@C. Agung Mantari Kayo | MTR Padang||
Yap, bagi utang-ers, apalagi yang ada Riba-nya pasti ingin secepat mungkin menyelesaikannya. Bukan apa-apa, menjadi utanger artinya selalu disergap was-was. Antara ketakutan terhadap terror bank dan yang lebih ngeri lagi, ketakutan akan laknat ALLAAH subhanawata’ala.
Pada level ini, semestinya kita belajar akan pentingnya knowledge/pengetahuan. Karena semua permasalahan dimulai dari ilmu global al’amal. Mendahulukan ilmu sebelum amal.
Anda tak mungkin melakukan sesuatu tanpa mengetahuinya terlebih dahulu. Dengan kata lain, bagaimana mungkin kita bisa melakukan suatu amalan dengan baik dan benar, sebelum mempelajarinya terlebih dahulu? Sedangkan ibadah itu adalah amal yang butuh ilmu sebelum melakukannya.
Terussss…
Belajar itu kewajiban. Bagaimana kita harus tahu skala prioritas dalam hidup. Level Warga MTR yang sudah ikut program SMTHR, seharusnya sudah paham, bahwa hasil yang diperoleh sekarang adalah akrena perbuatan di masa lalu. Bahwa akibat buruk utang yang dirasakan sekarang, lantaran dulu gagal paham terhadap bahaya utang dengan bunganya yang dikira harum padahal haram.
Lalu, bagaimana caranya menjalankan golden key berupa dakwah dalam menyelesaikan masalah ini? Ahhhh….ada hubungan apa coba, antara utang dan dakwah?
Pemanasan dimulai ketika kita memutuskan untuk tidak lagi membayar kewajiban bulanan, di mana masih ada percampuran antara yang wajib dengan haram.
Konsekuensinya, kita bakal kena caci-maki bahkan ancaman hidup serta shock therapy oleh pemberi utang. Yang level menakutkannya bahkan lebih tinggi daripada minta pertanggungjawaban kehamilan di luar nikah. Ohhh.. No!
Tapi..
Pertanggungjawaban mesti dituntaskan. Perlu disadari, Fiqih Auawiyyah menjelaskan bahwa meninggalkan keharaman jauh lebih utama jauh lebih utama ketimbang mengerjakan kewajiban. Jadi yang mesti ada dalam mindset adalah utang wajib dibayar namun tidak Ribanya.
Dakwah tadi gunanya untuk apa?
Yah itulah, filterisasi hidup kita bagaimana 3 dimensi hidup ini berjalan semestinya. Bagaiamana hubungan terhadap sang Pencipta Allah SWT, hubungan terhadap diri sendiri dan hubungan terhadap sesama manusia.
YES… Proses akan mencapai klimaks ketika masalah ini clear. Masalah utang, apalagi RIBAnya, yang wajib dibayar adalah UTANG tidak RIBA-nya.
Bagaimana kita seorang penDAKWAH dengan berbekal pengetahuan, bisa sesuai antara pola pikir, pola sikap dan pribadi Islami…
So masih adakah penDakwah yang mengharamkan Riba namun membayar Riba karena terpaksa walau sudah belajar?
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ يَكْفُرُوْنَ بِا للّٰهِ وَرُسُلِهٖ وَيُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّفَرِّقُوْا بَيْنَ اللّٰهِ وَرُسُلِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَّنَكْفُرُ بِبَعْضٍ ۙ وَّيُرِيْدُوْنَ اَنْ يَّتَّخِذُوْا بَيْنَ ذٰلِكَ سَبِيْلًا ۙ
“Sesungguhnya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain), serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir).(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 150)
Kalau sekadar selesai masalah utang walau pakai riba mau sedikit atau banyak ndakpapa, nanti sholat taubat saja, pelepas sensasi, terus buat apa Dakwahnya
Klimaks!
Berpikir merupakan proses yang melibatkan: (1) fakta/realitas; (2) indera; (3) otak; dan (4) informasi yang dimiliki. Dengan proses berpikir ini akan terbentuklah sebuah kesadaran. Apa yang disebut ‘teori ilmiah’ pada hakikatnya merupakan kesadaran seseorang terhadap realitas.
Hanya butuh Komitmen dan Konsisten dalam meninggalkan Riba…
Dalam hidup kami dapatkan arti tawakal sebelum, saat dan setelah ikhtiar adanya Al Asbab dan Al Haal. Dimana kami sangat meyakini Allaah lah segala-galanya dan sebagai manusia, ada hal-hal yg bisa kami upayakan dengan kebenaran dilandasi keimanan
Mencari simpati Allaah atau simpati manusia? Pilihannya ada pada Anda… Manusia bisa Anda kelabui, namun kemana Anda akan lari dari Penglihatan Sang Maha Melihat
Wallahu’alam Bishowab…
July 23, 2020. PadangSiti