Di kalangan warga MTR, siapa tak kenal coach Muhammad Makbul? Yup, siapapun yang pernah mengikuti seminar-seminar MTR, pasti kenal nama ini. Beliau menjadi pemateri rutin yang selalu memberikan tips-tips jitu bagaimana keluar dari jeratan utang dan riba.
Saat memberikan materi solusi menyelesaikan utangan di event PBTR misalnya, coach Makbul selalu memberikan tahapan-tahapan penyelesaian yang sistematis, sehingga peserta mampu mengurai kebuntuan utang yang mereka alami selama ini.
Ia juga jago mengangkat mental para peserta PBTR agar berani menghadapi penyelesaian darurat dengan berperkara di meja hijau tanpa pendampingan pengacara, berhadapan dengan pihak debitur. Tak hanya bersifat moral spiritual, hasil coaching tersebut juga memberikan benefit finansial yang lumayan bagi pelakunya, karena tidak perlu membayar jasa pengacara yang cukup menguras kantong.
Mendorong keberanian dan mental peserta adalah salah satu value penting yang selalu ditanamkan para coach seminar MTR. Dengan gaya komunikasinya yang lugas dan penuh tone semangat juang, coach Makbul selalu berhasil mengubah mental para peserta yang tadinya ciut nyali agar memiliki hati, gaya hidup dan pola piker yang berani saat berhadapan dengan pihak bank dalam menyelesaikan tahapan-tahapan utang.
“Saat minta penyelesaian utang dengan membayar cicilan pokoknya saja, saya praktikkan jurus coach Makbul. Cukup angguk-anggukkan kepala ketika debt collector datang menagih, namun tetap keukeuh membayar pokoknya saja. Kalau hati kita sudah kuat, dijamin mereka akan pusing dan menyerah,” kisah Bapak Bilal dari Palembang yang sudah mengikuti 3 kali event PBTR di tahun 2017.
Tak Cuma Teori
Sebagai pemateri, coach Makbul tidak sekadar berbagi teori. Ia memiliki pengalaman utang yang cukup panjang dari bisnis yang digelutinya, PT. Matonland, yang bergerak di bidang developer property.
Jumlah utangnya lumayan, pernah mencapai Rp13 miliar. Untuk perusahaan berskala UMKM, coach Makbul mengakui utang sejumlah itu sudah sangat mengganggu cashflow perusahaan. Sumbernya apalagi kalau bukan kewajiban cicilan yang harus ia angsur setiap bulan, termasuk dengan bunga ribanya.
Tak beda dengan mindset para pengusaha pada umumnya, waktu itu Makbul nekat mengambil utang riba sebagai modal karena beranggapan hanya dengan utang, usaha bisa berkembang besar.
Hingga akhirnya, pada 11 Desember 2011, pria kelahiran Rengat 17 Mei 1970 ini berkenalan dengan komunitas Masyarakat Tanpa Riba (MTR) dari seorang teman. Ia tertarik dengan visi perjuangan MTR sebagai komunitas pencerdasan umat yang bertujuan mengangkat taraf berfikir umat dari keterpurukan agar Kembali menjadi yang terbaik.
Makbul mengaku mendapatkan banyak pengalaman bermanfaat sejak bergabung dengan MTR. Yang nyata di depan mata adalah terbebas dari utang. Namun di balik itu, ia merasa mengalami peningkatan level berfikir dan semakin cerdas dalam menyikapi persoalan umat khususnya di bidang ekonomi.
Melalui interaksinya dengan MTR, ayah empat orang anak ini mendapatkan solusi atas berbagai persoalan utangnya. Ia baru sadar bahwa karena hanya focus pada problem utangnya, ia menjadi sulit mengembangkan diri dan usaha untuk mencari solusi penyelesaian utang tersebut.
“Hebatnya lagi di MTR, kita mampu menjalani proses penyelesaian itu dengan cara tetap riang dan gembira,” jelasnya.
Melalui pembelajaran di MTR, Makbul mendapatkan pemahaman bahwa utang yang ada ribanya, pasti akan menyengsarakan diri sendiri dan keluarga. Baik di dunia, bahkan sampai ke akhirat.
Kunci dari penyelesaian utang ala coach Makbul adalah menghadapi debitur dengan tenang, lalu menegosiasikan cara pembayarannya. Bersamaan dengan itu, ia menganjurkan upaya perbaikan diri, usaha dan team agar dapat lebih fokus kepada usaha demi bisa membayar utang.
Dengan strategi simple seperti itu, nyatanya Makbul berhasil membayar keseluruhan utangnya dalam waktu 2 tahun, hingga benar-benar terbebas dari utang yang ada ribanya.
Kepada sesame pengusaha –terutama pebisnis property yang masih terjebak utang, ia menganjurkan agar tetap menghadapi pihak bank dengan tenang, sembari memperbaiki diri, keluarga dan usaha. Ia yakin, meski saat ini dunia properti sedang penuh tantangan, bisnis itu akan kembali seksi setelah pandemi berakhir.
Tak lupa ia berpesan kepada warga MTR untuk semakin intensi berdakwah melalui buku merah, menyebarkan semangat kepada sesama. “Buku merah ini seperti dopping yang kuat, sehingga pembacanya akan bertambah yakin dan semangat untuk segera terbebas dari utang,” pungkasnya.