WE ARE RESOURCEFUL
Hari Rabu pekan lalu, kami duduk berhadapan di Kantor Turrima Group nan adem itu. Saya dan Mas Mulyono sedang berdiskusi langkah-langkah penyelesaian utang ke beberapa kreditur yang sudah kami mulai beberapa waktu belakangan ini. Saya berdirikan 3 (tiga) spidol warna-warni di meja di depan kami.
“Mas, spidol biru ini Panjenengan. Spidol hijau ini saya. Sedangkan spidol hitam ini adalah orang lain.”
Mas Mulyono tampak dengan seksama memperhatikan kata demi kata yang saya sampaikan.
“Suatu ketika si biru dan si hijau sedang ada persoalan. Sebut saja urusan utang-piutang. Si biru berutang pada si hijau. Dalam perjalanannya, si biru bermaksud melakukan penyelesaian utang dengan cara yang berbeda dengan yang diperjanjikan di awal. Namun rupanya si hijau belum sependapat dengan usulan si biru.”
Sambil tersenyum, Mas Mulyono mengangguk-angguk, tanda bahwa beliua faham bahwa saya sedang bercerita tentang dirinya bersama para krediturnya. Kreditur yang sudah kita duga akan selalu menjawab ”NO” pada setiap usulan apapun yang kita sampaikan. Anda tahu kan siapa yang saya maksud? Hehehe..
“Menurut Panjenengan Mas Mul, dari pilihan penyelesaian berikut ini, mana yang kemungkinan besar akan happy ending? Panjenengan lebih suka menyelesaikan dengan cara yang mana?”
PILIHANNYA PENYELESAIAN PERSOALANNYA ADALAH:
“Pilihan pertama, si biru berusaha menjalin komunikas dan hubungan baik dengan si hijau. Si biru berusaha menyelesaikan sendiri urusannya dengan si hijau. Si biru datang sendiri, setiap menemui si hijau. Semua hal yang berurusan dengan si hijau, si biru melakukannya sendiri dengan senang hati”
“Sedangkan penyelesaian ke-dua, si biru meminta si hitam (orang lain) menyelesaikan urusannya kepada si hijau. Entah orang lain itu minta tarif tertentu sebagai success fee, atau ia lakukan dengan ‘sukarela’ atau berbiaya ‘seikhlasnya’. Selanjutnya si biru dengan santai melakukan aktifitas yang lain. Karena merasa urusannya dengan si hijau telah ditangani oleh si hitam.”
“Jika Panjenengan sebagai si hijau, Panjengan merasa nyaman pada situasi yang mana Mas?”
Saya mengakhiri metafora dengan pertanyaan pilihan itu. Jika Anda berfikir sebagai manusia normal, manusia mampu berfikir jernih. Anda akan memilih penyelesaian yang mana? Penyelesaian pertamakah? Atau penyelesaian dengan cara ke-dua?
Dengan mantap sambil tersenyum penuh keyakinan, Mas Mulyono menjawab tegas:
“Saya selesaikan sendiri persoalan saya dengan kreditur. Saya sudah tahu ilmunya dan saya ingin kami semua terus menjalin hubungan baik. Ini kesempatan dakwah yang luar biasa.”
Begitulah kira-kira jawaban Mas Mulyono, yang kemdian diamini oleh Mbak Dewi, istrinya yang belakngan masuk keruangan kantor nan sejuk itu.
Pada kesempatan lain, Hari Ahad kemarin, saya didatangi oleh sepasang suami istri yang ingin curhat karena persoalannya tak kunjung selesai. Bahkan bisa dikatakan semakin jauh titik akhir penyelesaiannya.
Singkat cerita pasangan ini “menyewa” pihak lain atau si hitam untuk menyelesaikan urusannya dengan mitra kerjanya. Padahal beliau berdua sudah tahu caranya, sudah cukup bekal ilmunya. Namun entah bisikan siapa yang didengarnya, sehinnga mereka nekat menyerahkan kepada orang lain untuk menyelesaikan persoalan dengan mitra bisnisnya itu.
“Kami tidak membayar si hitam Pak. Kesepakatannya adalah success fee dibayar di belakang. Ketika kasus sudah selesai”
Begitu mereka mengelak. Spontan saja saya tanggapi:
“Si hitam minta uang operasional kan?”
Mereka tidak menjawab jelas. Namun dari raut muka yang tertunduk malu, saya yakin mereka telah keluar uang banyak untuk ‘biaya operasional’ (tanda petik) si hitam itu. Menyedihkan!
Apakah sahabat-sahabat ingat penyelesaian kasus Mas Andi Semarang dan Pak Thohir Ponorogo? Alhamdulillaah, persoalan mereka dengan kreditur selesai dengan menyenangkan ketika beliau-beliau hadapi sendiri. Kendati pada awal masih terbata-bata menjalani prosesnya. Namun kini mereka bisa tersenyum lebar. Mereka mendapatkan banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman lapangan yang menarik. Karena semuanya dihadapi sendiri tanpa minta bantuan pihak lain untuk menyelesaikan persoalannya dengan para kreditur.
Sahabat yang dimuliakan ALLAAH..
Dari kisah nyata di atas, saya teringat akan Firman ALLAAH SWT pada al-Qur’an Surat al-Baqarah ayat 287 yang terjemahannya sebagai berikut:
‘ALLAAH tidak membebani seseorang kecuali yang sesuai dengan kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti telah Engkau telah bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan maafkanlah kami, dan ampunilah kami serta kasihanilah kami, karena Engkau-lah Pelindung kami. Maka tolonglah kami terhadap kaum kafirin.’
Jika kita semua memahami, ternyata sebetulnya KITA BERDAYA. Semua persoalan yang ALLAAH kirim, sesuai dengan takaran kemampuan kita. Kita bisa mengatasi semua persoalan yang sudah, sedang dan yang mungkin akan datang kelak kemudian hari.
ALLAAH SWT telah memberikan kita bekal yang cukup, yaitu:
1. Kemampuan berfikir yang telah kita miliki
2. Tuntunan berupa dalil-dalil syara’
3. Kemampuan memilih mana yang benar dan mana yang salah
4. Kemampuan memilih mana yang baik dan mana yang buruk
5. Pengalaman hidup yang memadai
6. Pengetahuan yang diperlukan
7. Jaringan yang telah terbangun
8. Komunitas yang saling mendukung
9. Keluarga yang terus mendoakan.
Oleh karena itu, adalah keanehan jika ada seseorang yang masih mengandalkan orang lain untuk menyelesaikan persoalannya. Ia tidak menyadari pontensinya dan tidak faham bahwa ALLAAH memberikan kapasaitas yang cukup untuk menyelesaikan persoalan yang datang kepadanya.
Selain itu, jika seseorang menyerahkan suatu persoalan kepada orang lain. Terutama dalam penyelesaian utang yang ada ribanya, di mana letak ‘amal sholihnya? Ingat, ‘amal sholih melekat dengan kata ‘amal, yaitu perbuatan atau action.
Dengan menyerahkan persoalan penyelesaian utang (riba) kepada orang lain, kapan Anda akan memanfaatkannya untuk meraih pahala besar dari kewajiban berdakwah? Sudahlah urusan belum tentu selesai. Hubungan dengan mitra bisnis jadi semakin jauh. Hilang pula pahalanya.
INGAT!
TUJUAN KITA ADALAH PERSOALAN SELESAI, PARA PIHAK SENANG DAN KITA DAPAT TAMBAHAN PAHALA ‘AMAL SHOLIH KETIKA IKHLAS DAN SABAR DALAM MENJALANI PROSESNYA.
Nah..
Bagi sahabat-sahabat semua yang masih ragu-ragu untuk melangkah..
Atau Anda yang semangat juangnya naik-turun untuk menyelesaikan persoalan sendiri..
Dan Anda yang belum yakin bahwa Anda punya potensi yang sangat besar untuk berkarya besar..
Mari kita berkumpul kembali pada Program Meraih BISNIS UNTUNG BISNIS BAROKAH (M-BUBB) yang Insyaa ALLAAH akan kita laksanakan pada Hari Rabu – Jum’at, 23-25 Mei 2018 di Bogor.
Berikut ini adalah cuplikan video inspiratif BUBB, silakan saksikan sampai tuntas dan bagikan kepada orang-orang tercinta Anda ya..
https://www.youtube.com/watch?v=8Qz-1Nb9BJo
SILAKAN DAFTARKAN DIRI, KELUARGA, KERABAT, SAHABAT DAN MITRA BISNIS ANDA UNTUK IKUT M-BUBB KE 0811-18-18-29.
MARI KITA BERLATIH MENYELESAIKAN PERSOALAN SENDIRI.
RAIH PAHALA AMAL SHOLIH KETIKA KITA MENJALANI PROSESNYA DENGAN RIANG.
BaarakALLAAHu lana wa lakum jamii’an
Samsul Arifin SBC