PAREPARE, PIJARNEWS.COM — Anda kesulitan melunasi utang? Bisa jadi, anda harus belajar dan berguru pada seorang pengusaha asal Makale, Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Namanya Rasdha Tadjuddin (42). Rasdha sejak tahun 1998 berwirausaha di Yogyakarta sebelum menyelesaikan studinya di Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta. Anak ke 3 dari 9 bersaudara ini ayahnya berasal dari Sidrap dan Ibunya berasal dari Kalosi, Enrekang.
Awalnya, Rasdha membuka usaha warung internet (warnet) dengan menyewa satu tempat dan membeli lima unit komputer bekas di Yogyakarta.
Usaha ini kemudian berkembang hingga suatu ketika tergiur dengan tawaran dari salah satu bank. “Bantuan modal dari bank awalnya Rp30 Juta. Saya kemudian membeli sejumlah peralatan untuk mengembangkan usaha warnet tersebut,” kata Rasdha, owner Merapi Online Corp Yogyakarta ini.
Karena tabiat utang memang selalu membuat kecanduan, lanjut Rasdha, usaha tersebut kemudian berkembang hingga utang di bank mencapai Rp9 miliar.
“Jumlah titik bank dari 1 menjadi 4 titik. Saya kira lebih sakit jika jatuh cinta, ternyata lebih sakit dan pusing jika jatuh tempo kredit,” ujar Rasdha saat menjadi pembicara pada Seminar Cara Mudah Lunasi Utang yang digelar Komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR) Parepare di Hotel Parewisata, Sabtu 12 Desember 2018.
Di hadapan 150 peserta Temu Pengusaha dan Warga Masyarakat Tanpa Riba (TP-WMTR) Parepare, Rasdha menceritakan kisah perjuangannya melunasi utang Rp9 miliar dalam tempo 1 tahun pada Desember 2017 lalu.
“Saat utang Rp9 milar, setiap bulan saya harus membayar cicilan Rp90 juta per bulan. Meski usaha kami masih berkembang, namun tak ada ketenangan jiwa dan keharmonisan rumah tangga,” ujar Rasdha.
Karena melihat usaha terus berkembang, lanjut Rasdha, pihak bank kemudian hendak merealisasikan pinjaman dari Rp9 Miliar menjadi Rp12 Miliar. “Namun saya tidak jadi teken kontrak pinjaman karena Allah SWT mempertemukan saya dengan komunitas pengusaha tanpa utang dalam mengembangkan bisnisnya. Akhirnya saya belajar dan terus belajar, kemudian menjual sejumlah asset lalu mambayar utang di bank senilai Rp9 miliar,” ungkap Rasdha.
Ia mengaku, sangat takut azab Allah SWT seperti yang tertulis dalam kitab suci Alquran surah Al Baqarah ayat 278-279 yang artinya. “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al Baqarah: 278-279)
Rasdha mengaku tobat dan berazam untuk tidak lagi berhubungan dengan utang. Sebab selama 20 tahun berwirausaha, ia bergelut dengan riba. “Jadi solusinya saya bersama istri sepakat mengiklankan sejumlah aset untuk dijual guna melunasi utang tersebut. Di samping itu, melobi pihak perbankan untuk memberikan keringanan. Syukur Alhamdulillah, Desember 2017 saya berhasil melunasi utang tersebut,” tandas Rasdha yang mengaku suka menu Ikan Bakar usai makan siang di salah satu warung makan di Kota Parepare.
Rasdha mengingatkan kepada peserta untuk menghentikan tabiat dan kebiasaan buruk berutang. Setidaknya, dari 20 tabiat berutang, Rasdha mengungkap 8 poin tabiat buruk berutang di dunia ini.
Pertama, kata Rasdha, utang itu membuat kecanduan. Tengok saja, sejumlah pengusaha dan pegawai yang gemar berutang. Awalnya, mungkin pinjamannya hanya kecil, namun lama-kelamaan akan menjadi besar. “Awalnya mau cicil rumah, namun belum lunas rumahnya, mau lagi beli lagi motor dan mobil dengan cara cicil yang bisa jadi di dalamnya ada unsur riba,” pungkas Rasdha.
Kedua, lanjut Rasdha, jika gemar berutang, maka utangnya selalu bertambah. “Seperti yang saya alami, awalnya utang hanya Rp30 Juta namun terus bertambah hingga Rp9 miliar,” kata Rasdah sambil tertawa.
Ketiga yakni menambah beban hidup. “Keempat orang yang masih punya utang sering sakit-sakitan. Tabiat buruk kelima yakni hilangnya kemesraan dalam rumah tangga, keenam gelisah di malam hari dan ketujuh terhina di siang hari, karena sering dikejar-kejar debcolektor atau ditelepon sama pihak bank,” tutur Rasda.
Kedelapan tabiat buruk dan bahaya orang suka berutang, sambung Rasdah yakni bisa bunuh diri. “Ada beberapa kejadian yang pernah dimuat media, seseorang bunuh diri karena terlilit utang,” ujar Rasdha.
Nah, apa solusinya jika kita bisa mudah melunasi utang? Menurut Rasdha, sebagai muslim, setidaknya ada tiga hal yang dilakukan agar Allah SWT memudahkan kita melunasi utang. Tiga hal tersebut yakni fokus memperbaiki diri seperti memperbaiki salat lima waktu. Jika laki-laki, upayakan salat berjamaah di masjid di awal waktu, rajin infaq dan sadakah, dan memperbaiki hubungan silaturahim kepada sesama manusia.
Fokus kedua, lanjut Rasdha, memperbaiki tim kerja.
“Jadi selain pimpinannya memperbaiki diri seperti mengamalkan ajaran Allah SWT dan menjauhi larangannya, juga mengajak kepada seluruh tim kerjanya untuk melakukan hal serupa. Nah, ini saya lakukan kepada hampir 300 orang karyawan saya di beberapa bidang usaha seperti kafe, hotspot center, perumahan, depot isi ulang air minum dan sejumlah usaha lainnya,” ungkap Rasdha.
Fokus ketiga, tutur Rasdha yakni berupaya memperbaiki ketidakberesan pada umat utamanya mengajak dan memberi solusi agar umat tidak lagi gemar berutang. “Setelah saya ikut berdakwah dan berbagi pengalaman cara mudah bebas utang, saya semakin dimudahkan dalam bidang usaha. Hati dan jiwa pun kian tenang,” ujar owner perumahan Ngaliyan Residence, Semarang, Jawa Tengah ini.
Selama menjadi pegiat Masyarakat Tanpa Riba (MTR), Rasdha juga kini lebih bisa memilah-milah yang mana kebutuhan dan keinginan. “Ini penting, agar hidup bisa lebih tentram. Karena itu, diharapkan membeli sesuatu berdasarkan kebutuhan bukan keinginan. Kuncinya beli sesuatu harus cas dan lunas, meski harus terlebih dulu menabung,” tandas Rasdha.
Seorang pegiat MTR Parepare, Fahri Firman mengatakan, kegiatan MTR ini yang kedua kalinya dilakukan di Kota Parepare. “Kami kembali melakukan kegiatan seminar cara mudah melunasi utang. Juga telah memberikan tips kepada warga yang hendak tebebas dengan utang dan tidak kecanduan berutang,” kata Fahri.
Menurut Fahri, panitia menghadirkan dua narasumber dalam seminar sehari tersebut. Pertama, Rashda Tadjuddin, Owner Merapi Online Corp dan Pujiono, Owner Gold Tea. Selain dari Parepare, peserta seminar ini berasal dari berbagai daerah seperti Sidrap, Pinrang, Barru, Tana Toraja dan Makassar. (*)
Mau tahu Rahasia dan Jawaban lebih detailnya, mari ikuti Workshop Becoming MASTER in MARKETING & SELLING (Be-MiMS) yang Insyaa ALLAAH akan kita selenggarakan pada: