BISNIS SYARIAH BUKAN SEKEDAR TANPA RIBA

0
1072

Step-up to the Next Level
By Samsul Arifin, KSW #Kaltim
WA KSW 0811-113-139

Sepanjang perjalanan ke Amuntai kemarin sore, kami melintas area rawa pada hampir setengah perjalanan. Namun saya tidak menyaksikan lagi rumah-rumah yang memanfaatkan arsitektur asli di daerah rawa, yaitu rumah-rumah panggung.

Yang saya saksikan, di kanan-kiri jalan bukit-bukit digali, diambil tanahnya untuk menimbun rawa di pinggir jalan. Rumah-rumah panggung itu sudah berubah menjadi rumah “modern” (pakai tanda petik, landed house

Saya bertanya-tanya kepada teman perjalanan saya:
Kenapa warga setempat atau pengembang setempat tidak memanfaatkan arsitektur asli, rumah panggung untuk membangun rumah atau perumahan? Mengapa mereka rela menggali bukit untuk mengurug, demi membangun rumah landed? Apa salahnya dengan rumah panggung?

Iya pak, dulu di sini tidak pernah banjir. Sekarang sudah langganan banjir Pak
Komentar Mas Ichsan, Warga KSW #11 sebagai tanda mengerti apa yang saya fikirkan

Hmmmm….
Fikirian saya jadi teringat Abang. Seorang pengembang property syariah terkenal yang sekarang sering menjadi pembicara pada seminar-seminar property.

Sore itu, Rabu, 25 Mei 2016 yang lalu, setelah Solat Jama’ Ta’khir Dluhur dan Ashar di masjid dekat bandara, kami langsung berkunjung ke lokasi proyek ke-dua milik Abang. Ketika tiba di lokasi, Abang heran melihat kami, saya dan Bu Dui Nasheer mengelus dada, sedih melihat hamparan 1 hektar tanah yang sudah hampir rata di-land clearing (cut & fill) di hadapan kami.

“Koq di-landclearing tanahnya Mas?” Tanya Bu Dui
“Iya Bu, agar gampang membangun rumahnya” Kata Abang.

“Sayang sekali, padahal lokasi ini bagus banget. Kontur dan pohon-pohonnya bisa bernilai sangat tinggi. Abang bisa membangun _masterpiece di sini.”_ Sayapun tak tahan mengomentari lahan yang sudah rata dengan tanah tersebut.

Hmmmm.
Cari gampang atau malas berfikir ya?

Kami tidak mau berlama-lama di lokasi itu, makin lama makin sesak dada ini. Menyaksikan lokasi yang sangat indah alam, kontur dan pepohonannya itu rata meninggalkan hamparan bumi yang terluka.

Dalam perjalanan menuju lokasi property lain milik Abang, saya teringat akan tulisan saya ketika pertama kali mengumpulkan para pengembang yang menjadi Anggota WAG SyaREA.
“Nanti akan saya posting lagi tulisan saya itu”

Saya Cuma bisa menerawang, membayangkan, mengapa banyak pengembang termasuk yang melabelkan diri pelaku property syariah, namun masih saja merusak lingkungan demi menanam besi beton di atasnya.

Sabtu, 4 Juni 2016 yang lalu, ketika Abang, hadir pada KSW Leaders Forum, saya kaget mendengar ungkapan pertama kali ketika bertemu saya sebelum acara dimulai:

“Menyesal saya Pak Samsul, kenapa kita tidak bertemu 2 (dua) bulan lalu”

“Kenapa Mas?” Saya penasaran

“Iya.. Lahan saya sudah kadung di cut & fill. Anda tidak saya lakukan land clearing, betul yang Pak Samsul bilang. Saya bisa membangun masterpiece property syariah di sana.”

Kalimat penyesalan itu meluncur begitu saja dari Abang, ketika saya tunjukkan bahwa ada banyak property yang dibangun dengan memanfaatkan kontur dan pepohonan yang alami. Properti-properti yang alami itu justru sangat bernilai tinggi dibandingkan dengan property yang pembangunannya diawali dengan proses land clearing.

Kata-kata “menyesal” itu rupanya masih terbawa di fikiran Abang selama acara berlangsung. Apalagi ketika pada KSW Leaders Forum itu yang dibahas adalah kontribusi sebagai seorang pengusaha. Bagaimana perusahaan yang tumbuh besar menjadi perusahaan paling bernilai di dunia ini ternyata melakukan banyak hal untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Penyesalan Abang terbukti dari testimoninya di akhir acara yang berisi kalimat ringkas, namun dalam maknanya.

_“Menyesal..!! Kenapa ngga dari kemarin????

Kenapa Abang begitu menyesal?
Jawabannya ada pada tulisan di bawah ini. Tulisan yang saya buat sebagai undangan bagi para pengembang Warga SyaREA untuk bertatap muka pertama kalinya.

Ketika itu WAG kita ini masih bernama SyaREA, Syariah REAL ESTATE Alliance, belum menjadi SyaREA World seperti sekarang ini. Silakan dibaca pelan-pelan, fahami kata per kata, kalimat demi kalimat. Judulnya MENEBUS DOSA PENGEMBANG

=== === === === ===

MENEBUS DOSA PENGEMBANG

Sambil mengetik tulisan ini, saya teringat ketika Tahun 1996, 19 tahun yang lalu saya terbang dari Jakarta menuju Jogjakarta. Saat itu, pesawat yang kami naiki, terbang rendah melintasi kawasan Bogor menuju Puncak, lalu ke Pantai Selatan Pulau Jawa. Dari jendela pesawat dengan sangat jelas saya bisa melihat pemandangan pegunungan di bawah.

Na’uudzubillaahi mindzaalik…
Menjerit saya ketika melihat ke bawah sepanjang Jalur Pucak, karena ternyata yang saya lihat bukan kehijauan pengunungan, tapi atap-atap bangunan diselingi tanah-tanah gundul yang hampir merata pada seluruh permukaan pegunungan di kanan kiri Jalur Puncak itu.
Pemandangan yang masih hijau hanya tersisa pada sebagian kecil kawasan perkebunan teh saja. Sudah “tidak ada” kawasan hijau di Puncak! Telah berganti hamparan bangunan dan lahan gundul. Itu 19 tahun yang lalu lho!
Dalam hati saya bergumam…
“Pantas.. ketika hujan, selalu ada banjir kiriman ke Jakarta..”
“Seperti ini rupanya hasil pembangunan itu…”

Waktupun belalu…
Hingga pada Tahun 2007 saya mulai meng-coach pengusaha pengembang (developer) property. Sejak saat itu saya mulai mengerti bangaimana sebuah (kawasan) perumahan dibangun.

Di luar persiapakan administrasi dan perijinan, yang umum mereka lakukan adalah pertama kali persiapan lahan. Yang dikenal dengan land clearing. Apa yang dilakukan pada fase ini?
Lahan akan dipersiapkan menyesuaikan dengan site plan yang telah dibuat. Umumnya para pengembangan akan mengurug (menimbun) dengan tanah pada lahan yang lebih rendah dari jalan. Atau mengupas tanah yang berbukit untuk diratakan. Persiapan ini dikenal dengan nama cut and fill.

Mengetahui fase ini saya hati saya menjerit lagi.
“Koq harus cut and fill sih.. Apa tidak bisa site plan menyesuaikan dengan kontur tanah?”
Saya juga selalu mengatakan hal itu kepada Coach Makbul, yang juga pemilik MATONhouse, setiap kali saya melihat pengembang melakukan cut and fill.

Dari sini saya mulai gak enak hati. Koq bisa? Mari kita baca Q.S. al Mulk ayat 3 dan 4 ini:
“… Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.”

Sesuatu yang telah ALLOOH ciptakan dengan seimbang, bumi yang seimbang, oleh pengembang diobrak abrik sesuai seleranya.
Apa artinya ini? Memangnya pengembang bisa membuat gunung? Menciptakan bukit?
Memangnya ALLAAH menciptakan bukit, menciptakan kontur tanah untuk dikupas? Memangnya kontur itu tidak ada manfaatnya?

Fase kedua setelah “meratakan”, mulailah pengembang itu membangun infrastruktur. Pembangunan infrastruktur ini bisa simultan dengan pembangunan rumah-rumahnya. Apa yang dilakukan pengembang pada fase ini? Mereka menutup tanah yang awalnya terbuka. Menutup dengan semen, beton dan atau aspal. Sehingga tiada lagi resapan air.

Air mengalir begitu saja mengikuti alur yang dibuat oleh pengembang. Terutama ketika hujan. Padahal, sekali lagi, ALLOOH telah menciptakan siklus yang seimbang.
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (QS Al Mu’minuun : 18)

Jika pengembang membangung cluster rumah seluas 5.000 meter saja. Maka setidaknya dia telah menutup resapan air seluas 4.000 meter atau lebih. Bayangkan! Bagaimana dengan pengembangan yang membangun kawasan sampai ratusan hektar? Berapa luas resapan air tanah yang ia tutup? Air hujan tidak menemukan tempatnya lagi. Betulkan ia memikirkan sampai hal ini?

Ketiadaan area resapan air tanah ini, maka tidak ada lagi proses infiltrasi. Yaitu perjalanan air ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan ke arah vertikal). Air yang meresap ke dalam tanah sebagian akan tertahan oleh partikel-partikel tanah dan menguap kembali ke atmosfer, sebagian lagi diserap oleh tumbuhan dan yang lain akan terus meresap di bawah permukaan bumi hingga zona yang terisi air yaitu zona saturasi.

Air yang meresap melalui pori-pori tanah kemudian tersimpan di bawah permukaan bumi yang impermeabel (tak dapat ditembus oleh air) sehingga disebut air tanah. Apakah pengembang tidak menyadari bahwa Proses siklus air yang berulang-ulang ini merupakan salah satu karunia ALLOOH yang wajib kita syukuri?

Selama lima tahun lebih, dari Tahun 1997 sampai Tahun 2002, kami masih tinggal di Cipedak Jakarta Selatan, Jakarta Selatan lho! Namun apa yang terjadi? Setiap musim kemarau, kami kekurangan air. Sumur-sumur kami kering. Pompa air hanya menyedot angin.

Itu kejadian lebih dari 10 tahun yang lalu? Bagaimana saat ini? Semakin parah! Krisis air yang terjadi, disebabkan karena pembangunan merusak proses siklus air tadi. Pada saat tanah telah mengalami kerusakan, maka daya serapnya semakin berkurang, lalu semakin banyak air yang terlimpas dipermukaan dan semakin sedikit air yang diserap tanah, kemudian terjadilah bencana banjir pada musim hujan dan bencana kekeringan pada musim kemarau.

Sungguh benar bahwa permasalahan utama yang terjadi adalah kerusakan pola siklus (sumber) air itu sendiri. Allah menjelaskan sebagai berikut :
“Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (QS Az Zumar : 21)

Rosuululloh SAW juga bersabda yang menguatkan ayat ini.
“Perumpamaan apa yang ditugaskan kepadaku oleh Allah untuk kusampaikan dari tuntunan dan pengetahuan adalah bagaikan hujan yang lebat yang tercurah ke bumi. Ada di antaranya yang subur, menampung air sehingga menumbuhkan aneka tumbuhan dan rerumputan yang banyak. Ada juga yang menampung air itu, lalu Allah menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk memanfaatkannya, maka mereka dengan air itu dapat minum, mengairi sawah dan menanam tumbuhan, dan ada lagi yang turun di daerah yang datar tidak dapat menampung air, tidak juga menumbuhkan tanaman….” (HR Bukhari dan Muslim)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan air dari langit, lalu ia terserap ke dalam bumi, kemudian Dia mengalirkannya ke bagian-bagian bumi sesuai apa yang dikehendaki-Nya, dan ditumbuhkan-Nya mata air-mata air di antara yang kecil dan yang besar sesuai kebutuhan. Untuk itu Allah Ta’ala berfirman “maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi”.

Seberapa luas seorang pengembang membangun areal perumahan, industri atau perkantoran, seluas itu pula ia telah merusak keseimbangan lingkungan. Pantas saja, ketika saya masih kecil di kampung, banyak sekali mata air-mata air. Namun ketika pembangunan di mana-mana, mata air itupun menghilang. Mata air menghilang, banjir datang!

Jika demikian, apa yang sebetulnya telah pengembang lakukan? Mereka berbuat kebaikan? Atau justru membuat kerusakan? Saya teringat dengan Firman ALLOOH ini:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka; ’Janganlah berbuat kerusakan di bumi.’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari.” Q.S. al-Baqooroh; 11-12

Sudah tentu, sahabat-sahabat pengembang tidak mau disebut telah melakukan kerusakan di muka bumi ini kan? Jangan sampai di akhirat nanti, kita telah merasa melakukan kebaikan, namun ternyata kerusakan yang kita perbuat. Nauu’dzubillaahi min dzaalik.

Menyadari kerusakan-kerusakan tadi, dan dipicu oleh pernyataan penuh keyakinan dari Pak Sukarsan, CEO Golden Land, pada Temu Pengusaha di d’Secret Garden bulan lalu, bahwa ia akan membangun perumahan yang airnya langsung meresap di lokasi, sehingga tidak menambah aliran banjir. Saya mencoba mencari cara untuk menebus dosa-dosa pengembang ini.

Alhamdulillaah.. Kami menemukan caranya. Golden Land, Khaer Land, Medina Realty, Jannaty Development dan Maton House serta GeeNaR Land telah melakukan recovery terhadap dampak kerusakan yang mungkin ditimbulkan karena pembangunan perumahannya.

So… Sahabat pengusaha..
Bisnis syariah bukan sekedar tanpa riba, tanpa denda, atau tanpa aqad-aqad bathil lainnya. Jika kita berprinsip bahwa bisnis bukan sekedar untung rugi, tapi urusan sorga neraka. Mengapa kita tidak melakukan bisnis proses sesuai syariah sejak awal?

Ternyata.. Oh ternyata..
Bukan hanya pengembang perumahan saja yang bisa masuk Jebakan Bisnis telah berbuat sesuatu bagi ummat. Akan tetapi, kerusakan yang ditimbulkan timbul bersamaan dengan produk atau jasanya itu.

Apa misalnya?
– Developer game merasa telah berbuat sesuatu di dunia ini, namun produknya telah membuat seseorang melakukan sesuatu yang sia-sia dalam hidupnya
– Pengusaha makanan, merasa telah membuat makanan lezat dan sedap dipandang, namun telah membuat seseorang obesitas karena ketagihan makanan yang mengandung banyak zat aditif dan bahan-bahan kimia lainnya.
– Pengusaha hospitality, merasa telah berbuat sesuatu untuk membantu banyak orang, namun ternyata telah menyediakan tempat untuk berikhtilat dan berkhalwat bagi pria-wanita yang bukan suami-istri.
– Pengusaha obat, merasa telah berbuat sesuatu, namun malah pasien ketergantungan obat tersebut. sehingga hilang gejala penyakit, akan tetapi merusak ginjal karena pemakaian obat dalam waktu lama.

Anda punya contoh lain? Contoh seseorang merasa telah berbuat sesuatu yang baik, namun secara bersamaan produk atau jasanya menimbulkan banyak dloror atau kemudlaratan?
Silakan share di sini ya.. Share juga ide-ide untuk merecovery kerusakan yang ditimbulkannya..

Terima kasih.
Sampai jumpa pada TASYAKURAN BEBAS RIBA dan Buka Shoum Bersama Warga KSW di Lor In Hotel Sirkuit Sentul. Selasa, 14 Juni 2016.
Konfirmasi kehadiran via WA 0811-113-139

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here