Rabu yang Syahdu

0
672

8 Desember 2016

Waktu telah berjalan 3 hari sejak anak pertama kami mendapatkan perawatan di Rumah Sakit karena Radang Usus Buntu.

Sejak Pagi ada beberapa Rekan Kerja yang menghubungi saya melalui telepon selular. Terdapat kesamaan pertanyaan yang disampaikan kepada saya, “Apakah benar mengajukan Resign, Ada apa, Pindah ke mana?”. Tentunya jawaban yang saya sampaikan sama kepada yang bertanya sejak 2 bulan terakhir. “Saya hijrah insyaAllah secara Kaffah. Bukan pindah kerja. Saya insyaf dan taubat dari segala yang berkaitan dengan Praktek Riba’.

Respon yang saya dapatkan juga hampir serupa diantaranya menyatakan kaget, tidak menduga, menyayangkan dan penasaran.

Namun di luar dugaan saya dan sedikit takjub. Hampir semua rekan saya menyatakan sebenarnya dalam hati mereka juga ada keinginan untuk hijrah. Beragam alasan yang membelenggu sehingga memberatkan langkah untuk menuju Jalan yang telah ditentukan Allah SWT. Beberapa Hal yang menjadi pemberat langkah diantaranya,

1. Ragu akan Rizqi Allah (jika tidak bekerja di Bank maka Nafkah akan hilang. Apalagi jika telah menduduki jabatan relatif tinggi)
2. Memiliki Beban Hutang (sebagian besar bentuk KPR n KPM dan KK)
3. Takut Status Sosial menjadi hilang (semula karyawan Bank menjadi bukan karyawan bank)
4. Tidak mendapatkan dukungan dari Pasangan, Keluarga Inti, Orang Tua, Mertua, Keluarga Besar.

Memang pergulatan batin yang dihadapi Rekan2 saya cukup berat. Saya pun mengalami juga sebelumnya. Saya mencoba memberikan beberapa hal untuk menjawab kegelisahan rekan2 saya.

1. JANGAN PERNAH RAGU AKAN RIZQI ALLAH SWT. Sesungguh jika ragu makan sudah sangat dekat dan bahkan masuk ranah Kekafiran. Rizqi dapat dianalogikan sebagai Energi. Tidak akan hilang. Hanya berubah bentuk, berpindah tempat. Karena itu yang benar adalah Menjemput Rizqi karena Rizqi itu pasti ada bukan hilang yang harus dicari. Sebagai contoh Para Sahabat Rasulullah yang kategori Milyarder pada jaman itu tanpa pikir panjang siap mengikuti Hijrah tanpa memikirkan hartanya. Dan terbukti di seberang sana, rizqi itu datang kembali. Penjelasan dalam Al Quran,

1. Rizki berupa Kebutuhan Dasar Makhluk Hidup dijamin oleh Allah SWT

“Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yg bergerak di atas bumi ini yang tidak dijamin oleh Allah rizqinya.”(QS. Hud : 6).

2. Rizqi diperoleh sesuai dengan apa yang diusahakan oleh Manusia.

“Tidaklah manusia mendapat apa-apa kecuali apa yang telah dikerjakannya” (QS. An-Najm : 39).

3. Rizqi akan ditambah bagi Manusia yang pandai bersyukur

“… Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)

4. Rizqi datang dari arah yang tidak disangka-sangka bagi Manusia yang bertaqwa dan bertawaqqal kepada Allah SWT.

“…. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yg tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawaqqal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS.Ath-Thalaq : 2-3)

Wajib selalu diingat bahwa Rizqi tidak hanya berupa materi atau kekayaan. Kadang kita lupa Rizqi dalam bentuk seperti Kesempatan, Kesehatan, Keharmonisan Keluarga, Kemudahan Urusan dsb.

2. HUTANG WAJIB DIBAYAR TAPI JANGAN MEMBAYAR RIBA. Kewajiban harus dipenuhi karena hutang dapat menghambat kita masuk Syurga.

Hadits Rasulullah SAW
“Nasib seorang mukmin tergantung pada hutangnya sampai ia melunasinya.” ( HR. Ahmad dan Tirmidzi )

Agar segera lepas beban
IKHLASKAN ASET yang kita miliki dilepas untuk segera menutup Hutang. InsyaAllah langkah semakin ringan dalam berhijrah jika tidak ada Tanggungan Hutang.

Fokus selanjutnya adalah memacu kreatifitas bidang usaha atau keahlian yang akan kita kembangkan untuk menjemput Rizqi Allah SWT

3. STATUS SOSIAL TIDAK ADA ARTINYA DIBANDINGKAN RIDLO ALLAH SWT. Kita hidup hanya singgah. Kehidupan Akhirat itu Kekal. Logika manusia terpelajar yang mengaku beriman tentu dapat membandingkan mana yang harus dipilih. Jangan mengorbankan yang Kekal demi yang Sementara.

Allah SWT berfirman,
“…Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu…” ( QS. Al Hujurat : 13 )

4. MOHON KEPADA ALLAH SWT AGAR DILEMBUTKAN DAN DIBERIKAN HIDAYAH. Allah SWT adalah Maha Pembolak balik Hati. InsyaAllah lingkungan yang tadi menolak akhirnya dapat mendukung. Sebagai contoh Umar Bin Khattab sebelumnya adalah musuh Islam paling keras namun dengan mudahnya menjadi Pembela Islam yang Paling Militan. Tidak perlu sakit hati atau benci. Tetap hormati dan doakan semoga Allah SWT memberikan Hidayah. Sampaikan Kebenaran Al Quran dan Hadist serta ajaran-Nya.
Untuk itu Kita jalankan sunnah Rasulullah dengan memperbanyak berdoa
“Wahai Zat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”

Pengalaman yang unik juga saya alami, ketika ada yang bertanya perlukan kita Sholat Istikharah untuk memutuskan Hijrah ini. Dengan senyum saya sampaikan Apakah Seorang Pencuri perlu Sholat Istikharah untuk meminta bantuan Allah SWT dalam memutuskan melaksanakan niat mencuri sebuah rumah atau tidak. Sama halnya dengan Riba’ yang sudah jelas hukumnya Haram ?

jika sudah terdapat kegalauan dan keragu-raguan akan sebuah hal atas Halal dan Haramnya (mengikuti fatwa yang berbeda di antara ahli fiqh) maka hukum yang berlaku adalah Tinggalkan karena apa yang menjadi Keraguan adalah lebih baik kita tinggalkan.
Rasulullah SAW dalam Haditsnya,
“Barangsiapa yang menjaga diri dari syubuhat, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya ( HR. Bukhari )

Dari diskusi bersama beberapa Rekan tersebut ada 1 orang rekan yang menyatakan ingin bersilaturrahim sekaligus menjenguk anak kami di Rumah Sakit sore itu juga. Saya dengan senang hati menunggu kehadiran Rekan Saya tersebut.

Setelah sholat Isya’, Rekan Saya datang bersama Istri dan Anaknya menjenguk. Pada akhir silaturrahim yang tidak saya duga adalah. Rekan saya menyatakan terima kasih bahwa telah diberikan informasi mengenai Riba dan malam itu juga Rekan Saya berAzzam untuk mengajukan pengunduran diri agar dapat Hijrah secara Kaffah.

Kami berpelukan tak terasa air mata menetes.

SubhanaAllah, Indahnya telah Engkau turunkan Hidayah bagi Hamba-Mu.

Engkau berikan kesempatan kepada Kami untuk kembali ke Jalan Yang Lurus.

Engkau berikan kesempatan kepada Kami untuk memulai Hidup yang Lebih Barokah.

Engkau berikan kesempatan di sisa usia Kami untuk Insyaf dan Taubat dimana Sisa Nafas masih belum sampai tenggorokan.

Engkau berikan kesempatan kepada Kami untuk mengajak Saudara Muslim lainnya untuk untuk terus Istiqomah Menjalankan Perintah dan Menjauhi Larangan-Mu

Alhamdulillah
Alhamdulillah
Alhamdulillah
Allahu Akbar

?
Wassalamu’alaikum Wr WB
Dari Ahdiat Brafiadi, MTR #13 Surabaya
WA MTR 0811113139

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here