©MY110620|MTRTangerangRaya||
“Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup.” (QS Al-Alaq: 6-7)
Sebenarnya apa yang terjadi hari ini adalah pengulangan sejarah. Celakanya kita jarang membaca sejarah. Padahal sisi Al-Quran: 70% adalah sejarah.
Emak-emak mendadak ahli sejarah ketika disakiti. Bapak-bapak lupa kalau pernah jadi ‘Qorun’. Punya, seperti tak punya apa-apa. Ada tapi selalu merasa kurang.
Padahal…
Banyak yang biasa saja, tapi semangat berbaginya luar biasa. Kita mungkin bilang “Maaf belum bisa bantu”, padahal tangki mobil gak pernah kosong, simpanan untuk ‘jaga-jaga’ udah ratusan juta. Pajak mobil dan internet gak pernah telat.
Anda boleh mencatat siapa yang pergi saat Anda mencari, siapa yang datang saat Anda senang. Sejarah memang bukan untuk dihapus kawan. Tapi untuk dijadikan pelajaran agar tak berulang.
Quran mengabadikan peristiwa penyerangan Abrahah dengan pasukan gajahnya terhadap Ka’bah dalam surat Al-Fil.
Quran menceritakan kekejaman Namrud saat hendak membakar nabi Ibrahim, dalam surat Al-Anbiya’.
Qur’an bahkan sangat detail menceritakan kisah Musa dan Firaun terkait urusan kekuasaan, penguasa dan rakyatnya.
Bila sejarah yang diingat harus selalu sejarah baik, dan sejarah buruk mesti dikubur, mungkinkah beberapa ayat diatas Allah firmankan?
“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.” (QS Yusuf: 111)
Kisah dalam Quran adalah realita peran, ia nyata dan berlaku sampai kiamat. Aktornya mungkin berganti, tapi karakter yang dimainkan sama. Apakah kita berlaku seperti Abrahah, Namrud, Firaun, atau mungkin Qorun?
“Yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata.” (QS Al-Anfal: 42)
Forgiven but not Forgotten
Maaf oke, melupakan tidak!. Ya, orang mungkin bisa memaafkan, tapi susah untuk melupakan apa yang telah kita lakukan saat mereka kesusahan.
”Pergilah kepada Fir‘aun; dia benar-benar telah melampaui batas.” (QS Thaha: 24)
Lho kok?
“Dan sungguh, Fir‘aun itu benar-benar telah berbuat sewenang-wenang di bumi.” (QS Yunus: 83)
Emang saya Firaun?
Hati-hati…! Kita hanya belum disebut Firaun, padahal sudah tidak menjaga amanah ketika dapat
kekuasaan. Belum disebut Qorun padahal dengan harta yang ada tidak juga berbuat apa-apa. Belum disebut Namrud, padahal terhadap orang lemah zholimnya nauzublillah.
“Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah).” (QS An-Nazi’at: 26)
Wallahua’lam bissawab.
✍ Education For All