NASIBMU BUKAN NASIBKU
Saya sebenarnya tidak pernah tertarik dengan tagar ganti presiden yang sepertinya didorong melambung tinggi untuk meningkatkan top of mind seorang kandidat presiden. Dari aspek pemasaran, dengan tagar itu, brand siapa yang semakin menancap kuat menancap di benak audience?
Namun pada Hari Senin, 23 April 2018, dua pekan lalu, saya tergelitik mengomentari diskusi tentang tagar ganti presiden itu di sebuah whatsapp grup alumni suatu pelatihan kewirausahaan. Bukan tagarnya yang saya komentari, akan tetapi komentarnyalah yang saya komentari. Komentar yang menunjukkan cara berfikir seseorang.
Berikut ini petikan percakapan yang saya sederhanakan atau saya edit untuk kepentingan alur cerita agar yang tidak berada di grup itu bisa mengikutinya. Tanpa mengubah makna atau esensi dari kalimat-kalimat aslinya:
=== === === === ===
A: Salam 2 periode
B: 2019 ganti presiden
C: Takdir.. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Siapa presiden 2019 semua sudah ditulis 50 ribu tahun sebelum dunia ini diciptakan. Jangan sibukkan diri kita dengan hal yang sudah pasti. Karena orang besar hanya mengurus masalah besar, yaitu huru hara Hari Kiamat. Tolong jangan sampai ada yang menyalahkan presiden. Ini takdir.
Saya: Apakah ada yang tahu isi dari lembaran-lembaran yang telah kering itu Mas?
D: Nah.. Ini pertanyaan bagus Pak Samsul. Apa ya isi lembaran yang telah ditulis 50 ribu tahun sebelum dunia ini diciptakan?
Saya: Saya tidak tahu isinya tentang saya dan tentang kehidupan ini seperti apa Pak D. Saya belum pernah membacanya.
C: Kalau ada yang tahu isinya, itu namanya kamus Pak
E: Isinya semua nasib manusia, lahir, mati, jodoh, rezeki serta nasib baik dan buruk.
Saya: Apakah Mas E tahu isinya, seperti apa nasib Mas E yang tertulis di lembaran-lembaran itu?
E: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Q.S. Luqman. Ayat 34.
Saya: Masyaa ALLAAH.. Terima kasih Mas E.
Ketika diantara manusia tidak ada yang tahu apa yang tertulis di lembaran-lembaran itu, mengapa sebagian diantara mereka berani menyebut-nyebut ”Sudah tertulis sebelumnya di Lauhul Mahfudz” terhadap kejadian-kejadian yang menimpa mereka?
Saya: Ini diskusi yang menarik. Kita lanjutkan dengan tatap muka yuk. Saya yang jadi tuan rumahnya.
Kami mengakhiri diskusi itu dengan melanjutkan perbincangan tatap muka di tempat saya.
=== === === === ===
Sahabat-sahabat yang dimuliakan ALLAAH… Pemikiran bahwa kejadian yang menimpa manusia dipaksa oleh takdir karena sudah tertulis sebelumnya di lauhul mahfudz, padahal mereka tidak tahu apa isi lauhul mahfidz, dikenal dengan pemikiran yang terpengaruh oleh sekte jabariyah.
Apa itu Jabariyah? Kita pakai definisi umum ya.. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas:
Jabariyah adalah sebuah ideologi dan sekte bidah di dalam akidah yang muncul pada abad ke-2 hijriah di Khurasan. Jabariyah memiliki keyakinan bahwa setiap manusia terpaksa oleh takdir tanpa memiliki pilihan dan usaha dalam perbuatannya. Tokoh utamanya adalah Ja’ad bin Dirham dan Jahm bin Shafwan.
Menurut Asy-Syahrastani 548 H/1153 M, Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara hakikat dan menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah. Artinya, manusia tidak punya andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya, Tuhanlah yang menentukan segala-galanya.
Keyakinan Jabariyah bertolak belakang dengan keyakinan Qadariyah namun keduanya dikatakan menyimpang dari akidah Ahlussunnah yang berada dipertengahan, karena menurut akidah Ahlussunnah mengenai takdir bahwa setiap manusia memiliki pilihan dan kebebasan dalam menentukan kehendak, manusia diperintahkan untuk berusaha yakni diperintah berbuat baik dan dilarang berbuat kejahatan, dijanjikan pahala atau diancam siksa atas konsekuensi dari perbuatannya, sementara apapun yang akan dilakukannya sudah ditetapkan (telah tertulis) dalam takdirnya, yang mana setiap makhluk tidak pernah mengetahui bagaimana takdirnya (baik atau buruk) kecuali setelah terjadinya (berlakunya) takdir itu.
Sungguh menyedihkan ketika pemikiran-pemikiran menyesatkan ini bisa merasuk ke kalangan Ummat, terutama kalangan pengusahanya. Apa yang terjadi pada ekonomi Ummat ketika para pengusaha Muslim-nya berpendapat:
Sudah nasib saya penjualan menurun.
Sudah ALLAAH takdirkan bahwa saya terjerat utang dan riba.
ALLAAH menghendaki karyawan saya tidak amanah.
*_Sudah tertulis 50 ribu tahun sebelum dunia diciptakan bahwa usaha saya akan bangkrut
Kita terima saja karena sudah garis tangan bahwa pelanggan tidak membayar tagihan-tagihan ini._*
Nah..
Bagi Anda yang tidak ingin terkontaminasi pemikiran sesat seperti Jabariyyah dan pemikiran-pemikiran yang melemahkan Ummat ini, mari kita berkumpul bersama pada Program Workshop MENGEMBANGKAN BISNIS UNTUNG BISNIS BAROKAH (M-BUBB). Yang Insyaa ALLAAH akan dilaksanakan pada Hari Rabu – Jum’at, 23 – 25 Mei 2018 di Bogor nanti.
Pada program M-BUBB kiat akan bersama-sama belajar menghilangkan pemikiran-pemikiran sesat yang menghambat kemajuan diri, keluarga, team dan ummat ini. Insyaa ALLAAH ketika kita menghilangkan pemikiran-pemikiran yang menghambat itu, kejayaan Islam dan Kemuliaan Kaum Muslimin akan segera terwujud.
Silakan daftarkan diri, keluarga, kerabat dan sahabat serta mitra bisnis Anda ke 0811-18-18-29 untuk ikut M-BUBB.
HIDUP INI BUKAN HANYA URUSAN UTANG DAN RIBA SAJA. SAATNYA KITA NAIK KELAS, BERKONTRIBUSI MENYELESAIKAN PROBLEMA UMMAT DENGAN BISNIS YANG SEDANG KITA KEMBANGKAN SAAT INI.
BaarakALLAAHu lana wa lakum jamii’an.
Samsul Arifin SBC
Jangan lupa saksikan video di bawah ini,
https://www.youtube.com/watch?v=8Qz-1Nb9BJo&t=126s