Lebaran ini, Allah Lekatkan Kembali Keluarga Kami
By Echi Resirasari Putri KSW #29 Jabodetabek
WA KSW 0811113139
Rasanya sudah lebih dari 5 tahun, hubungan saya dengan adik kandung saya satu-satunya penuh konflik dan tidak akur. Hal ini membuat ibu saya seringkali sedih dan sakit akibat memikirkan kami berdua.
Lebaran ini, seperti biasa kami berkumpul di Bandung, di rumah ibu saya. Walaupun moment lebaran harusnya moment paling tepat untuk bermaafan, tapi saya dan adik saya pun masih sama-sama gengsi untuk saling memaafkan. Kami pun hanya bersalaman mengucapkan maaf di mulut tidak di hati.
Pada Hari ke3 lebaran, ibu mengumpulkan kami berdua dan menceritakan kesulitan yang saat ini sedang dihadapi adik saya. Usaha siomay yang adik saya rintis akhirnya kolaps karena adik saya tergoda utang Riba untuk membeli aset-aset yg sebenarnya tidak terlalu diperlukan. Akhirnya semua modal ia pakai untuk menutup utang dan ia pun harus menutup usaha siomaynya itu. Padahal harus saya akui, rasa siomaynya sangat enak. Sangat disayangkan, usaha prospektif hrs tutup karena Riba.
Tapi rupanya, adik saya tidak menyadari bahaya Riba yg telah membuat hidupnya oleng. Saat dikumpulkan oleh Ibu saya itu, ibu saya mengungkapkan bahwa adik saya ingin menjadi supir grabcar saja. Saat saya tanya, mobilnya drmana? Dengan santainya dia menjawab, ia mau meminjam uang 9 juta untuk DP, cicilannya akan dia bayar dari penghasilan sebagai supir grabcar.
Sontak saya tersulut emosi mendengar pernyataan adik saya. Adik dan ibu saya, seperti kebanyakan masyarakat kita masih sangat menyepelekan haramnya Riba. Saat itulah, saya merasa harus tegas menolak Riba yang akan dibuka kembali oleh adik saya. Saya menyampaikan kepada mereka, betapa beratnya dosa riba yang dinyatakan seperti berperang dengan Allah dan RasulNya. Bagaimana mungkin kita mau mendapat keberkahan usaha jika modal usaha kita saja merupakan genderang perang dengan Allah dan RasulNya?
Adik saya masih terus berkilah bahwa menurut pendapat sebagian ulama, riba dihalalkan jika untuk hal produktif. Astagfirullahaladziim. Betapa kita semua berada dalam kesesatan yang nyata. Saya menangis berderai airmata, ternyata ujian saya yang sedang berperang melawan Riba, datang dari keluarga terdekat saya. Mati-matian saya menutup semua utang KPR, utang koperasi di kantor, kartu kredit, gadai emas di pegadaian agar bisa hidup tenang. Kini, malah adik saya sendiri yang terang-terangan menghalalkan Riba.
Berjam-jam saya menyampaikan dakwah bahwa Riba itu banyak mudharatnya bagi kehidupan kita. Ketika saya sampaikan bahwa “Jika harta hasil Riba itu diberikan kepada anak-anak kamu, dan makanan itu tumbuh jadi daging haram di dlm tubuh anak-anak kamu, maka tempatnya di neraka”. Adik saya terdiam cukup lama. Ia sepertinya ngeri juga dengan pernyataan saya barusan. Saya pun merenung betapa alfanya saya mendakwahi keluarga saya sendiri, terlupa mengajak mereka bersama-sama meraih surga.
Suami saya kemudian memberikan solusi bagi adik saya. Ia menawarkan motor yang ia miliki untuk dipakai adik saya menjadi supir ojek online. Walaupun hasilnya tidak sebesar supir taxi online, tapi insyaAllah hasilnya akan lebih berkah, karena tidak dimulai dengan Riba. Saya juga menasehati agar ia lebih mendekatkan diri pada Allah, menabung sebagian penghasilannya agar bisa kembali berjualan siomay. Saya menawarkan akan membantu menjadi bagian pemasaran dengan mencari reseller di kota-kota lain. InsyaAllah silaturahim dengan banyak teman-teman termasuk dengan saudara seperjuangan di grup ini, mencari reseller untuk usaha siomay adik saya bukanlah hal yang sulit. Adik saya akhirnya menerima solusi tersebut, dan berazzam ingin memulai hidup yang lebih berkah.
Alhamdulillah, betapa banyak hikmah dan pertolongan Allah yang saya dapatkan dalam moment lebaran ini. Saya bersyukur karena Allah memberi saya kesempatan untuk mengingatkan adik dan ibu saya tentang bahaya Riba. Saya bersyukur suami saya mau berbesar hati memberikan motornya sebagai solusi untuk usaha adik saya, walaupun saya tahu itu kendaraan operasionalnya saat ini. Saya bersyukur Allah melembutkan dan membuka hati adik saya sehingga ia mau meninggalkan Riba dan memulai usaha dengan berkah. Saya bersyukur Allah Lekatkan lagi hati dua saudara dengan penuh kehangatan dalam usaha mencari ridho Allah. Barakallahu fiikum.