By Yuli Sidomampir KSW #06 Culinary
Pernikahan dilakukan untuk melengkapi kekurangan sehingga wajar setelah menikah bisa melihat kekurangan yang ada pada pasangan. Namun, apabila sejak awal pernikahan settingannya adalah surga maka itu salah.
Surga merupakan kehidupan setelah dunia. Ga ada luka, ga ada kecewa, ga ada konflik, dll. Selama hidup di dunia, surga dunia ga akan sesempurna surga aslinya. Wajar saja jika di tengah jalan menjadi bosan dan kesal karena yang dikejar kesempurnaan yang ga ada di dunia.
Settingan hidup di dunia adalah ujian. Begitu juga pernikahan.
Sebelum menikah, syetan mempunyai kepentingan agar manusia terjebak oleh nafsu. Maka yang dikipas-kipas oleh syetan yang baik-baik dari pasangan. Sebelum menikah, pasangan akan saling membayangkan satu sama lain. Si wanita membayangkan siĀ laki-laki seakan jelmaan nabi Muhammad, sedangkan si laki-laki membayangkan si wanita bak Siti Khodijah. Mimpi indah yang dirajut di atas kesempurnaan yang nampak dari luar pasangan.
Sesaat setelah ijab kabul diucapkan, kepentingan syetan beda lagi. Pasti panaslah syetan jika ada manusia yang menyempurnakan imannya. Maka, misinya membuat pernikahan anak manusia ini bukan sebagai penyempurna keimanan. Mulailah dikipas-kipasin yang buruk-buruknya agar kelihatan di mata pasangan dengan amat jelas.
Masalah sepele saja bisa jadi bikin sakit hati. Masalah ga penting aja bisa bikin serasa dikutuk hidup di neraka dunia. Penyesalan demi penyesalan terselip di hati yang suatu saat akan meledak sampai si wanita berkata “ceraikan aku”. Si pria pun terledakkan emosinya dengan semua yang tersimpan dalam hati dan berkata “aku ceraikan kamu.” Meski boleh tapi melakukan hal yang dibenci Allah apalagi hanya karna masalah sepele.. iblis akan tertawa senang.