Oleh : KH. M. Shiddiq Al Jawi
Setelah saya menyampaikan materi “Syirkah” sesi sore (29/4) di acara Workshop “Hukum Syirkah” di hotel Royal Jember, saya didatangi seorang peserta. “Bisa minta nomor HP Ustadz?” Saya jawab,”Oh bisa,” kemudian saya sebutkan nomor saya.
Dia lalu memperkenalkan diri. Ternyata dia seorang mayor TNI AD. “Mohon dukungan Ustadz, ini saya sedang mendakwahi prajurit di bawah saya supaya tidak terlibat riba.” Subhanallah, ternyata tak saya sangka ada prajurit TNI yang menjadi peserta kajian saya. Biasanya peserta itu umumnya adalah pengusaha. Ini seorang prajurit TNI.
“Tapi tugas saya berat Ustadz, mohon dukungannya,” kata prajurit tersebut. “Insya Allah nanti kita kerjasama untuk mendakwahkan semangat anti riba kepada para prajurit TNI. Supaya nanti ada PTR atau Prajurit Tanpa Riba,” kata saya. “Insya Allah Ustadz,” jawab prajurit tersebut dengan antusias.
Sebelum pamit, dia melihat tumpukan “Buku Merah” yang terkenal itu. “Boleh saya minta ini ustadz?” Pinta dia. “Silakan diambil saja, ini hadiah,” kata ustadz Ari Rahman yang mendampingi saya.
Mengakhiri obrolan kami, dia pamit sambil berkata, “Sekalian mohon doanya ustadz, saya mau sekolah SESKOAD untuk mendapat pangkat Letkol.” Saya jawab,”Insyaallah, semoga lancar.”
Subhanallah. Dakwah anti riba telah merambah ke segenap segmen masyarakat. Tak hanya segmen pengusaha, dakwah ini telah memasuki segmen prajurit TNI. Maka tidak usah heran, ke depan akan ada komunitas Prajurit Tanpa Riba. Insya Allah.