KITA BERADA DI LEVEL MANA?
Bisa jadi ini adalah Jum’at terakhir untuk kita
Oleh: Yudhi Gunardi – Arsitek, Ahli Masjid
Founder #GerakanPemakmurMasjid (GPM)
Didukung oleh :
#MasyarakatTanpaRiba
Visi hidup kita akan sangat mempengaruhi pemilihan jenis investasi apa yang tepat untuk kita pilih, baik untuk investasi dunia, maupun untuk investasi akhirat.
Sebagian orang sangat menghawatirkan rizkinya di masa depan, sehingga menginvestasikan seluruh jiwa dan raganya untuk memenuhi hasratnya mengumpulkan ahrta-benda didunia yang fana ini.
Kenapa harus khawatir dengan sesuatu yang telah dijamin oleh sang maha pemberi rezki (Ar Razzaaq). Allah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz Dzariyat: 58).
Mengenai sifat Allah memberi rezeki disebutkan dalam ayat lain,
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (QS. Huud: 6)
Mengenai nama Allah Ar Razzaaq disebutkan dalam hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمُسَعِّرُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الرَّازِقُ وَإِنِّى لأَرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يُطَالِبُنِى بِمَظْلَمَةٍ فِى دَمٍ وَلاَ مَالٍ
“Sesungguhnya Allah yang pantas menaikkan dan menurunkan harga, Dialah yang menahan dan melapangkan rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan Allah dan tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntutku karena kezaliman pada darah dan harta.” (HR. Abu Daud no. 3451, Tirmidzi no. 1314, Ibnu Majah no. 2200. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Sebagi seorang Muslim sudah sepatutnyalah, kita tidak menghawatirkan sesuatu yang sudah dijamin oleh Allah SWT, apalagi sampai lupa bahwa hakikat Allah menciptakan manusia adalah semata-mata hanya untuk beribadah kepadaNya. Cukuplah kita menyempurnakan ikhtiar dan melayakan diri.
Bila kita gagal fokus, maka seluruh sumberdaya yang Allah berikan kepada kita, malah digunakan untuk memenuhi hawa nafsu saja.
Ketika berkumandang adzan, tidak sedikit dari kita yang malah sibuk bekerja atau masih disibukan dengan berbagai transaksi bisnis, sehingga lalai dalam beribadah, shalat selalu terlambat atau bahkan terlupakan, naudzybillah. Allah berfirman :
وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التِّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.” (QS. Al Jumu’ah: 11).
Relakah Jum’at ini kita hanya mendapatkan LEVEL PAHALA TERENDAH? karena bisa jadi Jum’at minggu ini adalah JUM’AT TERAKHIR untuk diri kita bukan? (saya tunggu jawaban anda di kolom komentar ya…)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ
“Barangsiapa mandi pada hari jumat sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju masjid, maka dia seolah berkurban dengan seekor unta.
Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kedua maka dia seolah berkurban dengan seekor sapi.
Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) ketiga maka dia seolah berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk.
Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) keempat maka dia seolah berkurban dengan seekor ayam.
Dan barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kelima maka dia seolah berkurban dengan sebutir telur.
Dan apabila imam sudah keluar (untuk memberi khuthbah), maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khuthbah tersebut).” (HR. Bukhari no. 881 dan Muslim no. 850).