Dari coba-coba ikut teman, sayapun terbawa tren utang yang begitu familiar di kalangan ASN. Hingga tak terasa, tren itu menjadi kebiasaan, dan saya pun kecanduan utang. Melalui perkenalan dengan MTR, saya berhasil sembuh dari #tabiatBurukUtang dan berhasil membawa SK PNS yang selama belasan tahun tergadaikan di bank.
Bismillah
Saya ingin berbagi cerita tentang bagaimana MTR mengubah hidup saya.
Nama saya Asih, seorang PNS yang sudah mengabdi selama 15 tahun pada salah satu instansi pemerintah di Rohul (Kab. Rokan Hulu, Riau).
15 tahun mengabdi sebagai ASN, dan selama itu pula SK PNS saya sekolahkan di salah satu bank daerah. Sebenarnya, saya menggadaikan SK juga karena butuh-butuh amat. Namun karena kepolosan saya yang mudah dikompori oleh pada senior yang sudah terlebih dahulu menggadaikan SK-nya, akhirnya sayapun coba-coba. Daripada disimpan di rumah, begitu prinsip yang kemudian saya ikuti berdasarkan masukan teman-teman.
Dan sayapun terbawa tren utang yang begitu familiar di kalangan ASN. Hingga tak terasa, tren itu terbawa menjadi kebiasaan, dan saya pun kecanduan utang, salah satu dari #tabiatBurukUtang. Karena merasa hal itu merupakan hal yang umum, bahkan sudah menjadi budaya, sayapun santai-santai saja membiarkan SK PNS tersimpan di brankas bank selama belasan tahun.
Hingga suatu saat, di tahun 2019, saya beberapa kali melihat postingan salah satu mitra kerja saya di media sosial facebook. Di akun media sosial tersebut, Ustadz Ahmad Siregar, demikian saya memanggil beliau, sering memosting update tentang SMHTR, PBTR dan berbagai acara yang saya tangkap isinya tentang segala hal terkait sesuatu yang “tanpa riba”.
Tadinya saya tidak begitu tertarik dengan postingan beliau. Namun ada teman yang penasaran dan minta kepada saya untuk menanyakan kepada Ustadz Ahmad apa maksud postingan beliau.
Pada satu kesempatan saya menelpon beliau. Kehendak Allaah memang sering tidak terduga. Setelah mendengar penjelasan Ustadz, teman saya terlihat tidak berminat, namun justru saya yang tambah penasaran.
Sampai akhirnya saya memutuskan untuk ikut undangan beliau ke acara Seminar Mengembangkan Harta Tanpa Riba (SMHTR) pada bulan September 2019 di Pakanbaru. Inisiatif itu saya ambil masih sebatas menuntaskan rasa penasaran.
**
Ternyata yang saya alami sama sekali di luar dugaan. Acaranya luar biasa. Saya larut dalam lautan air mata taubat yang mengharukan. Walaupun di antara 200 peserta yang hadir, saya merasa utang paling kecil, tapi pemahaman atas riba yang saya dapatkan di sana, membuat saya harus bersimpuh taubat karena ternyata risiko dosanya tidak main-main.
Sepulang mengikuti acara SMHTR, saya menjadi gelisah dengan utang riba yang tadinya saya tidak seberapa nilainya. Selama ini saya tenang-tenang menikmati dosa riba yang menempatkan kita sebagai musuh Allaah dan rasulNya.
Bahkan di hati timbul keinginan untuk berhenti dari jabatan bendahara karena saya sudah tahu di mana titik-titik dosa saya berada. Akhirnya saya memang mengajukan surat pengunduran diri dari jabatan saya, namun baru disetujui pada bulan Januari 2020.
Alhamdulillah, dengan pertolongan Allaah , selepas itu saya berhasil menghentikan transaksi riba. Agar bisa segera melunasi utang-utang riba, sebenarnya saya sudah menawarkan mobil dan rumah untuk dijual. Namun sayang, pandemic datang melanda yang membuat ekonomi ambruk sehingga mobil dan rumahpun tak kunjung terjual.
Ikut SMHTR memang memberikan pengalaman luar biasa. Namun hati saya masih belum merasa puas. Maka ketika ada event PBTR (Platform Bisnis tanpa RIba ) di kota Bogor bulan berikutnya, saya memutuskan untuk ikut lagi. Kali ini saya penasaran dengan “surat cinta” yang banyak dibahas teman-teman yang sudah mulai proses pelunasan utang.
Di samping itu, saya juga ingin tahu tentang ilmu bisnis yang akan diajarkan. Kebetulan sudah hamper 2 tahun saya merintis usaha, namun tidak terlalu menghasilkan.
Berbekal ilmu dari PBTR, saya pun focus memperbaiki usaha saya. Qodarulloh, korona hadir justru menjadi berkah untuk bisnis saya. Selama ini saya merintis bisnis madu dan obat-obatan herbal yang terbukti menjadi sangat dicari selama masa pandemic. Karena itu tidak mengherankan, selama periode tersebut, omset penjualan kami langsung naik, bahkan pertumbuhannya sampai 400%.
Alhamdulillah dari keuntungan itu kami bisa menabung untuk melunasi sisa utnag di bank dan utang pada keluarga tanpa perlu menjual asset apapun.
Dan alhamdulilah, setelah selama 7 bulan kami menghentikan cicilan, kami berhasil mengumpulkan uang yang abisa untuk menutup pokok sisa utang. Maha Besar Allaah, setelah belasan tahun sekolah di luar rumah, SK PNS saya pun bisa saya bawa pulang.
Saya semakin yakin kasih sayang dan kekuasaan Allaah. Saya yakin bahwa, Allah akan memudahkan rezki bagi siapapun yang ingin segera melunasi utang-utangnya.
Dan saya berdoa, semoga keluarga besar MTR yang masih punya utang akan segera Allaah lunaskan.
Untuk Anda yang tengah berjuang melunasi utang serta ingin mengikuti jejak saya, silakan hubungi Masyarakat Tanpa Riba terdekat, dan baca BUKU MERAH yang bisa Anda dapatkan melalui nomor-nomor berikut ini.
☎️ 0853-353-353-19
☎️ 0811-1818-29
☎️ 0852-8966-9696
☎️ 0811-1888-29
#MTRiTuAneh #MTRituNyata #MTRberGerak #MTRRiau #MTRBersabatDalamDakwah