batusangkar, akhir pekan lalu kami juga mendapatkan kabar lunas utang yang menggembirakan dari MTR Riau. Pak Siswanto, salah satu warga MTR dari Korda Siak, juga berhasil memulangkan SK Pegawainya dengan proses murni bebas BDO. Barakallaah.
Anda tertarik mengikuti “aliran” lunas utang miliaran seperti yang diikuti Bu Nurul dan Pak Siswanto? Silakan hubungi Masyarakat Tanpa Riba terdekat, dan baca BUKU MERAH yang bisa Anda dapatkan melalui nomor-nomor berikut ini.
☎️ 0853-353-353-19
☎️ 0811-1818-29
☎️ 0852-8966-9696
☎️ 0811-1888-29
InsyaAllah akan Anda dapatkan jalan untuk menggapai hidup tenang tanpa utang dan riba di jalan dakwahNya.
Di antara kita, boleh jadi pernah atau masih terlilit utang. Berapapun besarnya, mulai ribuan hingga milyaran, beban utang tetap saja terasa menjadi beban berat.
Bersediakah kita evaluasi diri, menaubati jika telah terlalai dengan kebiasaan mengandalkan utang dalam segala hal. Maka dari kesadaran ini, semoga bisa memberi inspirasi diri, segera terlunaskan utang anda.
Firman Allaah Yang Maha Benar, “Innalloha laa yughayyiruu maa bi qoumin hatta yughayyiruu maa bi ‘anfusihim” – Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri… [QS Ar Ra’du : 11]
Mari ubah pemahaman kita yang salah, menjadi pemahaman yang benar, Sahabat!. Semoga segera selesai segala musykilah Anda dan ummat. Sahabat anda di Lereng Merapi, Yogya. [UALS]
“Allaah akan menghancurkan riba dan menyuburkan sedekah. Caranya macam-macam, ada yang anak-anaknya dibuat tidak patuh terhadap orang tua, usaha dihancurkan dan… kebetulan saya mengalami hal berbeda, diuji dengan penyakit…” sampai pada kalimat itu suara Pak Umar tercekat di tenggorokan. Pengusaha asal Merauke itu tampak berusaha menahan tangis.
Setelah emosinya kembali tertata, Pak Umar melanjutkan ceritanya. Bahwa sejak tiga tahun silam lalu, istrinya menerima ujian berupa sakit kanker tulang yang membuatnya cukup menderita. Berbagai ikhtiar kesembuhan sudah Pak Umar lakukan demi kesembuhan istri tercinta. Mulai dari upaya medis, berburu obat-obat herbal rekomendasi teman sampai ke berbagai pelosok daerah, mendatangi dan meminta doa dari kyai dan orang-orang shaleh, namun sang istri belum jua diberi kesembuhan.
Pada akhirnya beliau yakin, ujian sakit yang dialami istrinya sekarang merupakan efek buruk dari riba yang ia terapkan dalam praktik bisnisnya selama ini. “Saya sadari, ini mungkin risiko riba,” ujarnya lirih.
Utang dan riba. Seperti para pengusaha pada umumnya, sebelum berkenalan dengan MTR awal 2019 lalu, Pak Umar juga menganggap transaksi utang dan riba adalah sesuatu yang wajar dalam praktik bisnis. Hampir semua pengusaha memiliki utang, apalagi di lingkungan pengusaha kontraktor seperti dirinya. Ia bahkan sempat terjebak pada persepsi umum bahwa utang merupakan salah satu faktor prestise dalam gaya hidup pengusaha.
“Kalau nggak punya utang artinya nggak dipercaya bank. Maka kalau ketemu di antara mereka, yang terjadi adalah saling membanggakan besarnya utang,” kisahnya pahit.
Yang tidak ia pahami, “gengsi semu” itu ternyata mengandung risiko besar. Saat mendapatkan penjelasan dari ustadz yang mengisi acara dalam event MTR, Pak Umar baru menyadari betapa riba mengandung risiko luar biasa, baik di dunia, bahkan sampai ke akhirat.
Ia mencoba memahami bahwa penderitaan sakit yang diderita istrinya merupakan risiko duniawi yang harus ditanggungnya akibat praktik riba. Ia pun kemudian menghubungkan bahwa melalui cara-cara seperti itulah skenario Allah untuk menghancurkan riba dan menyuburkan sedekah sebagaimana dijanjikan dalam QS Al Baqarah ayat 276 tengah berjalan.
Sebagaimana pembelajaran lunas utang miliaran di MTR, action pertama yang Pak Umar lakukan untuk menyelesaikan utang-utangnya adalah melakukan negosiasi kepada bank tempatnya berutang. Butuh waktu 3 bulan sejak negosiasi hingga akhirnya bank luluh dan mengabulkan permohonannya. Melalui perubahan akad, Pak Umar diberikan waktu 1 tahun untuk mengembalikan sisa pokok utangnya saja dengan cara dicicil.
Sebenarnya Pak Umar punya dana cukup untuk melunasi sisa utangnya yang masih 1M. Namun karena bank memberinya banyak keringanan, ditambah ia sempat berencana membawa istrinya berobat ke Malaysia sebelum masa PSBB, akhirnya ia memilih menyelesaikannya dengan santai.
Proyek Datang Bertubi tanpa Rasuah
Awal pekan ini, di tengah-tengah muhibah bisnisnya ke Jakarta, Pak Umar menyempatkan bertemu dengan warga MTR dan pengurus KSW untuk melepas rindu dalam persaudaraan iman dan dakwah. Pak Umar bersyukur bisa bertemu dengan MTR, menemukan nilai hidup sejati yang mengubah cara berfikirnya secara frontal, serta menemukan persaudaraan dengan teman-teman yang sepemahaman menempuh jalan dakwah.
Melalui persaudaraan dan dorongan dari saudara-saudara di komunitas MTR, ia mendapatkan keyakinan kuat untuk berpegang sepenuhnya kepada Allaah yang Maha Kaya dan punya segalanya, sehingga tidak perlu melibatkan bank untuk dukungan modal usahanya. Keyakinan itu seperti mengalir begitu saja, seiring dengan ikhtiarnya untuk meninggalkan larangan-larangan yang sudah digariskan Allah.
Menurut Pak Umar, syarat untuk mendapatkan keberkahan yang utama adalah niat meningalkan riba. Begitu Azzam sudah dicanangkan, insyaAllah berbagai kemudahan akan kita dapatkan. Seperti sekarang ketika mendapatkan proyek pengadaan 250 ton beras dengan target waktu sampai Desember. Ia merasa mendapatkan banyak kemudahan yang tidak disangka-sangka. Teman-teman di MTR seperti Pak Hikmat dan Pak Saeful yang siap mem-back up supply , karena proyek sejumlah itu tidak mungkin ia tangani sendiri.
Bahkan saat di atas pesawat dalam perjalanan 4 jam ke Jakarta, tanpa diduga ia bertemu dengan Pak Bupati di daerahnya. Begitu Pak Umar menjelaskan proyek yang sedang ia pegang, Pak Bupati sontak menyatakan siap mendukung karena hal itu dinilai akan membantu pemberdayaan masyarakat Merauke. Disaksikan langit yang begitu dekat dalam penerbangan, Pak Bupati menyatakan komitmennya untuk memberikan kemudahan pengiriman, termasuk keringanan biaya kirim, melalui fasilitas Pemda.
“Allah memperlihatkan Kemahakayaannya bukan dengan cara memberi utang atau uang, tapi dipertemukan dengan teman-teman yang saling mendukung,” ujarnya menyimpulkan.
Keberkahan kedua yang rasakan setelah bergabung dengan MTR adalah kelancaran usaha dengan proyek yang datang silih berganti melalui proses yang “bersih”. Ada beberapa proyek bigwin yang berhasil pak Umar dapatkan . Antara lain pembangunan Gudang Bulog di Bulukumba dan Merauke yang masing-masing berkapasitas 1000 ton.
Padahal sudah menjadi rahasia umum, kontraktor biasanya harus menyiapkan dana rasuah sebagai syarat pelicin untuk mendapatkan proyek. “Nyatanya, proyek-proyek itu bisa diperoleh tanpa cara-cara sebelumnya. Keberkahan ini kadang datang tanpa kita sadari,” ujarnya
Perjuangan Menuju Merauke Bebas Riba
Pak Umar bersyukur para pegiat MTR di Merauke begitu kompak bersatu padu untuk menyadarkan masyarakat tentang bahaya utang dan riba. Tanpa riba, hidup akan lebih tenang dan nyaman. Ia yakin, dengan terus berdakwah untuk menolong agama Allaah, Allah juga akan membantu usaha kita untuk keluar dari jerat utang dan riba. Utang tetap harus dibayar, namun jalani dengan keyakinan bahwa semua ada solusinya. Melalui kekompakan para pegiat MTR, Pak Umar berharap Merauke terbebas dari riba dan potensi sector riil bisa ditingkatan.
Kepada saudara-saudara yang masih memiliki problem utang, ia mengajak agar membuka kembali Al Qur’an. “Jadikan pedoman hidup yang sebenar-benarnya, telaah petunjuk dan larangan yang terkandung di dalamnya, termasuk risiko riba yang luar biasa,” lanjutnya.
Pak Umar sadar, dakwah mengajak melepaskan riba memang butuh proses. Selama masih merasa nyaman dan bisa membayar cicilan, para pecandu riba biasanya belum sadar terhadap risiko riba yang sangat berat. Target dakwah seperti itu, menurutnya, butuh contoh riil serta pendampingan.
Oleh karena itu, jika ada yang saudara yang merasa kurang paham, ia mengajak untuk tidak ragu-ragu menanyakan kepada senior-senior pegiat dan pengurus Korda MTR yang bisa dihubungi setiap saat.
“Tidak usah ragu. Bersama MTR insyaAllah tidak akan salah jalan untuk meraih ketenangan dan keberkahan di masa mendatang,” ajaknya.
Anda berminat menyambut ajakan keberkahan dari Pak Umar? Silakan hubungi Masyarakat Tanpa Riba terdekat, dan baca BUKU MERAH yang bisa Anda dapatkan melalui nomor-nomor berikut ini.
Memang cukup lelah berjalan di jalan hijrah…
Di satu sisi mengurai satu persatu masalah…
Pun menuntut diri untuk terus menyampaikan kebenaran di jalan dakwah…
Tak hanya fisik, pikiran jua terusik…
Lelah yang mendera seolah terdengar suara berbisik…
Telinga sebelah kiri terdengar, “Sudahlah kembali sajalah, tak perlu kau lanjutkan, kau tak akan sanggup dan lambat laun akan membuatmu ambruk jungkir balik….”
Di sisi kanan terdengar, “Ayo jangan patah semangat, ingat citamu katanya ingin meraih tiket surga untukmu dan keluargamu sebagai janji-NYA yang terbaik….”
Jika lelah menepilah….
Dan beristirahat sejenak mengecharge diri agar lebih kuat melanjutkan perjalanan hijrah… Sirami hati dengan dzikir mengingat-NYA…. Puaskan akal dengan ilmu-ilmu syari’at-NYA…. Kuatkan fisik dengan olahraga Sunnah Rasul-NYA….
Jika lelah, menepi bukan pergi…
Mendekat pada sahabat hijrah yang terus semangat dakwah…. Akan memecutmu untuk tetap selalu melangkah di jalan hijrah… Bukan untuk pasrah tapi untuk menguatkan Istiqomah…. Jika ia bisa, aku pun bisa!!! Jika ia sukses berlimpah barokah, aku pun sukses berlimpah barokah!!!
Menepi sejenak, jangan pergi…
Karena kita ini pejuang bukan pecundang…. Berazzam kuat untuk selalu berdakwah hingga ajal menghadang… Tak surut melangkah walau halangan merintang… Tak kan mundur walau sejengkal jika lelah, hinaan, cercaan meraung kencang… Jangan hanya ingin segera lunas utang…. Yakinkah setelah Alloh kabulkan, kau akan tetap dakwah dan berjuang?
Yakinlah Alloh SWT tak akan pernah mengingkari janji… Janji tentang indahnya surga untuk mereka yang tetap teguh menjalani… Tetap melangkahkan kaki di jalan hijrah, di jalan dakwah, di jalan menuju surga-NYA yang indah….
“Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak….” (QS. An-nisa’:100)
“.…akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya,....” (QS.Ali-Imron:195)
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda, dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS.At-Taubah:20)
wahai untukmu sahabat hijrahku…..
Jika lelah, sejenaklah kau menepi, tapi jangan pergi…
Siapa yang tidak suka menerima paket? Entah kiriman hadiah tanda sayang dari seseorang atau karena kita memenangkan sesuatu kejuaraan. Bahkan juga karena paket kiriman market place untuk barang-barang yang kita beli secara online. Apapun dan dari siapapun pengirimnya, kita pasti senang menerima paket kiriman, apalagi kalau sudah kita tunggu-tunggu kedatangannya.
Namun tahukah Anda bahwa kehidupan manusia juga merupakan paket ? Allaah menciptakan manusia sebagai satu paket dengan 2 hal: rezekinya dan ujian hidupnya. Setiap kita adalah satu paket yang tidak bisa dipisahkan dengan rezeki dan ujian hidup kita.
“Dan tidak ada satu mahluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semua dijamin Allaah rezekinya.”(QS Hud: 6).
Jadi rezeki itu dari Allaah, bukan dari boss, klien, orang tua, suami, dll. Rezeki itu semata hanya dari Allaah, walaupun jalannya bisa lewat boss, klien, orang tua, suami, dll. Jadi kalau kita ingin rezeki yang banyak, mintalah pada Allaah bukan yang lain. Anda mau naik gaji, apakah minta kenaikan gaji dari boss ? Mintalah pada Allaah. Dan Allaah maha mampu menggerakkan hati boss untuk menaikkan gaji tanpa Anda mengajukannya.
Setiap kita juga diciptakan satu paket dengan ujian hidup. “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”(QS Al Baqarah: 155).
Jadi sangat wajar jika hidup kita diisi dengan munculnya rasa takut: takut miskin, takut tidak lulus ujian, takut dijauhi teman dan saudara, takut tidak bisa memberi makan anak-anak. Sangat wajar juga jika hidup kita diisi dengan kekurangan harta, kekurangan makanan (buah-buahan), bahkan ada yang hanya makan 1 kali dalam sehari. Karena memang ujian-ujian hidup itu telah melekat pada diri setiap manusia.
Kunci pertama untuk melalui semua ujian itu adalah sabar. Dari kesabaran akan muncul jalan solusi dari Allaah yang seringkali di luar nalar manusia.
Sama seperti kita senang saat menerima paket dari belanja online, seharusnya kita juga senang menerima paket ujian hidup. Karena Alloh sampaikan di dalam Al Quran yang mulia:
“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu ? Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata: kapankah datang pertolongan Allaah ? Ingatlah sesungguhnya pertolongan Alloh itu dekat.”(QS Al Baqarah: 214).
Ternyata ujian hidup adalah cara Alloh menyeleksi hamba-hambaNya, mana yang layak masuk ke jannahNya. Jadi seharusnya kita gembira saat ujian itu datang karena Alloh telah memilih kita untuk masuk dalam seleksi penghuni surga. Betapa beruntungnya.
Sama halnya kegembiraan yang kita rasakan waktu mendengar suara : “Permisi, paket untuk bapak A atau ibu B”.