©MIslamBasri
Diterima ataupun ditolak adalah hal yang lumrah ketika kita menyampaikan dakwah kebaikan. Tentu ada perasaan kecewa saat kita mencoba berdakwah kepada seseorang atau suatu kelompok mendapat respon negative, bahkan mungkin dihina dan diremehkan
Sebaliknya kita pasti merasa senang dan bahagia, ketika usaha dakwah yang kita lakukan, bisa diterima dengan baik oleh orang atau kelompok yang kita ajak
Namun sadarkah kita, sejatinya ujian terberat dalam melaksanakan dakwah justru terjadi ketika apa yang kita sampaikan diterima oleh para target dakwah kita. Saat mulai ada orang yang mendapat hidayah hijrah lewat dakwah yang kita lakukan, dan mereka pun mulai mengeluarkan pujian, disitulah “ Nafsu Tersembunyi” mulai memasang “ranjau-ranjau dan jebakan”.
Yang paling bahaya adalah ranjau riya , summah dan ujub. Ingin dipuji, dan kagum dengan amalan sendiri. Berhati-hatilah, perasaan ini bisa membakar semua nilai amalan yang kita lakukan, bila kita tidak mewaspadai keberadaannya. Begitu kita terjebak dan masuk dalam perangkap nafsu itu, terhapuslah segala catatan kebaikan yang pernah kita lakukan.
Bagaimana mencegahnya? Selalu Muhasabah dan saling mengingatkan dalam jalan perjuangan dakwah, adalah beberapa cara ampuh untuk mengantisipasinya.
Kedua, sehebat apapun amalan dan perjuangan dakwah yang telah kita perbuat , jangan pernah menganggap enteng amalan-amalan ringan yang banyak bertaburan di sekeliling kehidupan kita. Karena bisa jadi, semua catatan amalan yang kita anggap hebat dan luar biasa , ternyata hanya menjadi debu yang tak berarti karena jebakan nafsu yang tersembunyi. Sebaliknya, amalan yang kita anggap kurang boleh jadi, justru itulah yang diterima oleh Allah SWT dan kelak bisa menyelamatkan kita di hari perhitungan.
WaAllahu a’lam
Bangkinang 0,52 2019